Mendengar kata kanker, bergidik rasanya. Kata ini menjadi
hal yang paling menyeramkan dan sangat menakutkan untuk saya secara pribadi. Entah
berapa banyak nyawa melayang karena kanker. Memang, kita tak minta penyakit
untuk datang, namun dia datang tak pernah kita undang. Entah karena tubuh kita
menjadi salah satu tempat yang cocok untuk mereka berkembang biak, atau memang
ada faktor pemicu yang membuat sel kanker di tubuh bisa tumbuh subur.
Sejumlah penelitian memberitakan, bahwa kanker menjadi
pembunuh nomor wahid di dunia. Tak mustahil banyak merenggut nyawa. Kanker pun bisa menyerang siapa, kapan, dan di mana saja, mulai dari bayi, balita, remaja, hingga dewasa. Pertumbuhan sel kanker
boleh dibilang lambat, tetapi akan terpacu dan cepat berbiak tatkala sel kanker
menemukan “makanan” yang tepat untuk dirinya.
Benar
adanya, kanker menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti warga dunia.
Akan tetapi, kalau kita lihat kenyataannya lebih dari 30% penyakit ini dapat
disembuhkan. Bagaimana caranya? Salah satunya dengan mengubah faktor risiko
perilaku dan cara atau pola makan penyebab pemicu kanker. Meskipun kanker ditakuti, akan tetapi
tidak berarti penyakit ini dapat terjadi dalam waktu singkat. Perlu waktu yang
panjang untuk sel-sel kanker berkembang menjadi ganas atau jinak.
Deteksi dini penyakit ini otomatis akan memungkinkan kita
memperoleh penanganan secara cepat dan lebih baik. Deteksi awal memang dari
tubuh kita sendiri, apakah kemungkinan ada yang mencurigakan atau biasa-biasa
saja. Perlunya general check up juga untuk mengetahui keadaan atau kondisi
tubuh seseorang.
Memang, kalau dilihat secara garis besar gejala kanker
yang ada masih bersifat umum dan dapat berbeda, tergantung lokasi, karakter
keganasan, dan ada tidaknya metastasis. Tetap saja, memeriksakan diri di
awal-awal dapat membuat perubahan besar dalam diri. Ada baiknya, sediakan waku
untuk segera memeriksakan diri baik itu dengan gejala atau tanpa gejala sekalipun.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, bukan?
Jangan pernah berpikir dan bermain-main sepele dengan
kanker. Di Indonesia sendiri, penyakit kanker masih sangat menghantui dan
menjadi momok menakutkan. Mungkin tak hanya satu dua penyakit saja, beberapa
penyakit kanker ada pada posisi paling atas sebagai pembunuh di Indonesia.
Menurut
World Health Organization (WHO), menyebutkan
pada 2012 ada 14 juta kasus baru dan 8,2
juta orang meninggal dunia karena kanker. Diperkirakan hal ini akan terus
meningkat menjadi 24 juta di tahun 2035.
Berdasarkan
data GLOBOCAN
2008, yaitu satu badan penelitian kanker
internasional di bawah WHO, dikutip dari Global
Cancer Statistics (2011), tingkat kejadian kanker di Asia Tenggara sebagai
yang tertinggi di antara negara-negara di seluruh dunia, Indonesia masuk di
peringkat teratas bersama Malaysia dan Singapura. Hal tersebut memang semakin
mengerikan.
Untuk mengetahui
lebih lanjut tentang kanker dan bagaimana cara pencegahannya, CNI, sebagai
salah satu perusahaan MLM terbesar di
Indonesia yang berdiri sejak 1986 ikut serta dalam meningkatan derajat
kesehatan masyarakat Indonesia dengan konsisten menyediakan produk berkualitas
untuk kesehatan yaitu produk suplemen kesehatan.
CNI pun
menyelenggarakan Seminar Kesehatan Nasional yang mengundang langsung pakar
Bioteknologi dan Nutrisi dari National Chung Hsing University Taiwan, Profesor
Chau Chi Fai sebagai pembicara. Seminar Kesehatan Nasional yang digelar CNI
mengambil tema “Diet, Nutrition, &
Cancer Prevention dalam kampanya #CNIAgainstCancer yang berlangsung di tiga
kota besar di Indonesia, meliputi Makassar (27/7), Medan (28/7), dan Jakarta
(29/7).
