Tuesday, November 20, 2012

DARI LUAR JADUL, DI DALAM GAUL

-->

Terlihat dari luar seperti bangunan tua. Menapaki tangga dari luar gedung ke dalam ruangan yang terbuat dari semen dipoles berwarna hitam agak buram. Kesan pertama yang ditimbulkan sungguh nyentrik. Menaiki lebih kurang 10 anak tangga saat pertama kali menjejakkan kaki masuk ke dalam ruangan, disambut dengan hantaran house music. Mengingatkan kita kepada “night club” dengan hingar bingar suguhan musik khas. Di lantai pertama saat kita bersantai terdapat beberapa meja dan kursi. Dengan meja yang tertata apik berjumlah 9 buah. Dipadupadan dengan sofa kecil 4 buah. Jumlah kursi kayu keseluruhan sebanyak 28 buah.



Kursi-kursi itu terbuat dari kayu yang di varnish sedemikian rupa, sehingga tampak mengkilap dan menarik mata. Kayu yang dipakai terbuat dari kayu Merbau. Bangunan dalam di lantai satu ini sengaja dibuat lebih terang, karena diperuntukkan untuk keluarga yang ingin bersantai dan menikmati indahnya suasana sore cafe-resto Point Coffee. Suasana cozy menjadi pilihan tempat pas dan cocok di sini. 
 
Dilengkapi pendingin udara berjumlah 2 buah, menjadikan ruangan di lantai pertama ini nyaman dan sejuk. Hal yang tak dilupakan oleh Point Coffee, untuk kesehatan dan keselamatan pengunjung, di lantai pertama itu pengunjung tak diperbolehkan merokok. Kecuali memang ada acara khusus berdasarkan pesanan.

Begitu masuk, jika mata kita melirik sedikit ke arah kanan, terdapat mini bar. Berbalut aksen batu kali tanpa polesan, seperti apa adanya. Terlihat begitu mengkilap saat pancaran temaran cahaya lampu tepat mengena. Para server pun melayani dengan ramah dan penuh sopan santun. Selain itu, mata pengunjung pun dimanjakan oleh TV LCD berukuran 32 inci. Sembari makan, pengunjung dapat menikmati program-program yang disajikan oleh TV swasta dan nasional Indonesia. 

 
Akses sebelum menuju lantai dua, kita harus menaiki tangga terlebih dahulu. Ada dua bagian tangga semen yang masing-masing terdiri dari 9 anak tangga. Di lantai dua tersebut merupakan tempat live music biasa disuguhkan. Di tempat ini pulalah bagi mereka yang terbiasa menghembuskan racikan tembakau diperuntukkan. 




Ruang di lantai dua ini memang sengaja dibuat temaram, seperti ingin mendapatkan feel dari suasana café-resto. Di ruangan ini tertata indah kursi sofa kecil sebanyak 4 buah. Paduan meja sebanyak 19 buah. Kursi panjang berjumlah 10 buah, jumlah keseluruhan kursi di lantai dua tersebut sebanyak 46 buah. Hiburan live music menambah suasana semakin marak dan hidup.
Masih di bagian ruang dalam lantai 2. Suasana yang tadinya hingar bingar dan penuh sesak, dapat disejukkan dengan keberadaan water fall yang sudah dimodifikasi. Di sekitarannya di kelilingi botol-botol bekas minuman yang ditata rapi dan cukup berseni. Memang, hanya sebagai seni semata.


Di bagian balkon lantai 2, kita dapat memandang keluar jalan raya. Menikmati suasana sore di sepanjang Jalan Tanjung Duren Raya. Lalu lalang dan laju kendaraan tak membuat suasana Point Coffee menjadi redup. Justru semakin menambah hidup café-resto ini. Di balkon ini pula, jika kita tak ingin melihat musik secara langsung, dapat secara samar-samar mendengarkannya saja dari luar sambil menyeruput secangkir kopi atau teh. Bagaimana Point Coffee ini terwujud? Berikut ulasannya. 

 
Sejarah
Point Coffee, cafe-resto ini hadir mulanya bertujuan untuk sekadar kumpul-kumpul sosial. Sang pemilik juga ingin memberdayakan anak-anak muda yang belum mendapatkan atau tidak memiliki pekerjaan. Hal itu demi untuk menjaga agar jangan sampai anak-anak muda tersebut terjerembab dalam jurang pergaulan bebas dan mengenal obat-obatan terlarang. Cafe-resto ini juga dihadirkan tidak menjual minuman beralkohol, kalaupun ada hanya low alcohol seperti bir. Bermula dari hobi, sang pemilik lantas mengembangkan bangunan menjadi bentuk cafe-resto yang dibuat sedemikian rupa. Tepat pada Februari 2012, cafe-resto ini hadir di tengah-tengah penikmat kuliner Indonesia.

Konsep
Ide pembuatan cafe-resto ini muncul langsung dari sang pemilik, yaitu Bapak Rudy dan Ibu Liana. Mereka berdua memang senang bersosial sembari menikmati hidangan di cafe atau resto yang biasa disinggahi. Meski passion di bidang cafe-resto tidak ada dalam diri mereka berdua, tetapi niat untuk memberdayakan anak-anak muda menjadi kreatif patut diacungi jempol. Dengan mendirikan cafe-resto ini, Bapak Rudy dan Ibu Liana berhasil menyelamatkan generasi muda dari ancaman narkoba.

