Thursday, March 14, 2019

“GANAS-nya” Wakaf Produktif



Rekan-rekan Blogger Bersama Prudential Indonesia & Dompet Dhuafa [Foto: Dok Pri]
Ekonomi Islam menjadi ekspresi model ekonomi berdasar akidah dan syariat Islam yang punya cakupan luas juga target yang jelas. Karakteristik sentral yang membedakannya dengan sistem ekonomi konvensional adalah asas atau acuan dasar yang dipakai, yaitu al-Quran dan Hadits Nabi, selain acuan-acuan lain yang bersifat interpretatif dari para ulama Islam. 

Sebagian kalangan menyatakan bahwa sisi humanisme ekonomi menjadi pembeda lain antara ekonomi Islam dan ekonomi ala kapitalisme yang berpangkal pada pengayaan individu. Islam memandang bahwa wakaf tidak bisa hanya bersifat ibadah, tetapi juga memiliki dimensi moral-psikologis, sosial dan ekonomi.


Keceriaan kami di KIB DD  Desa Cirangkong Kec. Cijambe-Subang [Foto: Dok Pri]

Bicara wakaf, kini menjadi salah satu alternatif sumber ekonomi yanga dapat dikelola secara profesional, baik oleh lembaga penyelenggara wakaf, maupun perusahaan profesional. 

Secara etimologis wakaf berasal dari kata waqafa-yaqifu-waqfan, mengandung arti menghentikan atau menahan (al-habs). Secara terminologis wakaf sebagai menahan harta dari jangkauan kepemilikan orang lain. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya yang dipakaikan untuk kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai  ajaran Islam.

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya yang digunakan untuk keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum.

Nah, salah satu lembaga wakaf yang hadir di tengah-tengah masyarakat dan terbilang cukup lama adalah Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi Islam bersumber dana melalui zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF), serta dana halal lainnya yang berfokus pada pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendekatan budaya dengan kegiatan filantropis (humanitarian) dan wirausaha sosial profetik. Dompet Dhuafa (DD) yang berupaya mewujudkan masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal secara adil.




Mini trip ke Kebun Buah Naga tanah wakaf DD di Subang [Foto: Dok Pri]

Wakaf menjadi salah satu filantropi Islam yang dijalankan DD untuk menggalang beragam kebermanfaatan dengan pihak lain. Begitu pun dengan Prudential Indonesia, sebagai salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia dan Indonesia, melalui PRUSyariah-nya membuat wakaf memiliki nilai dan tempat. Prudential Indonesia menjalin kerjasama dengan DD melalui wakaf untuk kemaslahatan umat. 

Sejalan dengan salah satu tagline Prudential Indonesia, yaitu #WeDoGood yang ketika saya mengikuti mini trip ke Subang untuk melihat Kebun Indonesia Berdaya DD  dari hasil tanah wakaf, dalam acara #WeDoGoodCamp. We Do Good sendiri  merupakan komitmen baru Prudential Indonesia di tahun 2019 bahwa perusahaan akan mewujudkan  kebajikan melalui program  CSR dan PRUSyariah.

We Do Good = berbuat kebaikan, tak hanya itu, tetapi bagaimana komitmen Prudential Indonesia bisa berbagi dengan sesama, salah satunya melalui wakaf. Bagaimana cara berwakaf?

Mas Bobby, salah satu perwakilan Prudential Indonesia dalam sambutannya mengatakan, bahwa di tahun 2019 ini Prudential punya komitmen baru salah satunya #WeDoGood (perusahaan mewujudkan kebajikan). Salah satu kebajikan itu adalah berwakaf. Sekarang, sesuai peraturan baru dari OJK dan MUI, saat ini berwakaf dapat dilakukan melalui asuransi. 

Jadi, pada tanggal 1 Februari 2019 lalu, Prudential telah meluncurkan satu program wakaf. Memang, selama ini banyak orang berpikir bahwa wakaf diasosiasikan dengan orang membeli tanah atau sesuatu.  Tidak harus punya uang banyak dulu baru bisa berwakaf, sebenarnya hal ini yang memang harus diterapkan. 

