Sunday, July 27, 2014
Friday, July 18, 2014
Imaginative Writing: Menulis dan Menerbitkan Buku Itu Gampang
"Sulit jika kita mengatakan sulit"
Menulis lalu menerbitkan buku dan dibaca banyak orang impian setiap penulis.
Namun, proses penulisan dan kesempatan untuk menerbitkan sering menjadi kendala
penulis. Penentuan tema, penokohan/karakter, latar atau setting (tempat), sudut
pandang, gaya bahasa, amanat, dan alur cerita menjadi kendala umum yang
dihadapi penulis. Belum lagi ketika penulis ingin menggambarkan atau menceritakan
sesuatu yang belum pernah dilihat dan dirasakan langsung.
Memulai Imaginative Writing
Sebuah buku, seperti novel tidak harus berisi ratusan halaman tebal. Yang
perlu kita lakukan adalah memanfaatkan imajinasi kita ketika menulis. Itulah yang
disebut imaginative writing, yaitu
proses menulis kreatif yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penulis dengan
cara-cara imajinatif, terlihat unik, dan puitis. Penulis menuangkan ekspresi
perasaan dan ide-ide tanpa ada batasan secara faktual, ditulis secara ekspositoris
logis.
Persiapan ketika kita ingin memulai imaginative writing:
1.
Kejelasan
Tidak membingungkan orang.
Artinya, ketika tulisan dibuat pembaca langsung memahami arah yang akan dituju.
2.
Bentuk
Ada tiga bagian yaitu awal,
tengah, dan akhir. Awal: harus dapat menarik pembaca dan ending yang memuaskan.
Hal ini berlaku untuk cerita fiksi, memoar, esai pribadi, otobiografi, dan
cerita anak-anak. Terkadang, penulis jenius mengabaikan ini, tetapi kebanyakan
kita tidak jenius jadi tidak bisa mengabaikan hal ini.
3.
Emosi
Ada emosional dan pembaca
peduli terhadap hal-hal protagonis yang dibangun. Seperti menangis, tertawa,
takut, atau merasakan sesuatu.
4.
Arti dan Koneksi
Arti di sini mengacu kepada
orang atau situasi, pembaca dapat terhubung dengan hal-hal yang terjadi dalam
cerita (larut dalam cerita). Baik itu cerita seorang penulis yang dapat
dimasuki lebih dalam oleh pembaca, juga hiburan dari sebuah tulisan, humor, dan
sebagainya. Dalam beberapa cara, penulisan tersebut dapat terhubung ke seluruh
dunia.
5.
Bahasa
Penulis sangat peduli dengan
kata-kata karena itu menjadi sebuah kekuatan. Penulis sudah semestinya
mencintai bahasa.
Untuk mengembangkan ide sebuah tulisan imajinatif dapat berasal dari:
Ø Cerita pendek
Ø Puisi
Ø Surat diri (baik
untuk masa depan atau masa lalu)
Ø Surat untuk orang
lain
Ø Diary
Ø Prolog atau epilog
Ø Pidato
Ø Autobiografi dan
sebagainya
Hal-hal yang harus dipaparkan dalam proses penulisan imajinatif:
Ø Topik : Apa yang ditulis
Ø Tone : Bagaimana suara
tulisan Anda (Konsistensi selama menulis)
Ø Struktur dan Fitur : Apa bentuk yang Anda pilih akan terlihat
dan berisi sebagai isi sebuah
cerita Anda
Ø Pesan : Apa pesan yang ingin
disampaikan
Ø Audiens : Apa yang akan Anda katakan
kepada pembaca
Ø Bahasa : Bagaimana Anda ingin
mengatakannya
Mengolah Imajinasi Menjadi Tulisan
Sebuah imajinasi jika disusun dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang
sangat luar biasa. Mengapa? Karena sesuatu itu tidak akan terbentuk secara luar
biasa apabila Anda tidak berimajinasi.
Menulis menjadi magnet tersendiri untuk mereka yang menyukai dan
menikmatinya. Di situ seakan-akan Anda membentuk dunia baru yang diinginkan dan
membuat tokoh-tokoh yang ingin dimainkan. Penulislah sebagai dalang dari
tokoh-tokohnya tersebut. Penulis berimajinasi dan sah-sah saja memutar balikkan
nasib dan takdir para tokoh yang dibuatnya dengan sekehendak hati. Akan tetapi,
penulis harus tetap berada di jalur logika cerita agar cerita yang dibuat
menjadi lebih menarik dan masuk akal, apabila tulisannya ingin dibaca khalayak
ramai.
