Saturday, July 29, 2017

Liputan6, Pertamina, & Indosiar Akan Segera Lahirkan Broadcaster Andal

Memasuki Lotte Shopping Avenue, dari luar tampak biasa saja. Tak terlihat keramaian yang berarti. Lalu lalang orang hanya sekadar windows shopping sudah biasa terlihat. Apalagi mereka yang hanya sekadar nongkrong, sembari menunggu jam makan siang tiba.

Kaki saya melangkah ringan ke lantai empat di Mall yang cukup ternama di kawasan Kuningan tersebut. Ada apa sih di lantai empat itu sebenarnya? Ya, saya makin penasaran. Undangan khusus yang diberikan Liputan 6, Indosiar, dan Pertamina untuk Blogger, membuat rasa penasaran saya bertambah-tambah.

Jejakkan kaki akhirnya sampai di lantai empat The Ice Palace Lotte Shopping Avenue ini. Terbelalak mata saya menyaksikan ratusan anak-anak muda dengan segudang talenta sedang antri menunggu absensi untuk masuk ke ruang spesial yang sudah disiapkan panitia, tak terkecuali Blogger.

Ada banyak anak-anak muda dengan latar belakang kampus dan pendidikan berjibaku di tempat itu. Tanya punya tanya, mereka sedang mengantri ikut audisi dan workshop Citizen Journalist Academy. Ya, CJA yang dihelat oleh Liputan 6, Indosiar, dan Pertamina-Energi Muda Pertamina.  

Tentunya, ada yang bertanya-tanya, "Apa sih Citizen Journalist Academy ini?" Jadi,CJA ini merupakan program yang digagas oleh  Liputan 6, Indosiar, dan Pertamina untuk mencari sekitar 30 orang bibit-bibit muda yang punya passion tinggi di bidang, Public Speaking (Public Relation), Writing, Videography, juga Presenting.

Kesembilan puluh anak-anak muda dengan bidang yang mereka geluti dan minati, akan ikut mobile creative internship di kota tempat mereka berasal. Ada tiga kota yang menjadi tempat anak-anak muda itu menggembleng diri, yaitu Jakarta, Semarang, dan Balikpapan. Mereka akan akan belajar seperti seorang jurnalin betulan dengan arahan dan mentor dari Redaksi Liputan6.com beserta Tim Kreatif News dari penyelenggara, Indosiar.

Beruntunglah nantinya untuk anak-anak muda yang terpilih. Kenapa saya bilang beruntung? Ya, karena mereka akan melakukan kegiatan meliput layaknya jurnalis televisi. Hal-hal yang akan mereka ketengahkan ke hadapan publik seperti isu lingkungan, energi, juga potensi lokal yang ada di daerah mereka, seperti kuliner, wisata, budaya, juga konten menarik lainnya. 

Nah, hasil yang mereka buat nanti, akan ditayangkan pada microsite liputan6 juga pada acara Fokus Indosiar. Wah, ini benar-benar akan menjadi tantangan tersendiri untuk mereka yang suka bergelut di bidang jurnalis atau broadcasting. Mereka akan mengolah data yang diperoleh dari lapangan sedemikan rupa, sehingga layak untuk diberikan ke muka  umum. 

Nah, perlu diketahui juga bahwa Audisi untuk CJA Energi Muda Pertamina ini sedang berjalan. Di Jakarta sendiri  sudah dimulai pada 27 Juli 2017. Sementara itu, kota Semarang akan disambangi pada 3 Agustus 2017, dan terakhir kota Balikpapan pada 10 Agustus mendatang.  

Karena ini sifatnya berbau akademi, maka mau tidak mau, seleksi yang dilakukan sangat ketat dan tak sembarangan. Untuk seleksi bagian pertaa, para calon harus mengirimkan CV yang di-submit oleh  calom peserta di www.liputan6.com/pages/energi-muda-pertamina. Submit data diri itu sudah dibuka sejak 3 Juli 2017. Oya, untuk pendaftaran ini tidak dipungut biaya sama sekali alias gratis. Jadi, untuk yang ingin daftar tak perlu mengeluarkan biaya. 

Nah iya, untuk pelajar maupun yang baru selesai bangku kuliah, kalau tidak bisa ikut CJA, masih bisa ikut yang namanya Creative Workshop  mengenai TV Journalist, News Presenting, Digital Media, juga Human Capital. Untuk itu, para expert yang berasal dari Liputan6.com, Indosiar, dan SCM yang akan memberikan materinya. 

Enak banget kan ya, setiap mereka yang daftar acara ini memperoleh e-certificate. Nah, biar update dan terus tahu perkembangan informasi terbarunya, bisa ikuti akun media sosial berupa IG @campuscj6 @liputan6dotcom @IndosiarID @pertamina. Tetapi, jangan lupa pakai hastag ya. Hastagnya #EnergiMudaPertamina. 


Tujuh Coach yang akan berbagi kepada 90 peserta terpilih.
Foto: Dok. Pribadi
Ya, pada Kamis (27/07/2017), telah dilakukan audisi dan workshop untuk kota Jakarta. Para praktisi dan expert hadir memberikan materi sesuai bidang mereka. Tujuh orang coach akan memberikan bekal untuk mereka nanti yang terpilih. Siapa saja coach tersebut? Ini dia Jemmy Darusman sebagai Coach untuk Public Speaking; Zulfikar Naghi Coach untuk Creative Content; Nurul Cinta Coach TV Journalist; Ryan Wiedyarto Coah untuk TV Production; Angga J. Utomo Coach Digital Media; Utrich Farzah Coah untuk Presenting; dan Danny Maulana Coach untuk Videography.

Di kesempatan itu, Zulfikar Naghi menyampaikan bahwa, konten-konten yang dibuat dalam bahasa jurnalis harus baik, lugas, dan benar. Kreator konten mesti dapat membuat berita dalam bahasa yang enak, mudah dicerna, dan tidak membuat orang bertanya-tanya. Selain itu, seorang content creator mesti banyak punya referensi bahan bacaan. 

Sementara, Jemmy Darusman sebagai Coach Publik Speaking bilang, bahwa seorang pembicara di hadapan publik mesti cerdas menyikapi situasi. Jemmy berbagi pengalaman ketika mesti bicara ke muka umum sementara narasumber utama belum datang. "Jadi, teknik "mengulur" waktu pun perlu dikuasai seorang publik speaker. Hal itu untuk menghilangkan kebosanan dari pendengar manakala pembicara utama belum datang. Artinya, public speaker harus banyak akal", ucapnya.

Beda coach public speaking, beda pula coach Presenting. Utrich Farzah menyampaikan bahwa, ketika seseorang sudah berada di depan kamera dan menyampaikan berita, dia harus benar-benar siap. Akan tetapi, perlu juga menguasai improvisasi yang tak berlebihan dari berita yang disampaikan.

Nah, Coach Media Digital pun turut bicara dalam hal ini, Angga J. Utomo. "Perkembangan Teknologi Informasi semakin maju. Orang mengakses berita dan acara dapat dari mana saja dengan menggunakan device yang mereke miliki. Jadi, kapanpun dan di mana pun, orang-orang bisa mengakses satu acara tanpa dibatasi ruang dan waktu".

Begitu pula halnya dengan kualitas gambar yang tersaji. Semua itu tak lepas dari peran besar seorang kameramen atau videography. Dalam hal ini, coach Danny Maulana-lah yang menggawanginya. Danny akan memberikan bagaimana membuat video dengan kualitas gambar dan suara yang bagus dan menarik dari sisi tampillan. 

