Saturday, January 20, 2018

8 Cara Mencintai Lingkungan Tempat Kita Tinggal


Hijau itu menyejukkan [Foto: Dok https://www.safetykart.com/]
Yes, dunia ini tempat tinggal seluruh makhluk. Tempat hamparan rezeki paling berlimpah, bumi. Kalau dilihat-lihat, baca berita, atau beberapa grup share, beberapa wilayah di belahan ujung dunia terjadi kekeringan. Kesulitan sumber pangan, bahkan  antri makan di tengah terik panas.

Kekhawatiran saya pun semakin terjawab tatkala banyak hutan-hutan dibalak. Semata-mata untuk memenuhi isi perut. Tetapi, pembalakan liar yang terjadi dan tak bertanggung jawab yang dapat menghancurkan ekosistem hewan dan tumbuhan.

Keprihatinan saya terhadap lingkungan sebenarnya sudah sejak kecil. Saat usia delapan atau sembilan tahun, melihat plastik di tanah yang tak hancur dalam jangka waktu lama. Bakteri tak mampu mendegradasi (menghancurkan). Begitu pula dengan styrofoam. Selain tak terdegradasi, juga berbahaya untuk masa depan bumi.

Penghentian penggunaan styrofoam pun sudah mulai digalakkan, salah satunya pemerintah Provinsi Jawa Barat. Pemerintah setempat telah melarang penggunaan bahan tersebut sebagai wadah atau tempat makanan. Karena  dapat memicu timbulnya kanker.

Saya pribadi masih bergairah untuk  terus menjaga dan merawat lingkungan tempat tingga saya. Juga untuk kenikmatan generasi penerus dunia. Merawat lingkungan dapat menjadi hal yang sangat mudah dilakukan, hanya perlu sedikit perhatian tetapi dapat meng-kover kehidupan orang banyak.

Ya, ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk melestarikan dan melindungi lingkungan agar bumi kita tetap lestari. Mengurangi konsumsi sumber daya, menggunakan kembali produk dan bahan, juga mendaur ulang apa yang tidak dapata digunakan kembali penting untuk keberlangsungan kehidupan lingkungan.

Nah, yang paling penting mesti kita lakukan untuk lingkungan kita itu adalah “jatuh cinta”. Jatuh cinta pada apa? Baik itu makanan lokal, bahan organik, vegetarian/vegan, dan sebagainya. 

Bumi memberikan kecukupan untuk memenuhi kebutuhan manusai. Tapi manusia jangan serakah [Foto: Dok http://successyeti.com]

Ada konsensus di antara mayoritas ilmuwan dunia, pemerhati lingkungan, pemerintah, perusahaan besar, dan banyak lainnya bahwa perubahan iklim dalam bentuk pemanasan global sebagai masalah lingkungan yang paling penting yang dihadapi kehidupan di Bumi. Membawa tas reusable, mengganti bola lampu hemat energi, menghemat air, dan mengemudi lebih sedikit adalah hal yang sangat bagus untuk dilakukan. Saya pribadi berusaha melakukan semua yang saya bisa untuk menjalani kehidupan yang berkelanjutan.


Berikut  beberapa tip kehidupan pribadi saya untuk menyayangi lingkungan sehingga kalian juga bisa membantu menyelamatkan planet bumi dan lingkungan.

 1. Daur ulang (recycle)
Ini  salah satu kebiasaan termudah yang bisa kalian lakukan. Contohnya penggunaan kantung belanja berkali-kali dan awet. Saya menyimpan tempat sampah tambahan di dapur  untuk bahan daur ulang agar lebih mudah.

 
2. Berhenti menggunakan bahan kertas
Meminimalisir penggunaan barang-barang sekali pakai, seperti panties, handuk kertas, piring, dan serbet kertas. Itu hanya akan membuat penuh tempat sampah kalian ssaja. Pilih barang-barang yang dapat dipakai lagi, seperti piring keramik atau gelas keramik yang bisa dicuci berulang.

 3. Jangan Nyampah (buang sampah sembarangan)
Entah sengaja atau tidak, terkadang tangan-tangan kita melempar sampah dari jendela, baik dari dalam jendela mobil maupun dari dalam jendela rumah. Pada akhirnya, sampah-sampah tersebut berlabuh di selokan. Lantas mengalir ke sungai, mencemari perairan, dan ujung-ujungnya got mampat, sungai meluap.

4. Manfaatkan limbah hewan peliharaan
Mungkin terlihat agak berbahaya, ekskresi hewan peliharaan sedikit banyak bisa juga mencemari lingkungan dan menyebabkan kontaminasi pada arus sungai atau tubuh. Tetapi, jika tahu caranya, limbah hewan besar manfaatnya untuk  pupuk alami tanaman. Contohnya kotoran ayam, kambing, sapi, atau kerbau.

Rumah di Jambi memelihara ayam dan bebek. Biasanya dengan menggunakan masker dan sepatu boat, kotoran ayam dan bebek saya gali dengan cangkul dan dimasukkan ke dalam lubang yang sudah diberi sisa tumbuhan dan sisa sayuran. Lantas diberi garam dan ditutup. Jadilah kompos. Ini bisa dimanfaatkan untuk pupuk kebun singkong di rumah.