Fiksi, sebagai sebuah tulisan yang mendasarkan pada imajinasi atau karangan
cerita dari penulis. Seperti cerpen, novel, atau film. Akan tetapi, jangan
salah meski hanya mengandalkan kekuatan imajinasi, perlu dilakukan riset kecil
untuk tema yang akan ditulis agar isi cerita lebih berbobot dan hidup.
Saat penulis membuat sebuah tulisan, berikanlah “sesuatu” untuk pembaca.
Baik itu ilmu pengetahuan, motivasi, hikmah hidup, hal-hal baru yang bermanfaat
untuk pembaca meski hanya tulisan fiksi.
Semua imajinasi Anda dapat dikemas dalam sebuah cerita menarik dengan gaya
Anda sendiri. Tulislah semua yang ada dan terlintas dalam pikiran Anda. Setelah
selesai, coba Anda baca kembali dan saat dirasa masih ada hal-hal yang kurang
mendukung atau mengganjal di pikiran, langsung hapus dan tulis kembali dengan
kalimat atau kata yang menurut Anda lebih baik, enak, dan pas.
Jadi, jika Anda ingin menjadi penulis dari sekaranglah bergerak. Ambil
pensil, pulpen, spidol, atau alat menulis apapun yang dapat Anda gunakan.
Kertas kosong, buku diary, laptop, PC sekalipun, segeralah menulis!
Semakin sering Anda merangkai kata demi kata, suatu hari nanti Anda akan
menemukan hal-hal yang mengagetkan saat kata itu terangkai menjadi kalimat dan
hidup serta memukau. “Semua orang bisa menulis, tetapi tidak semua orang bisa
menulis dengan baik dan benar.”
Ketika proses penulisan selesai, penulis dihadapkan lagi untuk menerbitkan buku.
Mulai dari naskah tidak sesuai genre penerbit hingga harus bersaing dengan penulis
senior. Berakhir kecewa!
Kini, tak sulit lagi menerbitkan buku. Menerbitkan buku tak hanya di penerbit
konvensional. Buku pun tak lagi hanya dapat dinikmati dari lembaran-lembaran
kertas yang kita beli di toko buku. Teknologi digital berkembang semakin pesat.
Kita dapat memanfaatkan aplikasi digital untuk menerbitkan buku melalui
penerbit buku digital.
Dengan cara itu buku dapat lebih mudah diperoleh, diakses, dan dibaca
banyak orang.
Tentu, hadirnya aplikasi itu membuat dan menerbitkan buku menjadi gampang. Melalui
persiapan materi penulisan yang baik dan pemanfaatan aplikasi penerbitan
digital, dapat memberikan peluang lebih besar untuk penulis yang ingin menerbitkan
buku.
(Jun W-Chief Editor Aksaramaya
Publisher/Pustaka Maya)
SESAL KEMUDIAN TAK BERGUNA
Sudah lama tersimpan dalem kompi, akhirnya keluar juga. Ditambah lagi, udah lama ga ngeblog. Sekalian memperlancar jemari yang mulai kaku. Mengolahragakan pergelangan tangan yang mulai sakit-sakitan. Panggilan jiwa yang mulai meraung-raung harus segera diisi di bolong-bolong kecil otak. Untaian kalimat cerita berikut semoga jadi pembelajaran baik da berharga buat kita dan banyak orang.
Di dalam sebuah
hutan, hiduplah sepasang Rubah.
Rubah itu memiliki seorang anak laki-laki. Mereka hidup bahagia dan dalam
kedamaian. Rubah itu selalu mengajak anak laki-laki satu-satunya bercanda dan
bersenda gurau. Saat malam, mereka sering bernyanyi dengan suara lantang.
Akibatnya, penunggu hutan yang lainnya, merasa terusik.
Lion sebagai raja
hutan, tidak tahan mendengar suara berisik dari keluarga Rubah tersebut. Raja hutan ribut dan mengamuk.
Sepasang Rubah itu pun
diserangnya secara membabi buta. Bapak Rubah melawan dengan sekuat tenaga. Saat
masih berkelahi, Pak Rubah meminta kepada anaknya yang masih kecil untuk berlari menyelamatkan diri.
Begitu takutnya
Rubah kecil itu. Dengan perasaan takut yang masih menyelimuti, Rubah kecil
berlari sekuat tenaga. Sementara, ayah dan ibunya masih berkelahi sekuat tenaga
melawan Raja Hutan yang bengis. Meskipun begitu, tetap saja kedua Rubah itu
tidak mampu menghadapi Raja Hutan, mereka akhirnya tewas mengenaskan di tangan
Raja Hutan. Sementara, Raja HUtan mengalami luka cukup parah.