Ryan Wiedyarto selaku coach TV Production pun menyampaikan apa yang pernah dialaminya. Ya, saat dia harus mewawancarai Pak Jokowi. Sebagai seorang TV Production mesti juga banyak membaca literatur. Dari pengalamannya mewawancarai Jokowi dia banyak belajar, untuk memproduksi satu acara dan tayang di televisi, itu perlu persiapan yang matang, bagaimana cara mendapatkan narasumber yang benar-benar menjadi target wawancara. 

Nurul Cinta pun tak ketinggalan pula sebagai coach presenting. Sedikit memberikan gambaran, mimik atau raut wajah saat berhadapan di depan kamera. bagaimana menggunakan bahasa tubuh, dan melafalkan setiap kalimat-kalimat secara jelas dan gamblang. 

Kolaborasi ciamik antara liputan6.com, Indosiar, dan Pertamina-Energi Muda Pertamina dalam dalam ajang Citizen Journalist Academy ini sebagai bentuk kerja bareng untuk memberikan wadah atau tempat kepada generasi muda untuk berkarya, terutama di bidang Citizen Journalist. Para generasi muda ini CJA Energi Muda Pertamina ini menjadi aktivitas atau program di bidang pelatihan media digital dan  televisi. Program dengan sistem pembelajaran yang diberikan berdasarkan komunitas dalam balutan packaging menarik dan bersifat mendidik tentunya.


Sebagian mereka yang telah terpilih untuk area Jakarta
Foto: Dok. Pribadi
Mohamad Teguh, selaku Pimpinan Redaksi Liputan6.com dengan CJA  Energi Muda Pertamina, dan Indosiar memberikan experience-nya kepada muda-mudi generasi broadcasting Indonesia masa depan. "Generasi muda ini akan diberi bekal mengenai regulasi yang mesti ditaati ketika seseorang membuat nilai-nilai jurnalistik". Lebih lanjut dikatakannya, konten, foto, dan cerita yang dibuat harus ada pertanggungjawaban dari penulisnya".

Siapa sih target CJA Energi Muda Pertamina ini? Ahaa... pastinya anak-anak muda yang dinamis, enerjik, juga kreatif dengan usia 17-24 tahun. Tentunya, dengan punya passion besar di bidang jurnalistik, video, presenter, juga public relation. Nantinya, untuk mereka yang terpilih akan digembleng selama empat bulan oleh para mentor/coach langsung dari Liputan6.com, Indosiar, dan Pertamaina. Wah, sepertinya saya makin penasaran untuk melihat proses dan hasil para peserta terpilih buat. 


Generasi milenial saatnya unjuk keahlian
Foto: Dok. Pribadi
Ingat ya generasi muda Indonesia yang mau ikutan. Ayo segera daftarkan diri kalian. di Jakarta sudah berlangsung lho pada tanggal 27 Juli 2017 lalu. Nah, nanti tanggal 3 Agustus Semarang akan disambangi. Dan untuk kalian yang tinggal di Kalimantan Timur khususnya Balikpapan, siap-siap dengan keseruan acara ini yaa pada 10 Agustus.

Oya, calon-calon yang terpilih ini nanti, bakal ikut yang namanya program kreatif mentorship pada 15 Agustus-15 November 2017. Tentunya kalian tak sabar kan ada apa kelanjutannya setelah mentorship itu? Nah, kalian akan diikutsertakan dalam National Camp Jambore serta Wisuda di November 2017. Wuiih... Sekitar tiga bulan digembleng dengan mentor-mentor yang sangat andal di bidangnya untuk menghasilkan broadcaster baru, muda, enerjik pastinya. 

Nah, selama ikut acara ini juga, untuk para peserta akan ada grand prize dengan kategori mahasiswa terbaik angkatan pertama. Mau tahu apa hadiahnya? Salah satu destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi di Nusa Tenggara Barat, apalagi kalau bukan Lombok. Ya, untuk  peserta terbaik nantinya akan pergi berlibur ke Lombok sebagai bentuk hadiah kemenangannya. 

Oleh karena itu, tak heran kalau generasi muda sekarang atau saya bahasakan sebagai generasi milenial  sangat dekat dengan teknologi. Begitu pula program CJA-Mentorship ini nanti akan benar-benar mengoptimalkan penggunaan TV dan digital seperti TV, digital content, social media, dan bagaimana community engagement berperan besar juga untuk mereka.  

Untuk acara yang berhubungan dengan  TV, CJA nantinnya akan mengisi salah satu program yang ada di Indosiar, yaitu program FOKUS akhir pekan Indosiar. Eits jangan lupa, pada media sosialnya sendiri masih menggunakan tanda pagar (hastag) #EnergiMudaPertamina, baik yang ada di Twitter maupun Instagram. Nah, untuk urusan media digital ini bagian dari Mas Angga Utomo.

Para peserta yang terpilih nantinya akan dibimbing oleh Mas Angga Utomo selaku Coach Media Digital. Hasil kerja peserta akan ditayangkan untuk CampusCJ6 Liputan6.com. Peserta juga akan melakukan bagaimana cara community engagement lantas dibangun dan dibesarkan di tempat asal mereka atau di kota masing-masing mereka berasal. 

Nantinya, untuk yang terpilih 30 orang calon-calon broadcaster ini akan dibagi jadi dua tim ternyata. Dua puluh enam orang untuk tim A yang akan konsen pada bidang mobile digital journalist untuk mengangkat tema sosok (inspirasi), Fakta Unik, Local Wisdom, Sejarah, Kuliner, dan semua hal tentang Pertamina baik pabrik, program-program CSR-nya, dan beragam program Pertamina lainnya. Di Tim B yang jumlahnya empat orang, akan menangani community engagement dan public relation. 

Beberapa contoh yang akan Tim B lakukan adalah sosialisasi program Citizen Journalist Academy-Energi Muda Pertamina, social campaign bagaimana cara mereka melakukan kampanye sosial kepada masyarakat, dan melakukan wisata edukasi ke Pertamina untuk menggali lebih banyak apa yang dilakukan Pertamina untuk bangsa. 

Pertamina melakukan hal ini untuk membentuk wadah komunitas agar terus menerus berlangsung. Artinya apa? Dengan adanya komunitas dari hasil bentukan CJA, itu  menjadi salah satu penyambung informasi Pertamina kepada publik untuk berbagi semangat energi Pertamina kepada generasi milenial. Hal yang tak dapat dilupakan juga adalah memberika semangat edukasi anak-anak muda dalam menggali dan meningkatkan soft skill yang mereka miliki terkait dunia jurnalistik. Program yang memang baru  pertama dilakukan Pertamina dengan menggandeng Liputan6.com dan Indosiar ini diharapkan dapat memberikan pendidikan besar kepada anak-anak muda, timbulnya semangat dedikasi dari mereka, juga dalam rangkaian menyambut ke-60 Pertamina hadir di tengah-tengah masyarakat kita.

Hadir pada kesempatan itu Alfatih Timur (CEO & Co Founder kitabisa.com) yang biasa disapa Timi.Kitabisa.com sebagai rumah perubahan dan situs kebaikan untuk sesiapa saja yang mau berbagi atau berdonasi untuk hal-hal yang berbau sosial dengan para donatur urunan (share), "Inilah yang biasa dikenal dengan crowdfunding", ucap Timi biasa dipanggil.
Kitabisa.com sebagai realisasi ide anak-anak muda dengan memodifikasi dalam membantu kegiatan sosial serta mempertemukan dengan orang-orang yang ingin berdonasi/orang-orang baik dari seluruh dunia. 


Alfatih Timur (Co Founder kitabisa.com)
Foto: Dok. Pribadi
Untuk anak-anak muda tak terbatas kalian yang masuk di CJA-Energi Muda Pertamina saja bisa berkolaborasi mengumpulkan dana untuk kegiatan sosial yang dimiliki. Atau kalau kalian punya kegiatan sosial tetapi terbatas pada dana, kalian bisa berkolaborasi dengan kitabisa.com. Sepanjang 2016, kitabisa.com telah mengumpuulkan dana hasil donasi sebesar 61 miliar. 

