Dunia tanpa cahaya tentu gelap gulita. Dunia seakan
berada dalam gelap berkepanjangan. Cahaya menjadi salah satu sumber kehidupan
manusia. Dengan cahaya, manusia mampu melakukan aktivitas hingga ke dasar laut
sekalipun.
Petinggi Philips Lighting dalam Kampanye "Comfort Eye" [Foto: Dok Pri] |
Cahaya menjadi inspirasi banyak orang untuk melakukan
penelitian lebih lanjut. Dampak kekurangan cahaya pada seseorang dapat
mengakibatkan mata rusak. Contohnya saja membaca di tempat yang minim cahaya,
hal itu sangat tidak disarankan. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam retina
mata, dapat mempengaruhi daya akomodasi mata.
Membayangkan kehidupan
orang-orang di zaman dahulu tanpa cahaya tentunya gelap gulita yang dirasakan. Memang, tanpa cahaya keberadaan mereka masih
bisa bertahan.
Akan tetapi, banyak juga dari mereka yang menderita buta mata. Karena mata
dipaksa untuk beradaptasi “keras” di kegelapan.
Memang, ada beragam
cara yang mereka lakukan untuk memenuhi penerangan di
malam hari. Seperti, membuat perapian dari gesekan batu di atas ranting kering.
Membuat bor kayu kering dengan batu untuk mendapatkan api. Bahkan, membakar
ranting-ranting kering hanya sekadar untuk mendapatkan cahaya.
Kesederhanaan mereka memberikan inspirasi kepada banyak
orang untuk mencari penerangan yang simpel dan sistematis. Dapat dipakai banyak
orang dan tidak menyulitkan. Kehidupan mereka yang tanpa cahaya akan dapat
memberikan efek buruk terhadap kesehatan mata. Karena, bagaimanapun, mata
merupakan aset yang tak ternilai harganya.
Representatif Philips Lighting sedang menjelaskan peerbedaan Philips dengan merek lain [Foto: Dok Pri] |
Jangan pernah sia-siakan mata hanya karena cahaya. Cahaya
seimbang yang masuk ke dalam mata akan membuat mata tetap bekerja dengan baik.
Oleh karena itu, untuk mendukung hal ini, Philips Lighting gencar
mengampanyekan ‘Eye Comfort’ ke masyarakat tanah air.
Ternyata, riset-riset yang sudah dilakukan sebelumnya banyak mengatakan kalau
orang dewasa hampir di seluruh dunia, kurang memperhatikan mata mereka. Ya,
temuan ini menjadi garis lurus bahwa saat ini semakin tinggi orang yang
menderita rabub jauh (miopia). Berdasarkan apa yang diperkirakan oleh WHO,
bahwa di tahun 2050, satu dari dua orang yang ada di dunia bakal menderita
rabun jauh. Ditambah lagi, beban mata yang kita miliki semakin besar.
Beban mata yang semakin besar tersebut tidak lain
dikarenakan orang lebih banyak melihat layar monitor dan laptop mereka
dibanding lebih banyak melihat pepohonan hijau. Ditambah lagi, mereka lebih
fokus pada perangkat yang dimiliki. Cahaya kuat yang ditimbulkan dari perangkat
elektronik tadi, secara tidak langsung dapat mempengaruhi akomodasi mata. Karena
mata dipaksa untuk melihat secara nyata apa yang terpampang di depa mata.
Nah, orang-orang di zaman dahulu pun demikian adanya. Sulitnya akses transportasi seakan membuat mereka jauh
dari jangkauan. Tetapi, itu bukan alasan untuk mereka tidak mendapatkan
penerangan. Seribu satu cara bisa ditempuh agar mereka bebas dari gelap dan
cahaya yang cukup untuk mata.
Kegelapan terkadang membuat
sulit melakukan aktivitas di malam hari,
terutama membaca.
Hal itu juga berdampak
pada belajar anak-anak saudara kita di
malam hari. Mereka mencari akal dengan caranya. Ada yang menggunakan lampu dari
botol-botol bekas yang diberi tutup dan tengahnya dilubangi (lampu sentir =
red). Lampu model seperti itu justru dapat menimbulkan pencemaran, karena
jelaga yang dihasilkan menebalkan kotoran hidung.
Bahkan, ada juga
saudara-saudara kita yang masih menggunakan obor untuk sekadar jalan antar kampung
atau main ke tetangga. Itu cerita-cerita dulu sekadar flashback beberapa puluh
tahun belakangan sebelum lampu masuk ke desa-desa.
Nah, kalau kita perhatikan sekarang, orang-orang justru
lebih mementingkan kebugaran fisik daripada mata. Bahkan, orang
berbondong-bondong bagaimana caranya agar berat badan tidak naik, dibanding
menjaga kesehatan mata sendiri. Kalau dipikir-pikir, aktivitas kita lebih
banyak menggunakan mata, tetapi hak mata seolah terabaikan.
