Waaw! Itu
kata yang keluar dari mulut saya tatkala merasakan dan melihat sendiri ragam
kuliner negeri ini di ajang Jakarta Street Food Festival. Untuk keempat
kalinya, helatan ini di gelar di area Kelapa Gading yang menjadi ikon pusat
kuliner, tepatnya di La Piazza , Summarecon Kelapa Gading.
Jakarta Street Food Festival, La Piazza Kelapa Gading Foto: Dok. Pribadi |
Ini
merupakan gelaran festival kuliner yang menyajikan ragam kuliner jajanan
mengambil konsep makanan kaki lima atau street food. Otentik, tak hanya berasal
dari negeri sendiri, tetapi juga dari beberapa negara di dunia. Jakarta Street
Food Festival digelar mulai tanggal 11 hingga 27 November 2016.
Jakarta
Street Food Festival kali ini tak hanya menghadirkan kuliner saja, akan tetapi
ada hal baru yang dimunculkan, apa itu? Ya, arena Pasar Malam yang lengkap.
Lengkap karena hadir beragam permainan dan pernak-pernik khas pasar malam. Hal itu
sangat pas untuk keluarga. Arena Pasar Malam itu juga menghadirkan jajanan
ringan yang dapat dinikmati bersama keluarga. Pasar Malam itu hadir lebih lama,
mulai 11 November hingga 11 Desember 2016.
Hmm… langkah
kaki saya rasanya ingin segera menjejak di JSFF, La Piazza. Saya ingin berburu
makanan-makanan pinggir jalan yang aduhai. Ya, tak berselang lama, perburuan
kuliner kaki lima segera saya lecutkan.
Gerai sate Taichan di Jakarta Street Food Festival Foto: Dok. Pribadi |
Ada satu
jenis sate yang menggoda mata saya. Sate itu, di kalangan anak muda ibukota
jadi pembicaraan hangat dan ngetrend.
Dibuat dari daging ayam tanpa kulit. Dipotong-potong dadu berukuran sekitar 1 x
1 cm. Sausnya terbuat dari cabe merah ditambah sedikit air dan bumbu-bumbu yang
aduhai pedasnya dan membuat alat pencecap saya ingin nambah.
Sate Taichan Babe sebelum dicampur saus Foto: Dok. Pribadi |
“Sate ini dapat dibuat oleh siapa saja dengan
nama yang sama. Tidak ada Franchise dari nama sate tersebut. Berasal dari nama
Jepang, Taichan. Dapat dimakan dengan lontong juga nasi. Untuk yang tidak suka
pedas, kami menyediakan bumbu Jepangnya”, ucap Abigail sang pemilik yang
ternyata berasal dari Tegal tersebut.
Gabriel, salah seorang pemilik sate Taichan Babe Foto: Dok. Pribadi |
Satu porsi
sate Taichan terdiri atas sepuluh tusuk sate, delapan potong lontong, bawang
goreng, dan saus cabe atau saus original (sesuai selera). Mengapa sate ini
begitu laris? Ya, sate dengan cita rasa pedas dan bumbu-bumbu di dalam
sausnyalah yang membuat orang ketika mengunyah ingin tambah lagi. Harga satu
porsi relatif murah, hanya Rp27.000.
Sate Taichan setelah dicampur saus cabai. Rasanya...Nendang! Foto: Dok. Pribadi |
Mungkin saya
memang sedang lapar mata dan lapar perut. Setelah menyantap sate Taichan yang bikin mulut megap-megap, lidah saya tak ingin berhenti
sampai di situ saja. Gulai Balungan Sapi Bon Bon jadi incaran saya. Melihat
dengan mata kepala sendiri, balung ( Jawa
= tulang) yang masih berisi daging di sekitarnya dengan potongan relatif besar,
memacu gastronomi saya untuk minta asupan.