Timi mengajak kalian semua generasi muda untuk bisa bergabung melakukan kegiatan sosial secara baik, lantas berbagi  untuk mereka yang memerlukannya. "Siapa lagi yang akan membantu mereka kalau bukan kita", ucap Timi.

Dari Pertamina, hadir Intania Primasari Prionggo selaku Stake Holder Relation Pertamina dan  Aditya Wirasantika sebagai Investor Relation Pertamina yang berbagi slide untuk peserta CJA-Energi Muda Pertamina. Dikatakannya bahwa, Pertamina sebagai perusahaan minyak nasional, akan tetapi tidak saja sebagai penghasil minyak. Pertamina juga memproduksi Geothermal, pemilik penerbangan Pelita Air, juga kilang-kilang minyak terbesar lainnya di Indonesia. Kepemilikan pesawat Pertamina sebagai kendaraaan pengangkut bahan bakar, terutama ke daerah-daerah yang tak dapat ditempuh melalui darat, seperti pegunungan di Papua dengan jalan yang berbukit-bukit. 


Aditya Wirasantika, Investor Relation Pertamina
Foto: Dok. Pribadi
Sebagai pamungkas acara, Indra Yudhistira selaku CEO IEP Indosiar-SCTV berbagi pengalaman selama melanglang buana di beberapa TV yang pernah dia telurkan program-programnya. Menuturkan, dia mulai berrkarier di dunia broadcast pada 2000 bermula dari Trans TV. Akan tetapi, dirinya lebih tertarik di dunia film.



Indra Yudhistira, CEO Indonesia Entertainment Production
Foto: Dok. Pribadi
Film pertama besutannya :Andai Dia Tahu" lalu disusul film kedua "Biarkan Bintang Menari". Dari sini lantas dia pindah ke Kompas TV dan buat salah satu program. Harapannya, program yang dia buat itu banyak ditonton orang, tetapi kenyataannya, jauh! Padahal, menurutnya setiap hari bergelut dengan yang namanya rating. Di Kompas TV, program yang dibuatnya tidak ada yang nonton. Akhirnya dia pindah ke Indosiar.

Program pertama di Indosiar yang dia buatnya adalah The Voice. Sambutannya luar biasa di acara itu. Berikutnya, Indra pun sukses men-direct opening acara Sea Games. Lantas, dia membuat program acara Dangdut Academy. Dari Dangdut Academy ini pula, dirinya mendulang sukses yang bertubi-tubi. Pencapaian demi pencapaian terus menghinggapinya. Di situlah semangatnya kembali tumbuh untuk memberikan dedikasi penuh kepada TV yang telah juga membesarkan namanya. 


Bersama beberapa Coach
Foto: Dok. Pribadi
So, anak-anak muda generasi milenial, jangan sia-siakan kesempatan emas ini. Kapan lagi mengeluarkan bakat dan keahlian yang kalian miliki. Di ajang CJA Energi Muda Pertamina inilah tempat kalian mengasah kemampuan dan menunjukkan tidak pada diri sendiri, tetapi pada dunia bahwa kalian bisa menebarkan virus-virus jurnalistik ke seantero negeri. Selamat berjuang calon-calon broadcaster andal Pertamina, Liputan6.com, dan Pertamina-Energi Muda Pertamina. 
  
#EnergiMudaPertamina

  















Wednesday, July 26, 2017

Dari Mengaji Coba Diaplikasi


Selain sekolah di sekolah SD umum, saya juga sempat mengenyam sekolah agama (Madrasah Ibtidaiyah) setara juga dengan SD dan langsung kelas dua saat itu, hanya beda nama saja. Kalau di sekolah umum, pelajaran agama yang diperoleh, materinya hanya begitu-begitu saja. Nah, di Madrasah itu, ada pengembangan  materi pelajaran. Saya harus cari bahan pendamping lainnya.
 
Mengaji lantas coba diaplikasi
Foto: Dok. http://img00.deviantart.net/
Pengetahuan umum digenjot, tetapi terutama hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan lebih ditekankan. Mungkin nih ya, mungkin, karena saya anaknya juga ogah-ogahan kalau disuruh sekolah tapi ya tetap saya paksakan untuk berangkat. Apalagi soal mengaji. Mulai dari panggil guru ngaji ke rumah, sampai saya datang ke masjid belajar sama ustaz.

Maklum saja kali ya, waktu itu masih kecil, umur masih delapan tahun, pikirannya masih main melulu. Kalau pulang mengaji bukannya pulang, tapi main dulu sama teman-teman hingga menjelang magrib. Ya, saya mengaji hampir setiap hari. Bosan juga pikir saya. Mengaji itu saya lakukan setelah lepas sekolah umum.

Akhirnya, mengaji saya berhenti karena masuk sekolah madrasah sehabis sekolah umum. Di madrasah ini, ada pula pelajaran mengaji setiap sorenya. Melatih tajwid (bacaan benar Al Quran-panjang pendek) pengucapan.

Duh, saya tak habis pikir, bolak-balik ngaji, tapi satupun tak nyangkut di otak saya. Semuanya lewat begitu saja. Mungkin juga karena jarang-jarang diulang akhirnya lupa. Waktu mulai mengaji itu kelas dua sekolah dasar. Masuk ke madrasahnya saat saya di kelas empat.

Alhasil, orang tua saya cari cara untuk saya tetap bisa mengaji. Dipanggil guru ngaji ke rumah. Tapi, itu hanya bertahan tiga bulan. Lagi-lagi saya bosenan. Apalagi yang dikaji hanya itu-itu saja materinya. Orang tua saya masih tetap cari cara-cara lain. Nah, saya diikutkan dalam satu pengajian, tetapi itu hapalan semua. Artinya, saya tidak tahu mana itu huruf alif, ba, ta, tsa, dan sebagainya. Pokoknya, setelah hapal semua, baru dikenalkan ke hurufnya.

Lhaaa… saya jadi bingung sendiri kan. Saya sempat bengong juga pas sudah hapal semua, kemudian baru dikasih buku juz amma, diperlihatkan seluruh huruf-huruf. Lha, mana saya tahu yang mana alif, yang mana ba. Itu artinya, ya sama saja saya harus belajar mengenal huruf lagi dari awal. Sabar… sabar… sabar…

Pikir saya, “Kenapa tidak langsung saja dikenalkan dengan huruf-huruf hijaiyah itu dari awal ya?”. Hadeeeh… ini mah belajar berkali-kali. Hahaha… jadi ga efisien dan efektif. Buang waktu saja.

Mau tidak mau ya saya harus melakukannya. Tetap saja, tidak ada satu huruf pun yang nyangkut di kepala saya. Entah kenapa ya. Itu sudah terjadi berkali-kali selama mengaji. Alhasil, pindah dari satu guru ngaji ke guru ngaji yang lain. Orang tua saya tetap tidak jera juga untuk mencarikan saya guru ngaji.

Mungkin ini kali ya namanya cocok-cocokkan. Akhir dari perjalanan mengaji ini, akhirnya tertambat di salah satu guru ngaji yang tak jauh dari rumah. Saya, oleh orang tua  dimasukkan mengaji ke guru itu. Setiap pukul tujuh malam, saya wajib datang. Sebelum mengaji pun saya diajari baca doa untuk dilancarkan juga dimudahkan urusan mencari ilmu dunia dan akhirat.

Entah mengapa, di satu guru ngaji yang tak jauh dari rumah ini, saya begitu antusias. Semangat saya timbul untuk mengaji.  Jika tak hadir satu malam, serasa saya ketinggalan pelajaran berates-ratus halaman. Semangat saya didorong juga oleh guru ngajinya, jadi makin tambah semangat.

