Sunday, February 25, 2018

Replanting Kelapa Sawit: Upaya Meningkatkan Produksi, Produktivitas, Pendapatan, dan Kesejahteraan Pekebun




Direktur Jenderal Perkebunan, Bapak Bambang [Foto: Dok Pri]
Sawit, siapa yang tak mengenal sawit. Secara ekonomi, sawit punya nilai ekonomi tinggi, salah satu contohnya minyak. Ya, minyak  sawit di Indonesia khususnya telah dikenal oleh masyarakat luas. Tak hanya minyak, sawit juga menjadi salah satu bahan pembuatan kue, yaitu mentega. 

Akan tetapi, produktivitas sawit perlu ditingkatkan. Melihat usia sawit yang ada di Indonesia sudah tak lagi muda. Perlu peremajaan (penanaman kembali/replanting). Sawit yang ada sudah sejak tahun 1980-an di tanam yang dikelola oleh oleh perkebunan dengan pola Perusahan Inti Rakyat (PIR). 

Umur ekonomis yang kian menua  dan telah memasuki usia 25 tahun  lebih perlu diganti baru. Jika usia produktif 25 tahun ini lewat, otomatis, produksi sawit pun menurun. Peremajaan (replanting) berguna untuk memperbaiki kualitas sawit yang dihasilkan.
Standar produktivitas yang dapat dijadikan patokan masa peremajaan sekitar 10 ton TBS/hektar/tahun. Selain produktivitas, efektivitas panen dan kerapatan tanaman sebagai pertimbangan lain untuk penentuan masa peremajaan. Efektivitas panen akan rendah tatkala ketinggian pohon sawit telah melebihi 12 meter. Selain itu, peremajaan perlu dilakukan ketika kerapatan  tanaman <80 pohon/hektar.

Selain produktivitas menurun, mutu hasil, serta pengembangan produk juga tidak optimal, kemampuan SDM pelaku usaha dalam mengadopsi teknologi juga masih terbatas, hal ini disebabkan lemahnya kelembagaan pekebun.

Oleh karena itu, pembangunan perkebunan ke depan perlu diawali dengan membangun manusia dan masyarakat perkebunan khususnya kelembagaan pekebun. Terkait ini pula perlu dilakukan kegiatan pemberdayaan pekebun dengan memotivasi juga mendorong pekebun untuk mengorganisasikan diri dan terhimpun dalam wadah kelembagaan usaha. Hal ini untuk mensinergikan kekuatan yang dimiliki masyarakat pekebun. 

Dengan begitu diharapkan ada peningkatan kemampuan kelembagaan pekebun dalam melakukan fungsinya sehingga kelembagaan pekebun menjadi organisasi yang kuat dan mandiri.

Berkaitan dengan peremajaan kelapa sawit atau replanting ini, pada hari Rabu (21/02/2018), saya mendapat kesempatan untuk mengikuti Seminar Nasional tentang Kiat Sukses Replanting dan Meningkatkan Produktivitas Kelapa Sawit Secara Berkelanjutan. Bertempat di Menara 165 Convention Center Room Andalucia, TB. Simatupang, Kav 1, Cilandak Timur Jakarta Selatan.

Seminar ini dihadiri dari perwakilan-perwakilan, baik eksportir kelapa sawit maupun pekebun kelapa sawit dari berbagai daerah di Indonesia. Acara yang digagas oleh Media Perkebunan ini mendapat apresiasi dari Direktur Jenderal Perkebunan, Bapak Bambang. Sementara itu, acara ini diawali dengan kata sambutan dari Pemimpin Umum Majalah Media Perkebunan, Bapak Ir. Gamal Nasir, MS. 

Pemimpin Umum Majalah Media Perkebunan, Ir. Gamal Nasir, MS. [Foto: Dok Pri]

Dalam sambutannya Pak Gamal mengatakan, tema replanting ini diangkat karena sudah saatnya para petani/pekebun  mendapatkan replanting, sekitar 2 juta hektar lebih yang harus di replanting dari 4,7 juta hektar. Media Perkebunan ini adalah salah satu majalah yang berkoordinasi dan berkolaborasi dengan Dirjen Perkebunan dan sebagai corong pembangunan subsektor perkebunan di tanah air. Dalam pemberitaannya, Media Perkebunan independen. 