Prof Chau dan Peserta Seminar Kesehatan Nasional [Foto: Dok CNI] |
Profesor
Chau telah 20 tahun malang melintang untuk ilmu pangan dan bioteknologi. Beliau
datang ke Indonesia dalam satu kesempatan untuk memaparkan mengenai konsep tata
laksana perawatan kanker yang benar kaitannya dengan pola makan yang tepat.
Kalau langsung dapat pengetahuan dari ahlinya itu, sudah tidak perlu diragukan
lagi, ya.
Dalam
paparannya Prof Chau mengatakan bahwa di antara 14,1 juta kasus kanker pada 2012, 7,4 juta diderita oleh
pria sedangkan 6,7 juta-nya di derita oleh wanita. Angka ini akan dapat terus
bertambah hingga tahun 2035 mencapai 24 juta. Disampaikan pula bahwa pada 2016
ada 10 penyebab kematian di negara dengan pendapatan tinggi, antara lain karena
kanker trachea, bronkus, paru-paru, usus, rektum, dan kanker payudara.
Sementara
itu, di negara dengan penghasilan rendah penyebab kematiannya karena infeksi
saluran pernapasan bawah, diare, jantung, HIV/AIDS, stroke, malaria, TBC,
komplikasi lahir, trauma lahir, dan kecelakaan di jalan.
Dari
paparan beliau juga menyebutkan frekuensi terjadinya kanker di Indonesia, yaitu
untuk wanita yang diserang berupa payudara ada di peringkat pertama dan ginekologi pada wanita di peringkat kedua.
Sementara, kanker kandung kemih (urologi) banyak menyerang pria ada di
peringkat tujuh.
Apa
yang menyebabkan seseorang terkena kanker? Pertama adanya perubahan genetik
dapat menyebabkan kanker yang diwariskan dari orang tua kita. Karena adanya
kesalahan saat sel membelah akibat DNA yang rusak dari paparan lingkungan
tertentu.
Selain
hal tersebut, kanker juga bisa disebabkan adanya faktor inang, seperti genetik,
keturunan, dan sejarah keluarga, umur, kesatuan metabolik, fungsi imun dan
sebagainya. Faktor lingkungan pun memberi peran seperti makanan yang terkontaminasi
aflatoksin, virus, radiasi UV, dan faktor lingkungan lainnya. Diet atau faktor
gaya hidup. Bentuk diet dan gaya hidup seperti nutrisi, energi yang masuk ke
dalam tubuh, fitokimia, alkohol,
aktivitas fisik, rokok, dan faktor gaya hidup lainnya. Diet (diet yang tidak benar terntunya) dapat juga
menyebabkan kanker, sebesar 35%.
Pada dasarnya
kanker dapat dicegah. Lebih dari 5% kanker karena faktor keturunan dan menurut WHO 30-50% kanker dapat dicegah. Pencegahannya
dari komponen makanan khusus atau nutrisi yang berhubungan dengan peningkatan
atau penurunan risiko kanker.
Prof Chau lebih jauh memaparkan
zat-zat nutrisi tertentu akan berhubungan dengan faktor risiko terjadinya kanker.
Lebih lanjut Prof Chau menjelaskan bukti - bukti klinis beserta mekanismenya
dalam tubuh berkaitan antara pola konsumsi makanan tertentu dengan faktor risiko
kejadian Kanker.
Salah satu contoh hasil penelitian
beliau adalah sumber pangan biji-bijian (wholegrain) yang baik untuk
mengontrol level berat badan dan melalui teknologi pangan, pengolahannya tidak
merusak enzim yang baik digunakan oleh tubuh.
Kanker sesungguhnya dapat dicegah
dengan melakukan aktivita fisik, berat badan seimbang, makan makanan dari
sumber wholegrain (biji-bijian), sayur, buah dan kacang-kacangan. Kurangi
konsumsi makanan cepat saji atau makanan dengan proses dan lemak tinggi,
tepung-tepungan, dan gula.
Batasi asupan daging merah dan daging
yang diproses. Ada baiknya, kita membatasi konsumsi gula dan minuman dengan
pemanis. Terpenting, batasi konsumsi alkohol. Untuk wanita: lakukan menyusui
bayi melalui puting susu ibu sebisa mungkin.