Huruf-huruf pun cepat saya hapal dan lafazkan. Menurut pendengaranny itu sudah baik. Tambah semangatlah saya. Dari malam ke malam, pelajaran mengaji saya terus mengalami peningkatan. Pindah dari satu halaman ke halaman lain. Selain dikenalkan huruf, tajwid, oleh guru ngaji baru saya ini, saya juga diminta menghapal surat-surat pendek, sedang, dan panjang.

Itu dapat saya lakukan dengan baik dan benar. Nah, akhir dari pengajian saya itu, saya tamatkan juz amma sekitar enam bulan. Ada satu tradisi yang membuat saya senang ketika kami menamatkan juz amma. Masing-masing kami membawa aneka kue untuk dibagi dan makan bersama-sama sembari membaca salawat nabi. Kami juga melakukan pawai obor dan berhenti pada satu tempat, kemudian  mengaji bersama-sama.

Setelah menamatkan juz amma itu, berlanjut ke Al Quran. Di sinilah mengaji Al Quran yang benar-benar belajar untuk segala hal. Banyak banget aturan bacaannya. Bukan berarti saya tidak suka baca Al Quran. Sempat juga saya berkeluh kesah, kenapa tidak bisa dan tidak ada satu pun huruf dari bacaan Juz Amma yang nyangkut di otak saya.

Untuk itu saya punya tips sendiri agar baca kitab suci yang saya yakini menyenangkan.

1.    Kalau tidak bisa, teruslah berusaha dan jangan bersedih
Ya, kesedihan itu merusak jiwa dan mencegah saya sebagai seorang muslim enggan melanjutkan perjalanan atau melakukan yang terbaik. Prinsip saya, sebagai muslim saya harus mampu melewati ketidakbisaan dan mencari perlindungan Allah SWT karena kegelisahan dan kesedihan tidak. Hal ini juga dapat melemahkan hati, malas, dan ada dapat menyebabkan penurunan tekad untuk maju dan bisa.
Jangan lemah (lawan musuhmu) dan juga jangan bersedih [Quran 3: 139]. Jangan bersedih hati atas mereka dan jangan merasa tertekan karena hal-hal yang mereka tancapkan [Quran 16: 127]. Rasulullah SAW berkata: “Dunia ini bahkan tidak sepadan dengan sayap seekor nyamuk, mengapa harus berduka untuk itu? Jangan bersedih, Allah beserta kita [ Quran 9:40].

2.    Selalu ada solusi
Saat ketidakbisaan saya membaca dan mengingat huruf-huruf Al Quran, panggilah Allah SWT dan berserulah untuknya. Di situ saya menemukan kedamaian dan ketenangan jiwa. Kan sudah disebutkan juga, “Wahai orang beriman, carilah bantuan dalam kesabaran dan doa [Quran 2: 153]. Saya telah tanamkan, Allah SWT-lah satu-satunya tempat saya memohon dan  meminta dan menjadi satu-satunya jalan keluar. Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat [Quran 19: 65].

3.    Tunjukkan kesabaran ketika menghadapi kesulitan
Kesabaran membantu saya  untuk memunculkan diri menjadi manusia yang lebih kuat. Dengan kesabaran itu, saya mendapatkan kemenangan yang akhirnya bisa saya pelajari dan baca itu Al Quran. Sejarah menjadi saksi untuk orang-orang yang hebat berlatar belakang sulit, tetapi mereka berhasil karena kepercayaannya kepada Allah dan kekuatanNYA.  “Sesungguhnya, di balik kesulitan ada kemudahan [Quran 94: 6].
Bahwa Allah SWT akan mencoba kita, dari sisi mana atau bagian mana yang terbaik untuk kita dalam perbuatan [Quran 11: 7].

4.    Selalu mengucap syukur kepada Allah SWT
Allah SWT itu membantu saya dari atas, bawah, dan dari segala penjuru. Membuat saya sangat senang ketika saya membaca kitab suci itu dalam keadaan tenang, damai, dan nyaman. Di situ, saya  bisa mengkaji hal-hal lebih jauh. Membaca setiap artinya dan mencoba menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ayat-ayat kitab suci yang berkaitan dengan rezeki dan nikmat Allah, sedikit banyak saya mesti berbagi untuk yang lain. Jangan pernah menghitung-hitung nikmat Allah. “Dan jika kalian menghitung rahmat Allah, tidak akan pernah dapat kalian hitung. [Quran 14:34]

5.    Mengkaji bersama-sama
Belajar kitab suci bersama-sama dengan ahlinya di masjid, itu membuat saya semakin tahu keberadaan diri. Ada pengetahuan baru jika kita mau mengkaji lebih dalam. Kebersamaan mengkaji kitab suci ini sebagai salah satu yang membuat saya senang. Bisa bertemu orang-orang yang sepemahaman. Berbagi informasi dan menjalin silaturahmi.

6.    Ikhlas
Membaca kitab suci dalam keterpaksaan, tentunya tak ada hasil yang diperoleh. Pastinya ga nyangkut-nyangkut di otak. Mesti ikhlas. Belajar dan membaca kitab suci itu tidak ada maksud apa-apa, itu dilakukan untuk Sang Pencipta. Keikhlasan membaca dan mengkaji kitab suci ini bukan ingin dilihat orang banyak, juga ingin dibangga-banggakan ke hadapan orang, atau ingin mendapat imbalan. Semua itu dilakukan hanya untuk Allah. Niatnya memang untuk Allah, dan semua kembalikan ke Allah. Jadi, untuk saya, menyenangkan baca kitab suci itu tanpa beban dan pamrih.

Jadi, kitab suci itu sebagai pedoman dan pegangan hidup, apalagi saya sebagai muslim. Rasulullah bilang kan ya, “Aku tinggalkan dua pusaka, yang apabila kalian pakai, akan selamat dunia akhirat”. Yang dimaksud itu tadi Al Quran (kitab suci) dan Sunnah Rasulullah. Kitab suci kita kaji, dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Dari hal-hal tersebut, Insya Allah, kajian di kitab suci bisa kita aplikasikan nyata di kehidupan. Banyak kan ya contohnya. Misalnya, berbagi rezeki. Kalau saya punya prinsip, di dalam harta saya, itu ada harta orang lain. Jadi, seberapa pun hasil yang saya dapat, ada hak orang lain meski satu rupiah pun. Semoga, kitab suci yang saya baca tak sekadar saya baca tanpa bisa menerapkannya dalam kehidupan nyata. Tetapi, sedapat mungkin saya terapkan untuk kehidupan saya dan keluarga. Aamiin.

Tuesday, July 25, 2017

Kematian Itu Pasti!


Sejak kecil, saya memang dekat sama Ibu dan Bapak. Ibu, kalau ada hal-hal yang sekiranya perlu dibicarakan, entah masalah kakak, adik, atau urusan dalam negeri, ceritanya selalu ke saya. Saya pun sebaliknya. Karena untuk saya, ibu jauh lebih bisa mengerti pola pikir saya.

Di pemakaman Ibu dan Mba
Foto: Dok. Pribadi
Ya, sekitar tahun1988, saat duduk di bangku SMP, ibu didiagnosis dokter mengidap penyakit diabet. Saya tahunya itu penyakit gula atau kencing manis. Memang, ibu punya tubuh subur dan suka yang namanya buat tepung digoreng dan minum teh manis hampir tiap pagi. Tapi itu dilakukan bukan tanpa sebab, karena ibu pernah terkena hepatitis, mau tidak mau diharuskan konsumsi gula. Tetapi justru sebaliknya.

