Wah, tinggal menghitung
hari ternyata. Sebagai warga Jakarta, menyambut Asian Games yang bakal di helat
di tempat saya tinggal sekarang ini terbersit rasa bangga sekaligus bahagia.
Bangga karena pesta olahraga
bangsa-bangsa si kawasan Asia ini, digelar di kota Jakarta. Bahagia, pastinya
banyak atlet-atlet berskala internasional bakal unjuk kebolehan untuk
membanggakan dan membawa nama negara di kancah Asia khususnya.
Tak hanya di Jakarta
Asian Games ini digelar. Tetapi juga mengambil tempat di salah satu provinsi di
Sumatera, yaitu Sumatera selatan, Palembang.
Saya yang juga orang Sumatera, ikut senang juga karena, Sumatera,
menjadi salah satu pulau di Indonesia yang mewakili tempat menjadi ajang dihelatnya
pesta olahraga bergengsi ini.
Animo masyarakat Jakarta
sendiri dalam menyambut Asian Games ini terasa sekali. Rumah-rumah dan jalan
yang dilalui para atlet Asian Games berlaga, dihias rapi. Jalan-jalan
diperbaiki, dan segala hal untuk menyambut tamu dari negara asing
diperbagus. Pancangan tiang-tiang dan
bendera negara-negara peserta pun mulai ramai.
Warna-warni Asian Games
tampak meriah. Hal ini semeriah dan
sejalan pula dengan datangnya Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia
yang ke-73 tahun. Seolah tak kehabisan
cara para warga ingin meluapkan dan
berbagi kegembiraan kepada perwakilan
negara-negara peserta Asian Games.
Sama halnya dengan pemerintah Republik Indonesia sendiri.
Hampir semua lini
dibenahi agar Jakarta dan Palembang terlihat cantik juga menarik. Tak berhenti
sampai di situ, pemerintah pun memperhatikan dan melakukan perbaikan terhadap
fasilitas umum (Fasum) maupun fasilitas khusus (Fasus). Wajah Jakarta dan Palembang khususnya disulap.
Jakarta, yang notabenenya identik dengan
Indonesia bakal membawa pengalaman tersendiri
bagi peserta Asian Games.
Tentunya, tidak hanya peserta Asian Games-nya saja yang bakal
punya pengalaman tersendiri tentang Jakarta kini, tetapi juga warga yang
tinggal di ibukota. Pembangunan yang
semakin dirasakan pun tak bisa dielakkan.
Asain Games ini memberi cara baru berpikir dari masalah-masalah besar
yang ada dengan berpikir sederhana, masalah besar dapat diselesaikan.
Salah satunya adalah
arus lalu lintas di Jakarta. Memang, bukan hal mudah dan jadi pekerjaan ringan
mengatur lalu lintas ibukota. Jakarta itu kompleks, satu sama lain saling
bergantung dan tak dapat dipisahkan.
Beragam kebijakan yang ada mesti melibatkan banyak sektor tak saja Kementerian Perhubungan yanga
mengurus lalu lintas atau dengan kata lain sebagai penanggung jawab, tetapi ada
instansi lain seperti Kementerian PU yang juga berperan penting dalam
infrastruktur ibukota dan daerah, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang mesti
fokus pada lingkungan. Hal yang tak bisa dipisahkan lainnya adalah tugas
‘berat” kepolisian RI.
Kalau kalian pernah
berkunjung ke negara lain, mungkin akan buat satu perbandingan tentang lalu
lintasnya. Tetapi memang, permasalahan lalu lintas di satu negara tidak bisa
disamakan dengan negara lain. Jakarta punya cara sendiri untuk mengatasi dan
membenahi lalu lintasnya. Apalagi dalam menghadapi Asian Games kali ini. Semua
sarana transportasi benar-benar dimaksimalkan.
