I’m so sad with this genocide. Armenia has
been taken an action widely critized by the world. Why was this done? Where are
the values of humanity and their conscience? Do they not think about Azeri’s
future? Do they not think sustainability of relations between two countries?
Armenia just fulfill the desire.
I hope that Azerbaijan is always blessed by
Allah SWT, being a prosperous and happy
country. The peoples with a comfortable,
peaceful, and happy life. Support each other. Azerbaijan becomes a country full
of warmth and glory. Aameen
Apa yang kalian pikir dan rasakan kalau salah satu
anggota keluarga kita diganggu atau dijahati oleh orang lain, bahkan satu
anggota keluarga kehilangan nyawa? Tentulah anggota keluarga yang lain tak
terima perlakuan yang dibuat oleh orang lain tersebut, termasuk saya. Baik ada
atau tanpa alasan mereka mengusik ketenangan keluarga saya hanya untuk
mengganggu dan melenyapkan agar tidak ada generasi atau keturunan dari keluarga
saya.
Hal ini akan membuat orang-orang di sekitar kita marah
dan keluarga yang lain berusaha untuk melindungi saudara-saudara lainnya. Bayangkan
saja, keluarga kita yang kehilangan satu nyawa karena perbuatan orang lain, itu
membekasnya hingga puluhan tahun bahkan tetap tak bisa hilang dari ingatan. Satu
kekuatan yang lahir dari ini adalah keinginan untuk melindungi dan berusaha
kuat agar orang-orang yang mendzalimi mendapat hukuman setimpal.
Nah, apalagi kalau sudah menyangkut dua negara. Tak terbayangkan
oleh saya, betapa sakitnya hati seluruh
warga negara jika warga negaranya diganggu dan ingin dilenyapkan dari muka bumi
hanya karena keserakahan dan penguasaan. Ini yang kita kenal dengan genosida, yaitu
pembantaian besar-besaran yang dilakukan secara tersusun kepada satu suku
bangsa atau kelompok untuk mengenyahkan atau menghilangkan bangsa itu.
Inilah yang terjadi pada
salah satu negara pecahan Uni Soviet, Azerbaijan dan Armenia. Di mata saya,
tragedi ini sangat menyayat dan memilukan. Bagaimana tidak, banyak penduduk
Azerbaijan yang tewas di tangan tentara Armenia hanya karena kekuasaan dan
keserakahan, tepatnya di kota Khojaly (Khujali).
Khojaly dalam Kajian Bulanan Islam
Dalam kajian bulanan Ust.
Yusuf Mansyur di Istiqlal pada Minggu (25/02/2018) ini ada hal yang berbeda
dari biasanya. Begitu banyak jamaah berkumpul ketika mendengar kata Khojaly.
Ya, mereka ingin menguak lebih jauh apa
sebenarnya yang terjadi dengan Khojaly, sehingga Azerbaijan menderita hampir
sepanjang hayat saat mengenang hal ini.
Begitu banyak luka
mendalam membekas yang tak bisa disembuhkan begitu saja. Ada banyak cerita yang
diwariskan oleh orang-orang tua Azerbaijan kepada anak cucu mereka saat
mengenang dan menceritakan kembali Khojaly.
Yusuf Mansyur pun
mengatakan kepada jamaah, begitu banyak pelaku genosida yang hingga saat ini
belum diadili. Ketika Ruslan Nasibov naik ke atas panggung bicara dalam bahasa
Inggris yang coba ditangkap maksudnya oleh Yusuf Mansyur dan disampaikan kepada
jamaah. Ruslan Nasibov selaku Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Azerbaijan
di Indonesia mewakili kedutaannya ingin berbagi informasi mengenai Khojaly ini.
Baca juga: Azerbaijan, Party on the Plate
Baca juga: Azerbaijan, Party on the Plate
Tak banyak berita yang
mengangkat Khojaly sehingga orang tidak tahu apa yang terjadi di sana. Dengan
hadirnya Ruslan, orang menjadi tahu bahwa penduduk Azerbaijan, muslim di
Khojaly telah dibantai habis oleh tentara Armenia. Oleh karenanya, kajian
bulanan Ustaz Yusuf Mansyur ini menjadi atensi penuh para jamaah. Inilah
mengapa Ruslan hadir bersamaan dengan kajian Ust. Yusuf Mansyur, keinginannya
untuk berbagi cerita mengenai tragedi genosida di negaranya.
Yusuf Mansyur pun berkata,
“Hadirnya beliau (Ruslan) akan membuka kebun amal untuk kita yang ada di sini.
Semoga hukum dan keadilan terhadap peristiwa genosida pada 1992 itu cepat
terealisasi.”
Pembantaian Besar-besaran
Khojaly
Akhir Februari menjadi bulan paling mencekam di kota
kecil kota sengketa Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan. Ratusan muslim baik
anak-anak, perempuan, juga orang tua yang berakar dari etnik Azeri (Azerbaijan)
yang memang rerata tinggal di Khojaly habis dibantai brutal oleh tentara
Armenia.
Diketahui bahwa Karabakh sesungguhnyalah masuk ke
Azerbaijan. Akan tetapi, kebanyakan penghuninya justru etnis Armenia. Mereka mendeklarasikan
kemerdekaan Republik Nagorno-Karabakh, lepas dari Azerbaijan pada 10 Desember
1991. Yang menjadi permasalahannya bahwa kedaulatan mereka tidak diakui oleh
dunia internasioanal. Karena, secara de
jure wilayah Nagorno-Karabakh masih masuk dalam Azerbaijan.
