Wednesday, December 26, 2012

Semarangan, Yuk!

-->
Lumba-Lumba Resto

Kuliner Semarang di Jakarta sepertinya tidak begitu banyak dapat dijumpai. Cita rasanya unik dan sangat khas. Tepatlah keberadaan Lumba-Lumba Resto yang membuka cabang di Jakarta mengusung makanan khas kota Lumpia ini. 

Apa yang Anda kenal secara lekat tentang Semarang selain Lawang Sewu, Rumah Sakit Karyadi, Simpang Lima? Tentu kulinernya yang punya cita rasa khas, baik bandeng presto, wingko babat, atau lumpianya yang khas. Tak salah jika jauh-jauh dari Semarang, penganan itu dipindahkan ke ibukota negara, Jakarta. 

Meski terbilang baru, tetapi resto ini ramai dikunjungi orang-orang penggila kuliner. Ada banyak ragam menu yang ditawarkan, sebut saja Bandeng Presto khas Semarang, Ayam Tulang Lunak, dan camilan khas lainnya.

Bandeng Presto khas Lumba-Lumba Resto
 Bandeng Presto yang diolah oleh Lumba-Lumba Resto berbeda dari kebanyakan Bandeng PResto yang pernah saya cicipi. Teksturnya sangat lembut, duri-durinya pun hampir tak berasa. Bumbu meresap sangat terasa ketika digigit. Sambal goreng yang khas dengan ketimun sebagai lalapan, membuat lidah tak berhenti berdansa. Gigi geligi berkelahi memperebutkan daging dan duri bandeng :).

Ayam Tulang Lunak

 Bagaimana dengan Ayam Tulang Lunaknya? Saat saya menggigit daging dan tulang secara bersamaan, benar-benar takjub dibuatnya. Tulangnya benar-benar lembut hampir tak berasa keras. Daging ayam pun tak hancur. Ketika saya mencoba untuk menyuwir sedikit daging ayam tersebut, dengan mudah dapat terlepas. 

Kepiawaian sang pemiliki--Yonathan-- dalam meracik makanan ini menggugah lidah untuk tetap berdansa. Selepas menyantap dua hidangan "berat" itu, saya mencoba minuman ringan  yang disuguhkan sang pemilik, Es Puter Durian. 

In-Le Punya Selera

"Menunggu", untuk sebagian orang sebagai "pekerjaan" yang paling membosankan. Apalagi menunggu hingga berjam-jam. Tapi, menunggu menjadi pekerjaan yang menyenangkan, terutama menunggu kekasih. Hahaha...

Tidak seperti halnya saya, menunggu menjadi pekerjaan yang sudah biasa menghampiri saya. Menunggu pemilik resto yang satu ini seperti tebak-tebak buah manggis. Hihihi... Saya sempat ngobrol-ngobrol singkat dengan Manager Restonya, Mba Herni yang telah malang melintang di rimba perestoan selama 8 tahun sebelumnya.

Pemilik In-Le Resto dikatakannya seorang wanita muda, cantik, dan enerjik. Hmmm... pikiran saya bergelayut, "wanita, muda, cantik, dan enerjik, kira-kira mirip siapa yaa?". Mba Herni pun angkat bicara, "Nanti mas tahu sendiri", ucapnya.

Selang obrolan singkat saya selesai dengan Mba Herni, meluncur  di parkiran mobil "wah" berwarna merah. Jreeeeeeeeng... Manager resto bilang, "Itu ownernya mas". Saya sempat terpana dan kaget dibuatnya. "Waduuuh, mirip banget sama penyanyi dengan gelaran "sesuatu yah" "alhamdulillah yah"... hahaha.... dilihat aslinya. Itu dia ternyata Ibu Intan Lestari.

Masuk ke dalam ruang resto, saya berjabat tangan sembari memperkenalkan diri. Cukup bersahabat dan friendly. Setelah istirahat beberapa menit, mulailah saya berpetualang dengan alat rekam untuk mengorek detail seputar resto ini.

In-Le Resto mengangkat makanan western (barat) dan Asia. Boleh dibilang Fussion Food. Oxtail Soup (Sop Buntut) menjadi andalan utama resto ini. Selain itu, Chicken Cordon Bleu menjadi dish istimewa barat. Resto yang terletak di Jalan Balai Pustaka Raya No. 2 ini tak jau dari perempatan Pasar Sunan Giri. Bentuk bangunan didesain sedemikian rupa, sehingga menimbulkan kesan "wah" tetapi tetap cozy dan homy.