Di seminar ini, ada sekitar 250-an orang yang menjadi peserta, meliputi pengusaha kelapa sawit, petani sawit, perguruan tinggi, dan asosiasi kelapa sawit  maupun pemerhati perkebunan kelapa sawit, serta awak media. 

Sebelum acara seminar ini dilaksanakan, juga dilakukan penyerahan alat panen sawit (PBS) oleh Dirjen Perkebunan kepada petani sawit. Seminar yang dilaksanakan selama dua hari ini membahas isu-isu hangat terkait regulasi kelapa sawit, kajian teknis budidaya kelapa sawit seperti benih, pupuk, dan pengendalian hama penyakit. 

 

Pemberian bantuan alat panen sawit (PBS) ke perwakilan pekebun [Foto: Dok Pri]

Seminar yang dilakukan ini sangat bermakna penting, karena kebun petani yang layak teknis untuk di replanting sebanyak 2 juta hektar dari 4,7 juta hektar. Presiden RI pun di setiap event mengatakan bahwa sudah saatnya replanting sawit dilakukan untuk kebun rakyat. Sebagaimana diketahui, CPO kebun rakyat yang dihasilkan hanya 2 ton per hektar per tahun.  Seharusnya dapat mencapai 6 ton per hektar per tahun. 

Hal itu disebabkan selain tanaman sudah tua, juga karena serangan hama penyakit, pun benih yang digunakan juga benih ‘asal-asalan’ sehingga kualitasnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Di seminar ini menampilkan para nasarusmber yang membahas teknis budidaya pembibitan, bioteknologi, pemupukan dan pengendalian hama penyakit. 

Sementara itu, Dirjen Perkebunan, Bapak Bambang dalam sambutannya menyampaikan, bahwa acara  yang terkait dengan perkebunan terkhusus untuk keberlanjutan kelapa sawit Indonesia dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan melibatkan unsur terkait untuk mendiskusikan berbagai persoalan yang dihadapi industri perkelapasawitan Indonesia. 

Kelapa Sawit Indonesia memberikan peranan yang luar biasa terhadap perekonomian Indonesia juga perkebunan secara keseluruhan. Secara keseluruhan, subsektor perkebunan memberikan peranan terhadap PDB tanah air. Tahun 2017 memberikan pendapatan sebesar 471 triliun, jauh mengungguli pendapatan dari Migas.

Khusus untuk sawit, memberikan nilai lebih dari 21 miliar US Dollar. Atau setara dengan lebih dari 300 triliun. Saat ini kelapa sawit tanah air tercatat 14,03 juta hektar. Tahun 2017, luas kelapa sawit Indonesia 11,9 juta hektar setelah dirapikan beberapa perkebunan yang belum terdaftar, saat ini sudah mencapai angka seperti yang sudah disebutkan. 

“Tingkat produksinya, mencapai 37,8 juta ton dengan tingkat produktivitas yang masih di bawah standar. Ini PR untuk kita semua. Capaian kinerja kelapa sawit Indonesia, rata-rata baru 3,5 ton per hektar. ” ucap Bambang.

Kelapa sawit Indonesia menghadapi berbagai macam persoalan. Mulai dari isu internasional yang berkata TIDAK tentang sawit, mulai isu lingkungan, sosial, HAM. Ada yang mengatakan petani kelapa sawit lebih miskin dari petani lainnya, deforestasi, gambut, kebakaran, bahkan ada yang mengatakan bahwa orang utan tidak bisa hidup di kebun sawit orang utan kurang tempat hidupnya, dan permasalahan lainnya. Isu-isu yang dihembuskan itu sebenarnya tidak lain “persaingan” komoditas. 

Baca juga Kecam Sawit Eropa Bunuh Indonesia

Melalui seminar ini, Bapak Dirjen secara khusus memohon dukungannya bahwa perkebunan Indonesia tengah menghadapi tantangan luar biasa yang banyak para pesaing komoditi tidak menghendaki industri perkebunan Indonesia itu maju. Bukan hanya kelapa sawit, begitu juga kakao, kopi, lada, pala, cengkeh, dan lainnya.

Akan tetapi, terpaan yang paling tinggi berada di kelapa sawit, karena apa? Kelapa sawit sebagai tanaman yang paling produktif yang menghasilkan pangan dan energi. Kalau berpikir rasional seharusnya seluruh umat manusia di dunia ini berkewajiban untuk melindungi kelapa sawit Indonesia. Di saat-saat energi dari fosil akan habis maka tanaman yang paling produktif menghasilkan energi adalah kelapa sawit. 