Saya masih berpikir polos dengan tubuh ibu yang subur itu, saya pikir ibu sehat-sehat saja. Sehatnya saya lihat dari fisik, ibu termasuk rajin berolahraga, jalan pagi, dan melakukan hal-hal yang cukup mengeluarkan keringat. Saat periksa kondisi tubuh yang ibu bilang ke dokter sering lemas dan banyak minum, alhasil ibu diminta cek darah. Alhamdulillahnya, apa yang disampaikan dokter tak membuat ibu shock.

Hari-hari ibu jalani saja seperti biasa. Sakit dalam yang di deritanya pun tak dirasa. Semua terlihat normal-normal saja. Tetapi, memang ibu coba kurangi untuk konsumsi nasi (karbohidrat), tepung-tepungan, dan sejenisnya. Saran dokter pun dijalani ibu. Minum teh manis diperbolehkan kalau kondisi tubuh benar-benar lemas.

Hingga pada satu ketika, sekitar pukul 2 malam, ibu muntah tetapi mengeluarkan darah beberapa kali. Tak tahu  kenapa, ibu masih bisa bertahan dan kuat. Alhamdulillahnya, bapak sudah ada di rumah, padahal saat itu bapak baru pulang dari kontrol proyek. Bapak bilang ke ibu, “Ibu harus bapak bawa ke rumah sakit, ibu tahan dulu dan kuat ya”.  Anak-anaknya bangun semua  mendengar ibu mau dibawa ke rumah sakit.

Tanpa ba-bi-bu, dini hari itu juga bapak larikan ibu ke rumah sakit dengan mengendarai sepeda motor. Ibu dibonceng bapak di belakang. Pokoknya, bagaimanapun caranya, bapak bawa ibu tiba di rumah sakit. Setiba di rumah sakit, beberapa perawat segera memasang jarum infus ke tangan ibu.

Saya masih ingat sekali, ketika itu masa-masa saya ujian. Sempat  belajar dan tidur di bagian bawah ranjang ibu di rumah sakit. Pagi-pagi sekali pulang aplusan jaga sama Mba. Terkadang, tiap pagi saya antarkan bubur kacang hijau dan telur matang, juga baju-baju pengganti ibu.

Lebih kurang empat puluh hari, saya dan kakak-kakak berganti jaga. Terkadang bapak pulang sebelum kerja menyinggahi ibu, dan pulang dari kerja berganti pula berjaga.
Empat puluh hari pas ibu di rumah sakit. Di hari keempat puluh itu pula dokter menyatakan ibu sudah baik dan boleh dibawa pulang.

Sebelum pulang, dokter berpesan kepada ibu bahwa ada hal yang harus dilakukan ibu saya agar tak kekurangan insulin. Ya, antara kuat dan tak kuat ibu harus  menyuntikkan sendiri insulin ke tubuhnya. Tetapi, sebelumnya dokter dan suster mengajari cara menyuntik yang benar. Tiga kali sehari, ibu menyuntikkan insulin itu. Saya berpikir, ibu seperti orang ketergantungan obat. Tetapi, memang begitulah keadaannya. Itu berlansung sekitar delapan tahun. Di tahun kesembilan, ibu mulai mengonsumsi tablet diabet (glibenglamid). Glibenglamid dikonsumsi ibu 15 tahun. Jadi, ibu tak lepas dari obat itu sekitar 23 tahun.

Sempat saat periksa kondisi kadar gula dinyatakan  normal oleh dokter dan diabet ibu hilang. Ibu pun masih setia pula mengonsumsi jamu-jamuan. Segala macam obat  ibu coba. Semangat ibu untuk sembuh tinggi. Hingga suatu hari disarankan oleh temannya untuk minum cairan rebung bambu kuning. Ibu, karena memang ingin sembuh, ikut saran temannya tersebut. Alhasil, ibu keracunan dan dilarikan ke rumah sakit. Alhamdulillahnya tak lama berdiam di ruang yang menurut saya buat saya termenung itu.

Kembali pulang ke rumah. Singkat cerita, di lima tahun terakhir sakitnya, kondisi ibu sembuh-kambuh sembuh –kambuh. Sembuh dalam artian badannya terlihat segar dan makannya pun banyak. Ketika saya menikah, kondisi ibu kembali drop dan tak bisa menghadiri pernikahan. Selang istri saya hamil menginjak bulan ketiga pada 2011 di awal bulan awal Desember, ibu koma. Dua hari di rumah, akhirnya diputuskanlah untuk di bawa ke ICU.

Saya sempat pulang ke rumah sekitar hampir satu minggu. Sekitar lima hari empat malam di ICU, kondisi ibu sudah “tak karuan”. Denyut jantung mulai turun naik. Napas pun dibantu ventilator. Jarum di sekujur tubuh ibu. Saya tak tahu, entah kenapa saya pesan tiket pulang kembali ke Jakarta itu pada Sabtu di 10 Desember 2011 pukul 12.00 WIB. Sebelum ke bandara, saya masih sempat menjenguk ibu dan berkata, “Ibu, nanti kalau ada apa-apa, saya akan kembali menjenguk ibu”.

Mungkin Allah SWT memberi tanda. Ibu membukakan mata ada dua kali kerjapan, seolah-olah mengiyakan. Saya sempatkan pula mencium kening ibu. Lantas mengucapkan pamit untuk kedua kalinya dan ibu membukakan mata kembali tetapi dipicingkan.

Teman yang sempat menjenguk bersama saya saat itu justru bilang, “Jun, semoga pesawat kamu delay.  Benar, delay satu jam. Tepat pukul satu siang, pesawat yang  saya tumpangi berangkat juga. Sebelum berangkat, teman saya  sempat berkata lagi, “Jun, saya bukan mendahului Tuhan, melihat kondisi ibu, sepertinya tak berapa lama Jun”. Saya hanya menjawab, “Keluarga sudah mengikhlaskan”.

Tepat pukul empat lebih sepuluh menit, saya baru saja menginjakkan kaki di lantai dua rumah, istri menerima telepon dari Mba saya di Jambi. Saya melihat, istri  meneteskan air mata, sambil berkata, “Ibu, sudah pergi!”  padahal itu kaki saya masih belum masuk pintu dan baru sampai dari Jambi ke Jakarta.

Saya berusaha kuat  tetapi tetesan air mata jatuh tak bisa saya bendung. Hari itu juga saya kembali cari tiket pesawat, tidak ada penerbangan lagi, habis. Dan Alhamdulillahnya, saya dapat penerbangan pukul enam pagi.  

Di dalam pesawat pikiran saya berkecamuk campur aduk. Berusaha untuk menahan air mata agar tak berjatuhan. Sampai di rumah, banjir dengan orang-orang yang melayat. Ibu siap-siap untuk dimandikan. Alhamdulillah, saya masih bisa mandikan ibu, ikut menyalatkan, dan menguburkan.

Subhanallah
Banyak orang melayat dan menyalatkan ibu. Setelah dimakamkan tak jauh dari Mba saya nomor dua, di situlah saya, kakak-kakak, dan adik saya berurai air mata. Malam harinya iringan doa dan tahlil untuk alamarhumah ibu dilantunkan. Doa-doa itu mengingatkan saya untuk terus saya kirimkan kepadanya.

Saling berkunjung ke teman-teman ibu semasa hidupnya sangat sering saya dan kakak-kakak lakukan. Tali silaturahmi tersambung kembali dan di situlah memperlancar rezeki untuk semua.

Berkirim makanan kepada ana-anak yatim piatu seperti kebiasaan ibu, pun masih dilakukan. Membawakan tetangga-tetangga dan teman-teman ibu jika datang ke rumah, makanan, sebagai salah satu bentuk dari sekian banyak hal yang pernah ibu lakukan saat masih ada bersama kami. Ya, berkurban untuk ibu dan Mba yang juga sudah tiada, masih sering kami lakukan. Hal ini untuk meneruskan kebiasaan yang pernah ibu lakukan pula.  Setiap Kamis malam Jumat, lantunan ayat suci Al Quran dan Surat Yasin berkumandang di rumah.