Entah kenapa militer Armenia ikut campur dan Rusia pun
justru ikut membantu Armenia. Konflik keduanya pun tak bisa dihindari. Meledak!
Kehidupan penduduk Khojaly yang penuh dengan kesahajaan dan hanya 3 ribu muslim
beretnik Azerbaijan, menjadi kota dengan tekanan paling tinggi dan sangat
mencekam. Apalagi, saat melihat hujan air mata di Istiqlal mengharu biru
mengenang genosida Azerbaijan yang dilakukan Armenia.
Benar-benar tanpa daya, tak punya naluri, dan serangan
membabi buta, tepat di malam 26 Februari 1992, ribuan etnik Armenia-Karabakh
dengan bantuan militer Armenia meluluhlantahkan kotak Khojaly pada saat mereka
akan beristirahat malam. Masya Allah!
Penduduk Khojaly tewas dibantai tentara Armenia [Foto: Dok https://www.azernews.az/nation/92964.html] |
Meski dilumat hanya satu malam sekitar 600 orang menjadi
korban. Anak-anak, perempuan, dan orang tua tak berdaya bermandikan darah. Begitu
banyak masjid, sekolah (madrasah), rumah, dan berbagai bangunan di Khojalu
hancur lebur. Di malam itu, Khojaly berlinang darah dan menjadi tempat
pembantaian.
Please read too
Sementara, penduduk Khojaly yang masih ada tetap memilih
bertahan hidup di tempat itu. Sebagian lainnya, orang etnik Azeri memilih
tinggal di Karabakh dan wilayah Armenia yang mengungsi ke Azerbaijan.
Di 1993, Armenia dan Azerbaijan melakukan gencatan. Tak
terbayangkan sebelumnya trauma mendalam terhadap penduduk yang masih tersisa. Meski
sudah terjadi gencatan senjata, tapi beberapa wilayah di Azerbaijan masih
ditempati Armenia, begitu pula dengan konflik Karabakh belum lagi usai hingga
sekarang.
Mayat penduduk Khojaly [Foto: Dok http://www.worldbulletin.net/haber/86275/20th-anniversary-of-khojaly-massacre-photo] |
Di sinilah, kita diingatkan kembali oleh Ruslan bahwa
yang sebenarnya terjadi pada malam 26 Februari 1992 banyak dilupakan orang. Ini
menjadi genosida paling mengerikan oleh Armenia untuk Azerbaijan. Meski Dewan
HAM internasional sudah memutuskan bahwa Armenia telah melakian kejahatan
kepada manusia-manusia tak berdosa di Khojaly, tetapi Armenia tetap ‘Keras
Kepala’.
Karena peristiwa
ini pulalah pada Sabtu (21/2/2018) dari
WAMY (World Assembly of Muslim Youth), sebagai organisasi pemuda muslim
internasional di bawah Liga Dunia Islan (Rabitah al-Alam al-Islami), menggelar
misi internasional “al-Adalah li Khujali” (Keadilan untuk Muslim
Khujali/Khojaly), di Istanbul, Turki.
Dalam gelarannya menghadirkan karya fotografi bertema “Khujali-fi Uyun Syabab al-Muslim”
(Khujali dalam Otpik Pemuda Muslim). Acara itu berlangsung di Stasiun Utama Metro
(Kereta Listrik) Istanbul. Dengan digelarnya misi itu, berharap dunia
internasional, terutama umat Muslim, membantu dan punya simpati untuk masa
depan Muslim Azeri di Khojaly, termasuk masa depan Muslim Karabakh. Tahun
sebelumnya di bulan Mei, pameran serupa juga digelar di kota Baku, Azerbaijan.
Kampanye Kesadaran Nasional untuk peristiwa Khojlay ini
pun digelar dengan tujuan membangkitkan kembali aware masyarakat dunia dengan
melancarkan demonstrasi melalui foto kreatif dan gambar berdasarkan fakta
terhadap penderitaan konflik Karabakh juga pembantaian di Khojaly.
Situs resmi kampanye ini dapat dilihat di https://www.justiceforkhojaly.org/
Khojaly ini sebagai kota kecil di Azerbaijan yang berada
di kawasan administratif negara bagian Nagorno Karabakh, di jalan Agdam-Susha,
Khankendi (Stepanakert)-Askeran dekat bandara dengan penduduk lebih dari 7 ribu
jiwa.
Inilah jumlah penduduk yang dibantai [Foto: Dok http://www.worldbulletin.net/haber/155240/azerbaijani-envoy-recalls-1992-genocide-by-armenia] |
Tercatat, dalam tragedi ini sebanyak 613 sipil terbunuh diantaranya 106 waita, 83
anak-anak, 56 dibunuh sadis, 8 keluarga dimusnahkan, 25 anak-anak kehilangan
orang tua, 130 anak-anak kehilangan salah satu orang tuanya, 1275 penduduk
tidak punya salah dilakukan penyanderaan dan disiksa teramat perih dan
menyakitkan dalam kurun waktu 3 tahun pertama terjadinya konflik.
Banyak
doa terucap untuk Khojaly melalui Kajian Bulanan Ust. Yusuf Mansyur. Saya merasakan begitu mendalamnya
duka etnis Azeri dan Azerbaijan sendiri dengan tragedi Khojaly ini. Nilai-nilai
kemanusiaan yang dilanggar begitu nyata kepadanya. Tak terperikan, betapa
menderitanya mereka mengingat peristiwa ini.
Catatan
panjang sejarah negeri Azerbaijan kepada
Armenia karena perlakukan ini membekas dalam, bahkan terlalu dalam untuk
dapat dilupakan begitu saja. Saya merinding tatkala menyaksikan video peristiwa
itu.