Rubah kecil terus
berlari hingga tenaganya habis. Di tengah jalan sang Rubah kecil jatuh pingsan.
Kakinya luka-luka terkena duri dari dalam hutan. Ketika itu, lewatlah sepasang
kerbau hutan. Mereka begitu iba melihat anak Rubah kecil itu kelelahan dan kaki
luka terkena duri. Akhirnya, sepasang kerbau hutan itu menolong anak Rubah.
“Ibu, ayo kita
tolong dan bawa pulang anak Rubah kecil malang itu”, kata Bapak Kerbau.
“Iya Pak,
kelihatannya dia tidak jahat!” jawab Ibu Kerbau.
Anak Rubah kecil
itu dibawa pulang dan diasuh dengan penuh suka cita oleh sepasang Kerbau hutan
hingga sembuh. Memang, kebetulan sekali, keluarga Kerbau belum memiliki anak.
Akhirnya, keluarga Kerbau mengangkat anak Rubah itu menjadi anak mereka.
Hari berganti
hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Rubah kecil yang malang
itu, sekarang tumbuh menjadi dewasa dan berbadan kekar. Dia juga sangat rajin
membantu kedua orang tuanya, meski itu orang tua angkat. Oleh karena itu, keluarga
Kerba Hutan begitu mencintai dan menyayanginya.
Hidup dalam
kedamaian dan ketenangan selama bertahun-tahun, tanpa disangka, induk kerbau
melahirkan anak kerbau kecil yang sehat dan cerdas. Begitu senangnya keluarga
kerbau hutan, termasuk juga Rubah. Mereka begitu bergembira akan kehadiran
seorang anak di tengah-tengah keluarga itu.
Beberap bulan
sudah berlalu, Ibu Kerbau harus membantu sang suami berladang. Mereka menanam
padi di sawah. Ketika itu, Ibu dan Bapak kerbau menitipkan anaknya yang masih kecil
kepada Rubah. Rubah pun dengan setia menunggui adik angkatnya itu dengan riang
gembira.
Begitu setianya
sang Rubah menunggui adik angkatnya. Jangankan hewan-hewan ganas yang akan
mengganggu, nyamuk dan hewan kecil lainnya dia usir. Oleh karenanya, bayi
kerbau itu dapat beristirahat dengan tenang dan tidur nyenyak.
Menjelang siang,
Induk dan Bapak Kerbau pulang dari ladangnya. Akan tetapi, keduanya sangat
kaget dan terkejut melihat dari kejauhan anak angkat mereka berlari kencang
bersimbah keringat.
“Paaaak, bapaaak!
Ibuuuuuu! Cepaat pulang!” teriak Rubah sekencang-kencangnya.
“Apa yang
terjadi” tanya Induk Kerbau dengan tatapan curiga saat melihat begitu banyak
darah di moncong dan hidung Rubah.
“Ada apa engkau
berlari-lari ke ladang? Bukankah kami memintamu menunggui adik di rumah?”.
Jangan-jangan… Oh! Apakah engkau melahap adikmu sendiri?”
“Kurang ajar!”
“Tid… tidak pak,
bu…!”
“Pak, mulutnya
banyak darah, jangan-jangan anak kita sudah dimakannya. Hajar saja dia Pak.
Benar-benar anak Rubah tidak tahu balas budi!” kata Induk Kerbau.
Tanpa menungu dan
bertanya apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Kerbau memukul dan menghajar anak
Rubah dengan kayu balok, sehingga anak Rubah itu jatuh pingsan dan terkapar di
tanah. Begitu amarahnya Bapak Kerbau, anak Rubah itu dilempar ke dalam sungai
yang mengalir deras.
“Pak, cepat lihat
bayi kita!” Induk Kerbau meminta suaminya untuk segera melihat anak mereka.
Mereka
tergesa-gesa berlari menuju rumah.
Apa yang
ditemukan Induk dan Bapak Kerbau itu? Ternyata bayi mereka masih tidur dengan
nyenyaknya. Anak mereka selamat dan tidak kurang apapun juga. Di dekat anak
Kerbau itu terlihat bangkai Ular Piton yang sangat besar dengan kepala hampir
remuk dan badan tercabik-cabik.
“Oh Tuhan,…jadi,
Rubah itu telah menyelamatkan anak kita dari lilitan Ular Piton yang besar
ini”, kata Induk Kerbau.
Subscribe to:
Posts (Atom)