Kalau sawit hilang dari tanah air, di saat energi habis kita akan kebingungan. Komoditas lainnya justru akan berisiko terhadap kerusakan lingkungan. Kelapa sawit, satu kali menanam untuk 25-30 tahun. Kelapa sawit sebagai sumber  minyak nabati energi baru terbarukan yang saat ini mencapai 30% dari kebutuhan dunia. Jadi, harus kita lindungi dengan baik.

Dengan melindungi kelapa sawit, kita yakin, ini menjadi bagian integral untuk mengamankan hutan tropis dunia. Di saat kondisi lahan terbatas, hutan tropis harus kita lindungi, kalau energi habis, kebutuhan  meningkat, cadangan energi fosil berkurang, tuntutan terhadap pengembang-pengembang penghasil minyak yang bisa produktif, kelapa sawit adalah pilihan dibanding komoditas lainnya, kelapa sawit jauh lebih efisien.

Kelapa sawit menjadi pilihan paling tepat karena ramah lingkungan dibanding tanaman penghasil minyak yang lainnya. Bandingka dengan bunga matahari  yang setiap tiga bulan harus dibongkar, risiko erosi, tanah longsor. Sementara kelapa sawit dengan kemampuannya menyerap air yang tinggi tidak membiarkan setiap tetes air hujan mengalir ke laut menjadi rain off, erosi, dan sebagainya.

Dengan isu-isu yang tidak baik itu tadi, orang-orang pintar pun ikut terbawa dengan permainan yang tidak suka dengan sawit. Sawit yang dianggap boros air, justru tanaman yang baik untuk konservasi adalah tanaman yang mamp menyerap air tinggi, diuapkan menjadi awan dan hujan. Inilah Allah SWT memberikan anugerah yang harus kita pelihara dengan baik bukan disalahkan.

Banyak hal-hal yang tidak masuk akal disampaikan tatkala Dirjen Perkebunan melakukan kunjungan ke daerah. Hal itu menjadi pelajaran untuk semua untuk meningkatkan tata kelola sawit Indonesia, meningkatkan produktivitas sawit Indonesia untuk setinggi-tingginya kesejahteraan masyarakat, juga perbaikan untuk bangsa dan negara. 

Kita juga mengakui bahwa hingga saat ini tata kelola perkebunan sawit masih banyak yang harus dibenahi. Oleh karena itu melalui kesempatan seminar tersebut Dirjen menyampaikan kepada perusahaan untuk melaksanakan tata kelola perkebunan sawit tanah air dengan baik dan taat asas. Membantu petani-petani di sekitar perusahaan sehingga tidak ada celah dan kesempatan kepada oran lain untuk mengatakan TIDAK kepada kelapa sawit Indonesia.

Untuk Pemda, izin usaha perkebunan, berikan kepercayaan kepada bupati/gubernur untuk memberikan izin. Berbeda dengan izin tambang.Pemberian kepercayaan kepada bupati/gubernur agar dapat membantu mengawal perkebunan kelapa sawit dengan baik. 

Replanting kelapa sawit ini sebagai upaya untuk memperbaiki mutu produksi pekebun dengan menggunakan benih unggul yang merupakan salah satu persyaratan pemenuhan sertifikasi ISPO. Ke depan pekebun sebagai penghasil 39% Crude Palm Oil (CPO) nasional secara bertahap harus mulai menerapkan dan mendapatkan sertifikat ISPO untuk dapat memenuhi tuntutan global.

Tujuan  replanting ini sendiri  sebagai cara untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan peremajaan perkebunan kelapa sawit untuk mencapai peningkatan produksi, produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan pekebun kelapa sawit. Meningkatkan pemahaman pihak terkait dalam menjalankan tugasnya mengawal keberhasilan pelaksanaan kegiatan peremajaan perkebunan kelapa sawit. Juga meningkatkan kemampuan pekebun  dalam aspek usaha maupun kemitraan usahanya. 

Sawit menjadi komoditi paling berharga di Indonesia [Foto: Dok Pri]

Semoga, dengan replanting ini, kemampuan produktivitas kelapa sawit tanah air semakin meningkat serta emberikan kesejahteraan  terhadap pekebun.