Dalam riset yang dilakukan secara umum bahwa perlu
dilakukan kepedulian yang lebih tinggi untuk meningkatkan perawatan mata dan
pencahayaan yang benar-benar berkualitas. Hal ini dilakukan di negara-negara
seperti Polandia, Republik Ceko, Swedia, Jerman, China, Spanyol, Perancis,
Indonesia, Thailand, Amerika Serikat, dan Turki.
Ruang pengetesan Philips Lighting [Foto: Dok Pri] |
Nah, karena cahaya itu sangat berpengaruh terhadap
aktivitas mata, sekitar 74% orang setuju bahwa ada pengaruh dari kualitas
pencahayaan terhadap penglihatan. Sekitar 13%, orang memilih bohlam yang lebih
nyaman di mata.
Perawata mata menjadi hal yang paling penting terhadap
kesejahteraan diri, tetapi seperti ditinggal oleh yang lainnya. Dari sini,
orang tua pun semakin mengkhawatirkan mengenai kesehatan mata anak-anak mereka.
Sekitar 52% orang tua mengkhawatirkan anaknya seberapa jelas mereka dapat
melihat.
Sementara itu, prestasi di sekolah apakah meningkat baik atau justru
sebaliknya, kecenderungan orang tua untuk cemas karena mata anaknya 51%. Pola
tidur anak-anak pun dapat membuat mata mereka terkena dampak. Sekitar 49% pola
tidur mempengaruhi terhadap kesehatan mata.
Berat badan pun demikian. 43% orang tua mencemaskan
anak-anaknya yang memiliki berat badan berlebih. Akan tetapi, masih bersyukur
pula bahwa ada 43% orang di dunia yang secara global masih mau dan rutin
berkunjung ke dokter mata.
Nah, Philips Lighting sebagai pemimpin dunia di bidang
pencahayaan punya cara mudah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup kita dengan
bohlam berkualitas tinggi yang nyaman untuk di mata. Seiring sejalan dengan
itu, Philips pun memang peduli dengan kesehatan mata orang-orang di seluruh
dunia dengan inovasi bohlam-nya.
Dalam memilih bohlam atau lampu, kita mesti tahu, bahwa
bohlam yang dipilih itu dengan cahaya lampu yang tidak berkedip. Karena cahaya
lampu yang berkedip dapat merusak mata. Ditambah lagi cahaya yang tepat untuk
mata kita.
Seiring dengan itu, Dokter Gitalisa Andayani, Sp.M(K) mengatakan, "Kita perlu terus meningkatkan kepedulian masyarakat Indonesia pentingnya melakukan pemeriksaan mata secara berkala untuk mencegah gangguan mata. Pemeriksaan mata menjadi semakin penting jika kita punya faktor usia, diabetes, dan riwayat penyakit mata dalam keluarga, contohnya glaukoma. Pencahayaan berkualitas sangat penting untuk anak-anak saat mereka membaca dan belajar, juga bagi orang dewasa dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan penglihatan yang baik. Anak-anak harus meluangkan waktu untuk beraktivitas di luar rumah (outdoor) setiap hari agar terhindar dari miopia. Kita harus melindungi mata dengan melakukan kegiatan di bawah pencahayaan yang baik, menghindari paparan sinar UV-B, tidak merokok, dan melindungi mata saat bekerja untuk menghindari cedera."
Sementara itu, Rowena Lee selaku Senior Vice President, Business Group LED di Philips Lighting pun menyampaikan, "Kualitas pencahayaan tidak hanya terkait masa pakai yang lama, tetapi juga sangat penting untuk memastikan mata kita tidak lelah dan nyaman. Sangat penting untuk memilih LED berkualitas tinggi yang tidak berkedip. Ini merupakan hal mendasar bagi tim ilmuwan kami yang bekerja keras tanpa kenal lelah untuk mengembangkan LED berkualitas dan unggulan yang disukai konsumen karena lebih nyaman di mata."
Blogger dalam Kampanye Philips Lighting [Foto: Dok Pri] |
Cahaya yang tepat akan sangat berarti terhadap mata. Oleh
karena itu, Philips Lighting telah mengembangkan LED yang tidak berkedip dan
itu membuat mata kita jauh lebih nyaman. Orang-orang di dunia, sekitar 67%
setuju bahwa cahaya yang tepat dapat mempengaruhi mood mereka.
Tips agar mata nyaman [Foto: Dok Pri] |
Jadi, menjaga kesehatan mata itu sangat penting, begitu
pula dengan cahaya yang digunakan. Philips Lighting mampu menjawab keluh kesah
orang-orang di seluruh dunia terhadap pencahayaan dan kesehatan mata mereka.
Beberapa gerakan senam mata [Foto: Dok Pri] |