Gerai Gulai Balungan Sapi Bon Bon di Jakarta Street Food Festival Foto: Dok. Pribadi |
Gulai
Balungan Sapi Bon Bon dengan cita rasa gurih memang pas di makan saat perut
dalam kondisi benar-benar lapar. Apalagi ditambah dengan sambal cabe rawit
hijau dan merah. Selera makan makin menjadi-jadi.
Gulai Balungan Sapi Bon Bon dengan rasa aduhai Foto: Dok. Pribadi |
Isi satu
porsi lumayan padat, terdiri atas tiga potong balung iga, lontong yang dibuat
terpisah, potonga kentang goreng, irisan bawang daun, tomat, irisan tomat,
sambal, dan acar yang terdiri dari potongan nenas, ketimun yang diambil kulit
hingga daging dipotong dadu, dan bengkuang potong dadu pula berbumbu cabai
dihaluskan dan diberi sedikit gula.
Kuah gulai
balung ini pun terasa wiwiwawaw di lidah saya. Bagaimana tidak, campuran
rempah dan cabe merah yang lumayan pedas segar mewarnai rongga mulut saya.
Ditambah
lagi balung iga yang dipresto, saat ditarik dari tulang belulangnya cukup
empuk. Meski terkadang ada juga beberapa daging balung iga yang “bersitegang”
dengan gigi geligi saya. Satu porsi dihargai hanya Rp38.000 saja. Murah, kan?
Tak berhenti hanya sekadar menikmati sate
Taichan Babe dan Gulai Balung Sapi Bon Bon. Mata dan lidah ini terus mengamati
kira-kira yang dapat dilahap dengan jilatan dan sedotan dan berasa manis dan
dingin. Pilihan jatuh pada Ice Lava You. Selintas, tatkala diucapkan seperti Ai (s) lav yu (I Love You). Bongkahan es
dihancurkan dengan mesin penghancur khusus es. Sebelum es ditumpuk dan diberi
sirup beberapa warna, bagian bawah es diberi jelly. Kemudian disiram dengan
sirup warna-warni yang manis. Ada juga yang dibalut dengan cokelat meleleh yang
kemudian padat karena suhu dingin es.
Ice Lava You, rasanya bikin meleleh Foto: Dok. Pribadi |
Uniknya, es ini seperti gunung dan terlihat besar,
ditambah lagi dengan wadah untuk pegangannya dibuat dari karton yang diberi
hiasan dan bunga-bunga cantik. Ini mungkin sebagai salah satu stragegi
marketing Ice Lava You untuk memperoleh pelanggan. Boleh juga idenya. Satu
porsinya dibanderol dengan harga Rp25.000 saja. Puas lhoo… nyeruput es porsi
besar dengan harga segitu.
Gastronomi
saya masih penasaran ingin mencoba menu lainnya. Pilihan jatuh pada icip-icip milik Boss Madyang (Mas Rahab
Ganendra). Namanya unik, singkat, dan mudah diingat, apalagi kalau bukan SIKEMON. Ya, SIKEMON ini tak lain adalah
Singkong Keju Montok. Benar! Bahannya sudah pasti singkong. Tetapi singkongnya
direbus terlebih dahulu dan diberi bumbu, kemudian digoreng.
Singkong Keju Montok, montok padat isinya Foto: Dok. Pribadi |
Setelah
digoreng, ditiriskan beberapa saat untuk menurunkan minyak yang berada dalam
singkong. Mulailah singkong ditata rapi dalam wadah bundar sempurna, ditaburi
keju parut dan disiram mayonnaise dengan warna putih dan oranye. Soal rasa,
nendang di mulut saya. Wadah bulat dengan diameter sekitar 10 cm itu penuh
berisi singkong bercita rasa glamor. Karenanya disebut montok (penuh).
Singkong
unik ini memberi perhatian lebih kepada saya, mengapa? Singkong, di tangan-tangan
dan otak kreatif dapat disulap menjadi makanan berkelas. Hebat! SIKEMON relatif murah juga enak, dihargai
hanya Rp25.000 saja. Di dalam wadahnya sudah seperti mau tumpah saking
montoknya.