Semoga apa yang keluarga saya lakukan ini, semata-mata hanya untuk rida Allah SWT kepada Ibu dan Mba saya yang sudah tiada, agar doa-doa yang kami panjatkan sampai untuknya. Diberikan kemudahan untuk urusannya, aamiin Ya Allah.


  

Monday, July 24, 2017

Kebuli [Ga] Bikin Ngebul [i] Malah Bikin Nagih


Doyan makan, mestinya harus bisa juga dong ya buatnya. Apalagi saya yang memang penggemar berat kuliner, baik Indonesia maupun mancanegara. Sayang rasanya kalau tidak diabadikan dalam bentuk tulisan. Tentunya dari kita sudah pernah muasin gastronomi dengan makanan Timur Tengah. Nah, kali ini saya buat makanan favorit saya itu. 

Makanan Timur Tengah itu eksotis menurut saya. Saya termasuk penggemar berat makanan itu.  Salah satu makanan yang paling saya suka Nasi Kebuli. Di beberapa tempat yang pernah saya kunjungi dan rasakan, terutama untuk nasinya, agak kering. Bisa jadi dari teknik atau cara pengolahannya.

Nasi Kebuli
Foto: Dok. Resep Dapur Ayah
Entah kenapa, nasi kebuli tak pernah buat bosan untuk disantap. Memang, kalau dari sisi bahan relatif banyak yang harus dipersiapkan. Tetapi,  hasil akhirnya benar-benar fantastis di lidah. Campuran bumbu khas Indonesia pun tertuang di sana dalam cita rasa yang benar-benar dapat merasuk jiwa.

Tak puas memang makan nasi kebuli kalau tidak sesuai selera yang dimaui. Nah, kali ini saya, sebagai pemilik Resep Dapur Ayah buat nasi kebuli yang khas Resep Dapur Ayah sukai. Daging yang digunakan biasanya daging kambing, tetapi  saya ganti dengan daging sapi. Meski diganti dengan daging sapi, cita rasanya tetap juara.

Nah, untuk mencapai cita rasa yang dingini sesuai selera memang tidak serta merta hadir begitu saja. Semua bergantung pada jam terbang, seberapa sering kita mengolah dan meracik bumbu-bumbu, akan semakin mengerti capaian rasa yang diingini. Berapa takaran untuk menghasilkan rasa yang diinginkan, harus sering mencoba.

Enaknya nasi kebuli ini pun tak akan pernah selesai dari ingatan. Pencecap saya akan terus melanglang buana untuk mencapai rasa. Tak sabar ya untuk mulai buat Nasi Kebuli ala saya,  Resep Dapur Ayah.  

Bahan
Beras ramos 1 liter
Susu cair 1.5 liter
Daging sapi 500 gram (potong dadu kecil)
Garam 3 sdt
Air matang panas 500 ml
Kismis 3 sdm
Dandang untuk mengukus

Bumbu kasar/memar
Daun salam 2 lbr
Serai 2 btg memar
Daun jeruk buang tulang 5 lbr
Jahe 2 ruas jari (memar)
Kapulaga 7 butir (pecah kasar)
Cengkeh 3 butir
Kembang peka 5 butir
Kayu manis 3 ruas jari

Bumbu halus
Bawang merah 8 siung
Bawang putih 5 siung
Jintan 1 sdt
Adas 1 sdt
Kunyit 2 ruas jari
Jahe 1 ruas jari

Cara buat
1.   Cuci beras cukup 2x pencucian, sisihkan.
2.   Tumis bumbu halus hingga harum, masukan semua bahan kasar/memar, masukan daging, kismis, garam, tambahkan air, masak hingga daging empuk dan air berkurang.
3.   Masukkan beras, aduk sebentar, tambahkan susu sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga beras setengah matang.
4.   Masukkan nasi setengah matang ke dalam kukusan. Kukus hingga matang (sekitar 30 menit).

Pacri Nenas
Bahan
Satu buah matang potong sesuai selera
Kembang peka 3 butir
Kayu manis 3 ruas jari
Gula pasir 3 sdm
Garam 1 sdt
Cengkih 2 butir
Kapulaga 5 butir
Kunyit halus/bubuk 1 sdt
Bawang merah iris kasar 3 siung
Air 200 ml

Pacri Nenas
Foto: Dok. Resep Dapur Ayah
Cara buat
Rebus semua bahan hingga air mendidih dan berkurang. Nenas matang kekuningan.

Acar ketimun wortel
Bahan
Gula pasir 1 sdm
Garam 1 sdt
Perasan jeruk lemon 3 sdm
Wortel 1 buah ukuran sedang serut
Rawit hijau 10 biji
Ketimun 2 buah ukuran sedang ambil bagian luar hingga mendekati daging, tanpa biji potong bentuk korek api

Acar Wortel Ketimun
Foto: Dok. http://www.poklat.com/wp-content/
Cara buat
Campur semua bahan, aduk diamkan hingga semua meresap.
Agar meresap, dapat dimasukkan ke dalam kulkas.

Sambal Cabe Merah
Bahan
Cabe merah keriting 10 biji
Cabe rawit merah 5 biji
Bawang merah 5 siung
Bawang putih 3 siung
Gula 1sdt
Kaldu bubuk 1 sdt
Garam 1sdt
Daun jeruk 3 lbr buang tulang
Minyak goreng  7 sdm untuk menumis

Cara buat
Blender semua bahan, kecuali daun jeruk. Panaskan minyak, tumis sambal, masukkan daun jeruk, aduk hingga harum dan matang.

Sambal Cabe Merah
Foto: Dok. http://publicity.co.id/wp-content/ 
Penyajian

Siapkan nasi kebuli dalam satu piring, tambahkan acar ketimun wortel, pacri nenas, dan sambal. Dapat pula ditambahkan kerupuk jika suka.

Selamat mencoba!

Sunday, July 23, 2017

Jaminan Perlindungan Anak: Belajar dari Raju


“Pada anak-anak terletak masa depan kita semua”
--Bertrand Russel--

Setiap anak yang dilahirkan ke dunia dalam keadaan suci. Karenanya, orang tua dan lingkungan tempat tinggalnyalah yang akan membentuk watak atau karakaternya.
Apakah karakter yang terbentuk itu baik atau buruk, tergantung bagaimana cara orang tua mendidik dan di mana lingkungan  tempat mereka tinggal.


Indahnya dunia kami
Foto: Dok. https://www.morleylibrary.org/images/morley/children/kids.png
Anak sebagai satu kepercayaan yang diberikan Sang Khalik kepada orang tua. Oleh karena itu, jangan pernah  sia-siakan mereka. Mereka merupakan generasi penerus bangsa. Apa artinya, jika generasi penerus bangsa ini punya dekadensi moral dan akhlak. Itu menjadi indikator akan rusak dan hancurnya tatanan sebuah bangsa.

Anak menjadi topik hangat yang tak akan habis diperbincangkan dan menjadi isu penting dalam negara, masyarakat, dan  keluarga. Negara, sebagai tempat bernaung warga negaranya harus memberikan jaminan perlindungan kepada anak-anak masa depan bangsa ini. Jika kita melihat kasus yang menimpa salah satu anak di Langkat, Sumatera Utara bernama Raju.

Raju
Foto: Dok. http://cdn0-a.production.images.static6.com/
Dapat dijadikan pembelajaran berharga. Apakah layak anak di usia 8 tahun yang masih perlu bimbingan orang tua, dalam masa pertumbuhan dan terus berkembang hidup di balik hotel prodeo dan dihadapkan pada pengadilan? Raju bukan satu-satunya kasus yang mencuat di negara ini. Ada lebih dari 4.000-an anak Indonesia yang dimajukan ke meja hijau atas dasar tuduhan kejahatan ringan seperti pencurian menurut laporan yang dibuat Steven Allen 2003.