5. Kurangi penggunaan minyak
Mengurangi penggunaan minyak goreng dalam masakan. Nah, kalau masakan berminyak masih bersisa, jangan pernah membuangnya ke dalam wastafel. Minyak atau “gemuk” yang dibuang akan membeku dan membuat saluran air tersumbat.

Akibatnya sistem pembuangan akan meluap. Solusinya, biarkan minyak menjadi dingin, lalu masukkan ke dalam wadah pembuangan di tong sampah kalian.

6. Berjalan atau bersepeda, bukan menyetir
Saya sudah mulai mengurangi penggunaan sepeda motor untuk bepergian. Justru milih berjalan kaki. Hal ini juga sebagai upaya melindungi lapisan ozon dari kebocoran akibat gas buang. Juga sebagai satu gerakan untuk menggunakan transportasi bersih di lingkungan.
 

7. Memakai pembersih yang ramah lingkungan
Produk pembersih yang ramah lingkungan, selain membantu melindungi diri kita, juga menjaga kesehatan keluarga.

8. Tidak menggunakan pestisida
Beberapa serangga mungkin baik untuk tumbuhan, lebah contohnya. Nah, penggunaan pestisida mesti  dengan petunjuk dan sangat hati-hati. Karena, pestisida dan pupuk juga mengandung bahan kimia berbahaya untuk kesehatan, juga kehidupan tanaman dan hewan. Mesti bijak menggunakan kalau perlu hindari.
Ya, saatnya kita Go Green [Foto: Dok https://plantsnotpills.ca]

Jika hal ini bermanfaat untuk kalian, silakan bagikan untuk teman-teman kita yang lainnya.

Kerja Sambilan Saat Sekolah: Sambil Menyelam Minum Air




Makanan itu tidak akan pernah mati [Foto: Dok https://chaptermedia.azureedge.net]
Sekolah, untuk sebagian anak-anak yang masuk kategori kaya, tak perlu mikir harus begini begitu. Tinggal duduk manis, kadang diantar sopir, sampai ke sekolah. Sarapan sudah disiapkan oleh ibunya. Baju seragam pun licin rapi tergantung tinggal pakai.Belum lagi uang jajannya. Bisa jadi, sehari ada yang diberi lebih dari 50 ribu.

Masa-masa sekolah saya tidak seperti itu. Bapak itu orang yang ‘galak”. Keenam anaknya mesti bangun subuh-subuh. Ayam belum berkokok kami sudah bangun duluan. Pukul empat subuh saat udara masih dingin mencekat tulang belulang sudah harus siap-siap ke sumur.  

Kami harus berbagi tugas. Ada yang mesti angkat air dari sumur masukin ke bak mandi. Nimba  terlebih dahulu menuhi bak mandi, air bak cuci piring, dan air untuk cuci baju. Aktivitas ini setiap hari kami lakukan sebelum berangkat sekolah. Kami harus berpacu sebelum fajar datang.

Ibu sesempatnya buat sarapan untuk anak-anaknya sekolah dan bapak berangkat kerja. Ada yang dibuat ibu dimakan, ga ada sarapan kami cukup minum teh manis dan bapak ngopi, hingga pulang sekolah menjelang, alhamdulillah perut masih bisa bersitahan lapar.

Pagi yang dingin masih menyambut kami beres-beres untuk berangkat sekolah setelah semua kerjaan rumah selesai. Bekal ke sekolah sangat sangat sederhana. Satu botol air putih ditaruh dalam botol  bekas sirup berlogo abjad tiga huruf yang sangat melegenda. Begini setiap hari kami lakukan.

Pulang sekolah pun tak langsung makan. Di rumah, seluruh pekerjaan dibagi-bagi. Di rumah memang tidak ada ART. Ya, pekerjaan rumah tangga ibu pegang sendiri. Terkadang selesai, beberapa terbengkalai. Berpacu dengan waktu sudah biasa ibu lakukan.

Akan tetapi, karena kami sudah biasa melakukan sendiri, jadi biasa-biasa saja. Sembari berbagi “nikmat” kerjaan bersama keluarga.  Karena masing-masing sudah punya tugas, kalau tugas satu belum selesai, tetap saling bantu.

Sembari menikmati tugas rumah dari ortu, di sela-sela itu  ibu juga buat dagangan. Ya, sore menjelang malam, saya jualan pastel isi kacang tanah, pisang goreng, pempek, dan beberapa kue-kue basah lainnya. Meski disambi jualan, belajar tetap saya lakukan.

Terkadang bergantian jaga warung  di belakang rumah dengan Mba saya. Jualan makanan ini jadi kerja sambilan yang mengasyikkan. Belajar dagang sembari dapat uang. Warung akan tutup sehabisnya dagangan. Bisa pukul 9 malam, kadang juga pukul 11 malam.

Selesai beres-beres, bisa pukul satu malam. Tetapi, alhamdulillah, karena sudah terbiasa, jadi bangun pagi pun tak bakal terlambat. Hampir tujuh tahun saya melakukan hal ini.