Mencecap
selanjutnya adalah SAGO. Jangan main-main dengan yang satu ini. Meski namanya
singkat, tetapi sudah melanglang buana hingga mancanegara. Dari Indonesia
hingga Singapura, juga ada di Hongkong sana. Ada beberapa aneka masakan yang
dibuat, antara lain Red Bean Soup (Sup Kacang Merah), Black Glutineous rice (Beras
Ketan Hitam), Ce Hun Tiau (semacam
bubur campur dari kacang merah, beras ketan, bubur jali, dan salah satu jenis
kue dicampur santan kental), juga Snow
White Sago.
Black Glutinous Rice SAGO, perpaduan rasa gurih yang lezat Foto: Dok. Pribadi |
Pilihan saya
jatuh pada bubur ketan hitam dan sup kacang merah. Sup kacang merah, kacangnya
sangat lembut tetapi masih utuh terbungkus
dalam eksokarpus kulit. Sementara itu, endokarpus kacang sangat lembut
dan lumer di lidah. Saya menduga-duga dengan kelembutan yang terjadi pada
kacang merahnya itu. Benar dugaan saya, kacang merahnya direbus dalam jangka
waktu cukup lama, sekitar dua jam. Lantas ditambahkan gula dan garam kemudian
didiamkan beberapa dalam keadaan tertutup.
Penyajiannya
dilakukan dalam keadaan hangat dengan diberi santan kental yang sedikit
bergaram. Hal itu untuk menambah dan penyeimbang cita rasa dari kacang yang
manis. Jadi, terdapat perpaduan rasa gurih saat kedua bagian itu bercampur di
mulut.
Sementara
itu, kita ketahui bahwa ketam hitam memiliki tekstur hampir mirip dengan beras
biasa. Tetapi, beras ketan lebih cepat mengeluarkan lendir kental saat dimasak.
Jika salah memasak, akan mentah di bagian dalamnya dan berasa keras. Apa yang
saya rasakan saat ketan hitam ini singgah di lidah? Ya, rasa lembut perpaduan gurih
santan yang memanjakan lidah saya. Satu lagi kuliner kaki lima negeri ini
melanglang buana hingga ke Hongkong dan Singapura.
Nah, untuk
yang pertama kali baca tulisan ini àShifu
Shao Kao, pasti belibet. Kalau dari negeri asalnya,
Cina, nama ini merupakan nama jajanan sate pinggir jalan, seperti Cakue, Donat,
Pisang Goreng, atau gorengan di pinggir jalan di Indonesia.
Shifu Shao Kao (Sate pingir jalan khas Cina) di Jakarta Street Food Festival Foto: Dok.Pribadi |
Sate-sate dari Shifu Shao Kao ini juga beragam. Ada sate daging,
sosis, usus (jeroan) ayam, daging ayam, bakso. Otak-otak, kulit ayam, sayap ayam, telur gulung, mantau, jamur
Enoki, jamur Shimeji, Kangkung, Kucai, PakChoi, juga Jagung. Masing-masing sate
harganya bervariasi, mulai Rp4.000—Rp10.000. Bumbu sate-sate ini bisa dipesan
pedas atau biasa saja.
Aneka sate di Shifu Shao Kao Foto: Dok. Pribadi |
Arrghh…
rasanya orbita saya tak pernah puas-puasnya belanja food street ini. Tetapi pencecap
dan gastronomi saya mulai berteriak untuk segera beristirahat. Apa mau dikata. Sejenak
menenangkan lambung dan gigi geligi dari asupan. Saya masih penasaran dengan
food street lainnya. Mumpung masih ada waktu menjelang tanggal 27 November
2016, meluncur yuk ke La Piazza Kelapa Gading. Food Street yang menantang!!