Kenyataan memperlihatkan, permasalahan anak sangat menyentuh hati dan membuat miris. Bahkan, telah jauh melewati batas. Anak-anak yang seharusnya mendapat perlindungan secara kuat, dipelihara, dididik, dan dibina malah dijadikan objek-objek yang sangat menyayat hati, bahkan menjurus kepada perbuatan tercela. Contoh mudah, anak dijadikan sebagai pelaku tindak kejahatan sosial dan tindak kejahatan seksual.

Hidup dan besar di jalan, meminta-minta. Miris!
Foto: Dok. http://3.bp.blogspot.com/-FLUwfCaguvc/
Untuk masalah tindak kejahatan sosial, anak dijadikan sebagai subjek terhadap penjualan barang-barang haram, seperti obat-obatan terlarang, pil ekstasi, film porno, pencopet, pengamen  yang diorganisir, perampas, yang hasilnya diserahkan kepada bandar. Ditindak kejahatan seksual, anak dijadikan sebagai “barang dagangan” sindikat penjualan anak, baik antardaerah, antarnegara, bahkan lintas benua. Anak dijadikan pemuas nafsu orang dewasa. Juga sebagai objek kelainan seksual penyuka sesama (homo). Bahkan, anak tiri dan anak kandung sekalipun digagahi orang tuanya sendiri.

Melihat fenomena yang ada, seperti di Aceh dan daerah-daerah konflik lainnya, anak tinggal di barak-barak pengungsian dengan tidak menikmati indahnya masa kecil. Tanpa menikmati pendidikan yang layak untuk masa depan karena sekolah-sekolah mereka diberangus,  dan tanpa rumah ketenangan. Hal ini yang menghiasi hampir setiap hari  laman  online (daring-red) dan media cetak negeri ini.

Mana program pembangunan yang didengungkan mampu menyentuh kehidupan mereka? Akibatnya, permasalahan ini tidak kunjung selesai. Justru makin berkepanjangan.  Oleh karena itu, bentukan karakter dan moral dari peran besar orang tua sangat menentukan terhadap keberlangusungan sang anak. Selain itu, masyarakat dan negara punya andil dalam memberikan perlindungan kepada mereka, karena sesuai dengan kewajiban yang telah dibebankan kepada hukum.  Negara menyediakan fasilitas dan beragam keperluan lain untuk anak-anak generasi penerus masa depan ini demi  menjamin pertumbuhan dan perkembangan mereka secara maksimal dan lebih berada dalam  relnya.

Anak-anak yang hadir di dunia ini sudah seharusnya diberi  bimbingan, pendidikan, dan pembinaan. Hal itu diperuntukkan agar mereka tumbuh dan terus berkembang sebagai anak yang sehat, normal, dan cerdas. Anak sebagai pewaris tahta negara, masyarakat, dan keluarga.  Terkadang, mereka mengalami masa-masa sulit dan  bertindak brutal melanggar hukum. Akan tetapi, meskipun mereka melanggar hukum, bukan berarti lantas dihukum, diperparah lagi dimasukkan ke dalam penjara.

Mereka, secara umum tidak mendapat dukungan dari Dinas Sosial dan pengacara. Tak heranlah apabila dari sekian banyak anak-anak tersebut dijebloskan  ke dalam penjara. Melihat masalah paling besar anak-anak yang dihadapkan pada perkara hukum karena Undang-Undang  No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak sudah tidak relevan, baik dari sisi yuridis, filosofis, dan sosiologis. Undang-undang tersebut tidak memberikan jawaban tepat terhadap penanganan anak sebagai anak yang berhadapan dengan hukum.

Anak dengan Konflik  Hukum dan Penjara
Anak yang punya masalah terhadap hukum diarahkan dan diselesaikan ke pengadilan, akibatnya anak mendapat tekanan mental  dan psikologis terhadap anak yang punya konflik dengan hukum itu akan mengganggu tumbuh kembang si anak. Proses yang dilakukan seperti ini justru memunculkan masalah, karena mereka harus diselesaikan secara hukum. Padahal, kenyataan yang terjadi tidak jarang anak-anak yang bermasalah dengan hukum itu tadi disatukan dengan orang dewasa, seperti dalam penjara yang berbaur dengan orang dewasa.

Pantaskah mereka dibuat begini?
Foto: Dok. http://www.wupr.org/wp-content/uploads/2014/10/kids-in-jail.jpg
Betapa penting peran dan kedudukan anak untuk bangsa ini. Karena itu, kita harus bersikap responsif dan progresif dalam menata peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila kita melihat pengertian anak, kita akan bernapas lega karena sudah dipahami  secara komprehensif.

Dalam konstitusi negara ini, anak punya peran strategis yang secara tegas disebutkan bahwa negara menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan  diskriminasi. Hal-hal terpenting bagi anak sudah sepatutnya dihayati sebagai  kepentingan terbaik bagi kelangsungan hidup umat manusia.  Konsekuensi dari ketentuan pasal 28B UUD 1945 perlu ditindaklanjuti dengan membuat kebijakan pemerintah y ang bertujuan  melindungi anak.

Anak-anak negeri ini sudah sepantasnya mendapat perlindungan dari dampak negatif perkembangan pembangunan yang cepat, globalisasi yang semakin menggerus di ranah komunikasi dan  informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang  tua yang telah membawa kepada perubahan sosial sangat mendasar dalam kehidupan bermasyarakat yang sangat punya pengaruh terhadap nilai dan perilaku anak.

Penyimpangan atau pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak karena faktor-faktor di luar anak itu sendiri. Menurut Dirjen Pemasyarakatan, bahwa tingkat kriminalitas serta pengaruh negatif penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat aditif  lainnya semakin meningkat tajam. Hal ini harus segera dicegah untuk kemajuan dan masa depan mereka. Sejak dini, penanaman nilai-nilai moral dan agama perlu ditekankan secara tegas.

Prinsip perlindungan hukun kepada anak harus sesuai dengan Konvensi Hak Anak-Anak (Convention on the Right of the Child) yang sudah diratifikasi oleh pemerintah RI melalui Kepres Nomor 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention on the Right of the Child. Jika menelaah UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, hal itu dimaksudkan untuk melindungi dan mengayomi anak yang bermasalah atau berhadapan dengan  hukum, agar anak-anak dapat menyongsong masa depan yang masih panjang dan memberi mereka kesempatan untuk dibina menjadi manusia yang punya jati diri, bertanggung jawab, dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, anak menjadi objek dan diperlakukan cenderung dirugikan.

Sistem penjara yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga  “Rumah Penjara” secara perlahan-lahan dianggap dan dipandang sebagai sistem dan sarana yang tidak lagi sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Agar narapidana menyadari kesalahannya, tidak lagi berkeinginan untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Kepedulian terhadap persoalan anak mulai ada sejak 1920-an setelah Perang Dunia I. Dalam perang itu, pihak yang paling menderita adalah anak dan kaum perempuan. Setelah perang, anak-anak dan perempuan mendapati kenyataan pahit, suami, ayah mereka terluka bahkan meninggal dunia. Perempuan menjadi janda, dan anak-anak menjadi yatim-piatu. Oleh karenanya, anak-anak kehilangan sosok yang dapat dijadikan panutan, contoh, dan imam keluarga sekaligus sosok yang mampu melindungi keluarga dari segala bentuk bahaya.