Kalau kita mau melihat
atau belajar banyak dari negara yang mirip dengan negara Indonesia ekonominya,
yaitu Bogota dan Colombia, TransJakarta
yang beredar di Jakarta mencontoh dari mereka.
Metode yang diterapkan di Jakarta, sama dengan di dua negara tersebut. Mengapa busway ada? Jawabannya karena keterbatasan lahan,
anggaran, bahkan tingginya volume kendaraan pribadi sehingga muncul ide busway
hadir. Hal ini yang diadaptasi dan ditiru Jakarta sekitar 12 tahun lalu.
Mulanya sih banyak kontra, akan tetapi kini mesti diakui bahwa Trans Jakarta
menjadi moda transportasi yang paling diandalkan di Jakarta. Boleh dibilang bebas macet, cepat, dan relatif
aman.
Nah, sebenarnya tidak
saat Asian Games ini saja perbaikan dan pembenahan transportasi di Jakarta
dilakukan. Jauh-jauh sebelum dan tidak ada Asian Games pun pembenahan
dilakukan. Baik dengan menerbitkan
regulasi juga diikuti evaluasi berkelanjutan. Badan Pengelola Transportasi
Jakarta (BPTJ) yang menjadi lembaga setingkat Dirjen di Kemenhub konsisten
membuat banyak program edukasi.
Pendekatannya melalui
event nasional bahwa transportasi menjadi bagian penting. Asian Games 2018 ini
menjadi satu helatan penting bagi BPTJ untuk membuat rekayasa lalu lintas
Jakarta secara masif.
Tak bisa dipungkiri,
bahwa negara-negara yang mengadakan pesta sejenis pun melakukan rekayasa lalu
lintas demi kelancaran acara. Contohnya saat Olimpiade Beijing 2012 lalu. Kita
tahu kan, bahwa Beijing yang notabenenya
ibukota Cina sebagai raksasa baru perekonomian sering sekali mengalami masalah
lalu lintas seperti negara berkembang, apalagi kalau bukan macet. Kalau di
Jakarta, pengaturan lalu lintasnya masih ringan banget, hanya ganjil dan genap,
sementara di Beijing sangat ekstrim. Ekstrimnya benar-benar melihat dan
berdasaran nomor plat mobil.
Manajemen Rekayasa Lalu Lintas [Foto: Dok BPTJ Kemenhub RI] |
Contohnya, angka satu
dan dua hanya bisa melintas di hari Senin dan Rabu, tiga dan empat Kamis dan Jumat,
dan seterusnya. Aturan ini tidak
main-main ternyata, dari Olimpiade itu diterapkan bahkan setelah pesta olahraga
berakhir pun aturan tetap berlaku.
Nah, Jakarta sangat
perlu lho rekayasa semacam ini ketika Asian Games 2018 berlangsung. Kenapa?
Pertama, macet masih jadi momok di ibukota juga wilayah sekitar. Jakarta pun lagi giat membangun di
setiap sudut kota, otomatis ini berpengaruh pada lalu lintas. Kedua, standar
internasional (OCA) Olympiade Council of Asia, memberi syarat untuk waktu
tempuh atlet ke tempat lomba, hanya 30 menit dengan kondisi udara harus baik. Mesti
ikuti baku mutu harian sesuai PP Nomor 41 Tahun 199 bahwa 65 mikrogram per meter kubik atau baku mutu menurut WHO, 25 mikrogram per
meter kubik.
Jadi,
sejak 2 Juli 2018 di Jakarta suda dilakukan uji coba rekayasa lalu lintas
Jabodetabek. Untuk itu, BPTJ membuat tiga paket kebijakan transportasi agar
Asian Games sukses dan lancar. Paket kebijakan itu meliputi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas
(MRLL), Penyediaan Angkutan Umum, serta kebijakan Pembatasan Lalu Lintas
Angkutan Barang (golongan III, IV, dan V). Selain untuk menjamin kelancaran
penyelenggaraan Asian games.