Kalau kita sedang melakukan diet, diet
menjadi salah satu sarana pencegahan kanker. Akan tetapi, diet yang dilakukan
adalah diet sehat. Diet sehat dengan mengubah pola makan dan minum suplemen
yang tepat dapat mencegah perkembangan
sel kanker. Kita, sangat perlu waspada kalau ada hal aneh pada tubuh
agar kanker dapat dicegah/deteksi. Kalau
kita merasa ada yang tak wajar pada tubuh maka kans untuk disembuhkan lebih
besar pula.
Ya, kanker memang tak bisa kita tolak
juga keberadaannya. Hal ini pernah terjadi degan istri saya. Deteksi dini
dokter membuat sembuhnya lebih cepat, karena belum parah. Hanya konsumsi obat
atas saran dokter dan suplemen Sun Chlorella dari CNI yang diminum tiga kali
sehari.
Sun Chlorella [Foto: Dok CNI] |
Bersyukurnya tak sampai waktu satu
tahun dinyatakan sembuh dan bebas. Kita tidak
tahu ya, padahal makanan dan gaya hidup sudah benar-benar dijaga pun
masih bisa kena. Kanker tak pandang usia dan tempat.
Oleh karenanya, Sun Chlorella hampir
selalu tersedia di rumah. Karena bayak sekali keuntungan yang bisa diperoleh
dari Sun Chlorella ini. Dia mengandung Agaricus
blazei, sejenis jamur yang terbukti
punya manfaat sebagai antikanker.
Jamur itu ditemukan oleh Dr. Inosuke
Iwake (profesor di Departemen Pertanain, Mie Universitu, Jepang), dikembangkan
oleh Dr. Hitoshi Ito (Direktur The Research
Institute
of Fungal Pharmacology di Jepang) yang memiliki hak paten sebagai formula original karena
tidak semua Agaricus memiliki efek anti kanker.
Butir-butir Sun Chlorella [Foto: Dok CNI] |
Sun Chlorella Agaricus sebagai suplemen yang dapat
membantu melawan sel kanker. Tetap, tindakan seperti radiasi, operasi atau
kemoterapi sebaiknya dilakukan. Dengan tambahan Chlorella Growth Factor (CGF), Sun
Chlorella Agaricus menjadi suplemen antikanker yang aman untuk sel normal dan
sehat, berbeda dengan obat kanker umumnya yang tidak hanya membunuh sel kanker
tapi juga membunuh sel normal sehat.
Manfaat
Sun Chlorella Agaricus ini dapat
menyerang dan menghancurkan sel kanker dengan meningkatkan Natural Killer Cell. Mengoptimalkan hasil
kerja obat dan terapi kanker seperti kemoterapi atau radioterapi. Mengurangi efek samping dari terapi kanker seperti muntah, kehilangan nafsu
makan, dan kerontokan rambut, serta membantu memperbarui
sel-sel yang rusak.
Bila pasien diberikan obat dokter (di luar kemoterapi), maka obat tersebut harus
diminum sesuai anjuran dan diberi selang waktu 2-3 jam dengan konsumsi Sun
Chlorella Agaricus.
Saya bersyukur ada suplemen yang bisa membantu istri saya
sembuh dari kanker yang sempat menderanya. Sun Chlorella-lah sang penyelamat
itu. Makanya, produk CNI sangat setia menemani saya dan istri di manapun dan
kapan pun. Bisa di bawa pergi karena kemasannya sangat praktis. Aman lagi
dikonsumsi.
Sun Chlorella boleh dibilang suplemen ajaib [Foto: Dok CNI] |
Dari
paparan Prof Chau ini ada pelajaran penting yang bisa dipetik, yaitu pencegahan dan melenyapkan kanker dalam beberapa kasus sangat mungkin dengan pola makan dan gaya
hidup yang lebih baik.
Diet dan nutrisi yang lebih baik akan sangat kondusif dalam mencegah kanker dan akan mendukung pemulihan kanker. Semoga, penyakit
yang mematikan ini dapat segera diatasi dengan hal-hal yang sudah disebutkan
tadi juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.