Saat di SMP, karena sekolah masuk siang, pagi-pagi saya keliling jualan kue dalam tampah lebar. Macam-macam juga kue yang dibuat. Mulai dari roti kukus (bakpao kalau di Jakarta sebutnya), kue mangkok, bakwan (bala-bala), pisang goreng, ketan serundeng, plus kue bolu.

Kalau jualan saat di SMP ini, pagi-pagi bangun (biasanya pukul satu malam). Ibu dan saya sudah meracik bahan. Selesai sekitar  pukul 4.30 untuk beberapa jenis makanan tersebut. Pukul lima subuh selesai salat, saya mulai keliling. Keliling di sekitar kompleks ga jauh dari rumah dan beberapa perkantoran.

Pulang ke rumah sekitar pukul delapan pagi. Pokoknya sih sehabisnya saja. Kadang pukul tujuh dagangan saya sudah habis, kadang juga pukul sembilan. Kalau masih ada sisanya dibawa pulang. Biasanya, habis pulang jualan, istirahat beberapa jam menjelang sekolah. Satu hingga dua jam cukuplah untuk saya belajar.

Sembari belajar, ibu saya sudah menyiapkan pula dagangan yang akan saya jual ke sekolah. Dagangan yang dijual di sekolah lebih kepada makanan ringan yang kriuk-kriuk, seperti  keripik singkong pedas juga ada es lilin.

Pekerjaan sambilan ini tidak mengganggu jadwal saya sekolah sama sekali. Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Tatkala ujian tiba, mungkin istirahat sekitar satu minggu. Selesai ujian, jualan lagi. Jadi, waktu tetap produktif dan tidak sia-sia.

Kalau di SMA, fokus saya memang sekolah dan bantu di rumah saja. Kerja sambilan stop sama sekali. Tetapi, ibu masih terima pesanan kue dan catering.

Ketika kuliah, saya juga tak ingin membebani orang tua saya. Jadi, begitu masuk semester tiga ke semester empat, saya mulai cari-cari kerja part time. Bersyukurnya, diterima kerja jadi taster salah satu makanan cepat saji yang sudah sangat terkenal--sekitar dua tahun--di area Jakarta, Depok, dan Tangerang (BSD).

Jadi, kerjaan saya keliling-keliling di tiga area itu untuk mengetes dan mencicipi kentang yang enak seperti apa, bentuk potongannya rapi atau tidak, penggaramannya merata atau acak-acakan, daging ayam yang enak itu seperti apa. Apakah ketika dibelah dua, ayamnya mengeluarkan juice atau kering, hingga susunan dalaman burger itu seperti apa yang enak dan benar.

Jadi taster itu saya dibayar untuk icip-icip makanan dan dikasih transport. Nah, saya tidak menyebutkan kalau saya bekerjanya jadi seperti “mata-mata” di setiap resto yang tersebar. Tetap saja berpura-pura sebagai konsumen yang belanja dan makan di tempat itu. Seluruh area resto saya perhatikan hingga kebersihan toilet plus pelayanan waiter/waitress-nya.

Saya mesti membuat laporan yang sudah dipersiapkan sekitar 5-10 halaman yang berisi aktivitas yang terjadi di resto tersebut. Ya, pura-pura jadi mahasiswa yang lagi ngerjain tugas saja kalau ke resto itu. Jadi, Store atau duty managernya juga tidak curiga. Bisa saja saya bawa pulang, tapi lebih baik saya selesaikan di tempat saya mencoba.

Lumayan, itung-itung dari kerjaan sambilan itu, uang makan saya tiap bulan lebih hemat dan gizi terjaga. Hahaha… anak kost banget. Nah, setelahnya, saya juga menjadi freelance editor di salah satu penerbit buku di bilangan Pondok Kelapa. Pas banget dengan jurusan yang saya ambil saat itu. Saya menyunting  bidang studi Biologi untuk kelas 1,2, dan 3 SMP. Sangat-sangat lumayan uang hasil kerja sambilan itu.

Saya bisa bayar kost tiap bulan, sesekali makan enak, juga bisa traktir teman-teman saya.

Terpenting, saya tidak menyusahkan orang dan bisa menghidupi diri sendiri. Apalagi sebagai anak perantauan yang harus pintar mutar otak biar tetap bisa melangsungkan kehidupan di Jakarta yang keras ini.

Selama kuliah juga pernah jadi guru privat mengajar anak SMA dengan bidang studi yang sama. Tapi tak berlangsung lama. Kemudian juga mengajar bapak-bapak yang akan meneruskan kuliah S1 (program ekstensi) di ITB yang akan meneruskan ke bidang teknik kelistrikan. Saya diminta untuk mengajar fisika dan matematika.
 
Editor, edit yang kotor-kotor [Foto: Dok https://theaimn.com]
Ya, bersyukur saja untuk rezeki yang sudah Allah SWT turunkan kepada saya hingga hari ini. Seberapa pun rezeki yang diturunkan, tetap berdoa semoga berkah. Dan tak lupa, di dalam rezeki saya ada rezeki orang lain. Jadi, tetap berbagi meski satu rupiah.