"Asian
Games menjadi momentum guna mengedukasi masyarakat untuk mau beralih dan
memanfaatkan transportasi umum. Selain efektif mengurai kemacetan, peralihan
ini juga memberi efek pada penurunan tingkat polusi udara," tegas Bambang
Prihartono, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Dari hasil riset memberikan bahwa lebih dr Rp 100
triliun hilang setiap tahun akibat kemacetan di Jabodetabek. Di salah satu
artikel disebutkan, satu mobil pribadi menghasilkan 250 kg emisi CO2
per penumpang per 1000 km, sementara bus hanya menghasilkan 50 kg emisi CO2
per penumpang per 1000 km. Artinya kalau kita naik kendaraan umum, secara tidak
langsung sudah menjaga lingkungan.
Nah, untuk acara Asian Games
nanti, kita (masyarakat) “dipaksa” naik
kendaraan umum. Hitung-hitung kita menikmati fasilitas sekalian “belajar
menikmati” kendaraan umum di Jakarta. Apalagi bagi mereka yang sudah sangat
lengket dengan kendaraan pribadi, mesti diwajibkan naik kendaraan umum.
Tak perlu khawatir juga
karena BPTJ kerja bareng dengan beragam operator kendaraan umum dengan menambah
armada bus-bus di ibukota. Kebijakan itu dengan menambah armada bus
TransJakarta ke venue berjumlah 76 unit dari kondisi exixting 294 unit,
penyediaan 57 unut bus dari hotel/Mall ke venue, penyediaan 204 bus khusus
untuk wilayah-wilayah yang kena dampak ganjil-genap, dan penyediaan 10 unit bus
untuk keperluan nonpertandingan (wisata). Satu hal yang buat menarik bahwa
bus-bus yang menuju ke venue gratis untuk masyarakat umum.
Ternyata, tidak itu saja, karena banyaknya jalan yang sudah
diterapkan ganjil genap, BPTJ bekerjasama dengan Google Indonesia merilis
update apps Google map yang bisa mendeteksi rute ganjil genap. Aplikasi itu
dapat memberikan informasi rute mana saja yang bisa dilalui kalau memakai
kendaraan pribadi. Pengguna juga akan memperoleh informasi waktu tempuh yang
diperlukan kalau menggunakan jalur alternatif.
Untuk kalian yang tidak
terbiasa dengan kendaraan umum, bisa banget menginstal aplikasi Moovit. Nah,
melalui apps ini kita bisa lihat jadwal kereta dan bis bahkan angkot. Tentunya
juga kita bisa ngecek waktu kedatangan, notifikasi tujuan dan rute detail di
dalam maps, sehingga kita bisa secara mudah mendapati rute di Jakarta dengan
cara efektif dan efisien. Untuk Asian Games sendiri, tidak tanggung-tanggung,
bahkan sudah di-upgrad hingga ke lokasi dan rute masing-masing cabang olahraga.
Keren kan!
Meski Asian Games 2018
hanya tiga minggu lebih kurangnya, tentunya kita berharap bisa belajar juga
memahami kondisi jalan ibukota untuk lebih baik lagi. Memang, yang namanya perubahan itu perlu
waktu, tidak serta merta jadi, perlu kontribusi semua pihak. Kita mesti ikut
serta dan berpartisipasi agar semuanya jadi lebih baik.
Memang, kalau kalian
berpikir naik kendaraan umum itu tidak senyaman naik kendaraan pribadi. Akan tetapi,
naik bus banyak faedah sosial yang kita peroleh. Seperti macet berkurang,
polusi rendah, hidup kita pun semakin berkualitas. Kalau dulu, mapannya
seseorang disimbolkan dengan kendaraan pribadi (mobil) terutama. Kini, zaman
terus berubah, “mapan” itu untuk mereka yang mau naik angkutan umum. Mau nyaman
dan kalian juga bisa terus dukung Asian Games 2018? Ayo naik kendaraan umum
untuk Jakarta jadi lebih baik lagi.