Point Coffee memberikan konsep yang cukup unik, berupa pelayanan Gathering, Birthday, Event Party, Event Organizer, Accoustic, Playing, Meeting and Discussion. Jadi, boleh dibilang Point Coffee akan memberikan pelayanan semaksimal mungkin terhadap pelanggan yang ingin melakukan acara-acara seperti tersebut. Selain itu, Point Coffee menggelar agenda di hari Sabtu dan Minggu dalam acara “Nonton Bareng” Liga Inggris dan Spanyol.

Untuk tata bangunan pun dibuat sedemikian rupa. Konsep yang diusung mengambil perpaduan antara zaman dahulu dengan zaman sekarang yang lebih modern. Untuk yang bergaya zaman dahulu, terlihat dari model bangunan tampak luar. Sepertinya memang dipertahankan oleh sang pemilik. Sementara, polesan warna dan interior dalam mengambil warna bronze. Hal ini tentu berbeda dari cafe-cafe lainnya yang lebih memilih warna terang atau “ngejreng”.

Dari sisi pengelolaan, pemilik menciptapkan sistem konsep kekeluargaan. Mereka memegang prinsip, “Sama-sama bekerja mencari laba”. Sistem manajemen pengelolaan cafe cukup modern. Dengan susunan organisasi yang dibentuk terdiri dari owner-manager-supervisor-marketing-sales promotion-bartender-server (waiters & waitress)-OB, dan lain-lain. Sistem libur pun diatur dengan baik, dalam satu minggu para pekerja mendapat libur secara bergantian.

Bagaimana dengan nama Point Coffee sendiri?
Memang, tidak ada filosofi khusus terhadap keberadaan nama tersebut. Tetapi, menurut cerita yang disampaikan sang manager, kemungkinan ketika itu terlintas di benak owner sedang memikirkan koin atau poin. Secara kebetulan, dari koin atau poin itu, terciptalah nama Point Coffee. Ada harapan yang muncul dengan hadirnya nama tersebut. Sang pemilik berharap, banyak pelanggan datang dan menghasilkan point yang banyak. 
 
Fasilitas
Point Coffee menyediakan tempat untuk acara seperti Gathering, Birthday, Event Party, Event Organizer. Tersedia pula live music accoustic, playing, meeting dan Discussion room.

Menu
Setiap cafe-resto tentu punya signature dishes yang menjadi andalan dan favorit pelanggan. Di Point Caffee ini ada yang namanya Nasi Goreng, Steak, & Chicken Cordon Bleu. Juga ada Waffel sebagai appetizer andalan. Dessert andalannya berupa mocktail. Sementara, untuk signature drink andalan adalah minuman khas Point Coffee yang diberi nama “Point” berbentuk cocktail. Minuman “Point” tersebut membawa nama dari perusahaan itu sendiri. Rekomendasi Chef di Point Coffee berupa Steak dengan BBQ, Mushroom, dan Blackpepper Sauce. Tesktur daging steaknya sangat empuk dengan pilihan tiga macam saos tadi. Dari sisi rasa dan saos, steak yang jadi unggulan adalah dengan saos black pepper. 
 
Harapan ke Depan
Untuk saat ini, pemilik fokus kepada pengembangan dan membesarkan Point Coffee. Jika dalam beberapa tahun ke depan, Point Coffee menunjukkan perkembangan pesat, kemungkinan membuka cabang baru akan dilakukan.

Jam Operasional
Hari biasa Senin-Jumat: 3pm-01am
Akhir pekan Sabtu-Minggu: 3pm-3am

Kontak
Point Coffee
Jl. Tanjung Duren Utara Raya No. 10 Jakarta Barat
Phone: 021-56942751/5605559















WET WeT Wet wet

November Rain... that's right.

Masuk bulan November... er er er... aeeeeerrrrr... a.k.a. hujan a.k.a. banjiiiir.
Planning yang udah mateng jadi buyar brantakan. Ga nyalahin yang ngasih hujan. Itu sebuah anugrah terindah yang sang Pencipta kasih ke makhluk hidup di jagat raya.

Alhamdulillah wa syukurilah. Masih banyak rupanya negara lain yang kering kerontang ga ada air. Bersyukur negeri zamrud khatulistiwa ini penuh dengan kemakmuran hasil alam. Coba perhatiin Etiopia... Pernah lihat ga gimana anak-anak di sana kelaperan, memegang piring, mangkuk, dan cangkir kosong ngantri sesuap bubur gandum atau bubur nasi?

Dibayangin lho ya...

Bersyukur, deraian bulir-bulir bening itu tak enggan singgah di negeri tercinta yang orang bilang, "Gemah Ripah Loh Jinawi" ini.

Gimana kalo negeri ini seperti negara di sebelah ini? Kering kerontang, tandus, gersang, apalah bahasa yang tepat untuk mendeskripsikan bentukkan seperti itu.
Tuhan masih sayang ternyata dengan "tanah surga" ini. Wet Wet Wet... dinikmati aja. Keluh kesah? Dibungkus sama daun pisang, terus dipanggang di atas bara semangat, dimakan bersama harapan yang masih menanti di depan. Hajar!!