Salah seorang perempuan aktivis Eglantyne Jebb lantas mengembangkan butir-butir tentang hak anak pada 1923 yang diadopsi menjadi Save the Children Fund International Union. Isinya antara lain:

1.    Anak harus dilindungi di luar dari segala pertimbangan ras, kebangsaan, dan kepercayaan.
2.    Anak harus dipelihara dengan tetap menghargai keutuhan keluarga.
3.    Anak harus disediakan sarana yang diperlukan untuk perkembangan secara normal, baik material, moral, dan spiritual.
4.    Anak yang lapar harus diberi makan, anak yang sakit harus dirawat, anak cacat mental atau cacat tubuh harus dididik, anak yatim piatu dan anak terlantar diurus/diberi pemahaman.
5.    Anaklah yang pertama-tama mendapat bantuan atau pertolongan pada saat terjadi kesengsaraan.
6.    Anak harus menikmati dan sepenuhnya mendapat manfaat dari program kesejahteraan dan jaminan sosial, mendapat pelatihan agar pada saat diperlukan nanti dapat dipergunakan untuk mencari nafkah, serta harus mendapat perlindungan dari segala bentuk eksploitasi.
7.    Anak harus diasuh dan dididik dengan suatu pemahaman bahwa bakatnya dibutuhkan untuk pengabdian kepada sesama umat.

Beragam tuntutan yang meminta agar ada perhatian khusus pada anak, membuahkan hasil dengan memasukkan hak-hak anak dalam Piagam Deklarasi  Universal Hak Asasi Manusia pada 10 Desember 1948.

Berikut, 31 hak anak dalam konvensi hak anak:

1.    Hak untuk kelangsungan hidup dan berkembang.
2.    Hak mendapatkan nama.
3.    Hak mendapatkan kewarganeragaan.
4.    Hak untuk mendapatkan identitas.
5.    Hak untuk mendapatkan standar hidup yang layak.
6.    Hak untuk mendapatkanstandar kesehatan yang paling tinggi.
7.    Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam konflik bersenjata.
8.    Hak untuk mendapatkan perlindungan khsuus jika mengalami konflik hukum.
9.    Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika  mengalami eksploitasi sebagai pekerja anak.
10. Hak untuk mendapatkan perlindunga nkhusus jika mengalami eksploitasi penyalahgunaan obat-obatan.
11. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika mengalamai eksploitasi seksual dan penyalahgunaan seksual.
12. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dari penculikan, penjualan, dan perdagangan anak-anak.
13. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus jika mengalami eksploitasi sebagai anggota kelompok minoritas atau masyarakat adat.
14. Hak utnuk hidup dengan orang tua.
15. Hak untuk tetap berhubungan dengan orang tua bila dipisahkan dengan salah satu orang tua.
16. Hak untuk mendapatkan pelatihan keterampilan.
17. Hak untuk berekreasi.
18. Hak untuk bermain.
19. Hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya.
20. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam situasi yang genting.
21. Hak untuk mendapatkan perlindungan khusus sebagai pengungsi.
22. Hak untuk bebas beragama.
23. Hak untuk bebas berserikat.
24. Hak untuk bebas berkumpul secara damai.
25. Hak untuk mendapatkan informasi dari berbagai sumber.
26. Hak untuk mendapakan perlindunga pribadi.
27. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari siksaan.
28. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perlakuan kejam, hukuman, dan perlakuan tidak manusiawi.
29. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari penangkapan yang sewenang-wenang.
30. Hak untuk mendapatkan perlindungan dari perampasan kebebasan.
31. Hak untuk mendapatkan pendidikan dasar secara cuma-cuma.

Eksistensi yang Diingkari
Kita tak bisa mengingkari kenyataan bahwa anak jalanan sebagai kenyataan sosial yang tak menyenangkan. Tak heran kalau eksistensinya dari waktu ke waktu terus diingkari. Hal itu terbukti, ketika Soeharto masih sebagai Presiden dalam upacara hari Anak Nasional 1997, menyatakan, “Perlu dijelaskan, bahwa budaya kita di desa-desa kan banyak anak dididik untuk terbiasa membantu orang tua. Karena mereka mengabdi kepada orang tua. Oleh karena itu, saya menegaskan, bahwa di Indonesia tidak ada child labour (Pos Kota, 8 Maret 1997).

Pekerjaan mereka rentan dengan kejahatan seksual
Foto: Dok. http://volunteersummernepal.org/wp-content/uploads/2011/12/street-children.jpg
Akan tetapi, Organisasi Buruh Sedunia (ILO) melaporkan, ada lebih dari 300 juta anak-anak berusia 5 hingga 15 tahun yang harus bekerja dalam kondisi membahayakan dirinya. Dari jumlah itu, 140 juta di antaranya bekerja secara penuh dan 130 juta bekerja paruh waktu. Sebagian besar, sekitar 63% atau mencapai angka 153 juta berada di wilayah Asia. Sementara itu, di Afrika ada sekitar 32% atau sekitar 17,5 juta berada di wilayah Amerika Latin.

Di Indonesia sendiri, menurut catatan UNICEF, ada sekitar 2,4 juta pekerja anak, di antaranya terdiri dari 1,2 juta anak laki-laki dan 871 anak perempuan. Mereka berada dalam usia 10—14 tahun. Sementara itu, Bank Dunia  memberikan angka yang tidak lebih tinggi, yaitu 2,3 hingga 2,9 juta jiwa. Ini berarti ada satu dari setiap sepuluh anak di negeri ini yang mengalami nasib malang menjadi gelandangan. Dalam laporan tersebut juga dipaparkan, bahwa antara tahun 1986 hingga 2004 jumlah anak yang bekerja di sektor perkotaan telah meningkat tiga kali lipat. Mereka tersebar dalam berbagai kegiatan seperti menjadi buruh, pelacur, anak jalanan, dan pembantu rumah tangga.

Semangat Dek!
Foto: Dok. http://media2.intoday.in/indiatoday/images/stories/street-children-9
Pada 29 Januari 1990 pemerintah Indonesia sudah menandatangani pengesahan konvensi tentang Hak-Hak Anak di New York, AS. Peristiwa itu merupakan landasan dan cermin dari sikap pemerintah yang terbuka terhadap pembinaan kesejahteraan anak, termasuk perlindungan terhadap hak-hak mereka.

Pemerintah Indonesia sendiri sebenarnya telah memiliki perangkat hukum yang berfungsi untuk melindungi hak-hak anak, seperti UU Kesejahteraan Anak No. 4/1997 dan UU Perkawinan No, 1/1974 atau seperti yang tercantum dalam UUD 45 pasal 34. Disebutkan bahwa orang miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh negara. Karena itu, bolehlah kita semua mempertanyakan sejauh mana pelaksanaan undang-undang ini.

Lingkungan yang membahayakan kehidupan mereka
Foto: Dok. http://www.daily-sun.com/assets/archive/images/print-edition/
Jika masalah anak jalanan dianggap sebagai “luka”, maka sebaiknya segera diobati bahkan disembuhkan. Bukan ditutup-tutupi atau dengan tindakan sekilas, menjaring mereka dengan beragam operasi penertiban atas nama “Keindahan kota”, dan “ketertiban masyarakat”. Luka anak jalanan sebenarnya luka kita juga. Akankah mereka tetap dipandang sebagai anak haram yang disingkirkan dari “beranda rumah kita” untuk menutupi aib pemerintah dan masyarakat yang tak mampu membereskan masalah ini?

Selamat Hari Anak Nasional 2017. Teruslah melakukan yang terbaik untuk bangsamu, berkreasilah dengan penuh kebebasan dan bertanggung jawab. Jadilah anak-anak Indonesia yang mampu berinteraksi satu  sama lain dalam kebaikan dan wujudkan bahwa kalian adalah anak-anak Indonesia yang kreatif. 

Sehat, tumbuh, dan berkembang terus ya anak-anak bapak dan ibu.#Bighug#