Dengan adanya program wakaf dari Prudential, Anda tidak harus punya uang banyak untuk berwakaf. Jadi, Anda bisa berwakaf melalui manfaat asuransi PRUSyariah-nya. Manfaat wakaf itu apa sih sebenarnya? 

Nah, bukti nyata dari program wakaf ini adalah apa yang dilakukan oleh DD melalui Kebun Indonesia Berdaya. Kebun tersebut merupakan hasil wakaf yang dikelola DD secara profesional. DD juga menjadi salah satu partner Prudential Indonesia. Nah, untuk Anda yang ingin menyalurkan wakaf melalui Prudential Indonesia, nantinya akan dikelola secara profesional oleh partner Prudential Indonesia tersebut. 


Apa manfaat wakaf dan yang bisa diberikan untuk kemaslahatan masyarakat sekitar,  dalam keterangannya, Mas Kohar (representatif DD) menjelaskan bahwa di Kebun Indonesia Berdaya ini banyak ditanami buah naga, nenas, jambu kristal, dan lain-lain.  Buah naga memang jadi buah unggulan dengan dua warna, yaitu merah dan putih. 

Kebun Indonesia Berdaya DD ini merupakan bentuk yang diikhtiarkan melalui dana wakaf. Jadi, kalau selama ini mungkin Anda hanya familiar wakaf dengan masjid, makam, atau pesantren, wakaf bisa dalam bentuk lain.

Manfaat wakaf sendiri akan terus berkelanjutan dan tersebar untuk umat dan dirasakan banyak orang. Memang, DD sendiri akan concern untuk mengoptimakan wakaf-wakaf produktif yang akan kerjasama dengan banyak pihak, salah satunya Prudential Indonesia.
Untuk wakaf juga Anda tidak harus menunggu punya banyak tanah, punya rumah, atau lainnya. Dengan program Prudential Indonesia, Anda bisa langsung berwakaf yang bisa dikelola langsung oleh DD.

Contohnya kebun buah naga yang merupakan hasil tanah wakaf dengan luas 10 hektar. Buah naga yang ada di Kebun Indonesia berdaya ini berbuah dari Januari hingga Maret dan edisi buah terakhir. 

Di sela-sela acara Kohar juga menyampaikan bahwa untuk berbuat baik tidak harus menunggu. Dengan program-program yang dilakukan DD dan Prudential Indonesia, semua bisa dilakukan dan jangan takut berbagi. Kenapa #JanganTakutBerbagi? 

Masih banyak orang yang sungkan atau takut untuk berbagi, padahal berbagi punya makna sangat luas. Di acara #WeDoGoodCamp pun saya bisa berbagi cerita dengan teman-teman lain, agar mereka juga ikut merasakan hal yang sama. 

Ya, ketika dana wakaf dikelola secara baik dan benar, dana tersebut justru dapat membantu perekonomian masyarakat setempat. Dengan kehadiran Kebun Indonesia Berdaya DD dari hasil wakaf tersebut, warga sekitar sangat merasakan hasil atau manfaat yang diberikan.

Saya mau cerita sedikit ya aktivitas bareng teman-teman blogger, Prudential Indonesia, dream.co.id, dan teman-teman DD selama di Subang. Jadi, begitu sampai, kami sudah disambut dengan sajian jus buah naga dan nenas Subang yang manis aduhai itu. Kemudian, makan “ala Subang” seperti liwetan gitu.

Dalam geraian  nasi timbel, ikan mas goreng, ayam goreng/panggang, sambal leuncak, tumis kangkung, sambal, tahu/tempe goreng, dan lalapan khas Sunda. Ini jadi makan paling enak dan nikmat, soalnya di Jakarta hampir tidak pernah ditemukan, hal-hal begini lebih banyak ditemui di desa.



Makan siang ala Subang di KIB Dompet Dhuafa [Foto: Dok Teman]

Selepas dari makan berganti baju kaos yang sudah disiapkan panitia, dan mendengarkan beberapa penjelasan dari representatif Prudential Indonesia dan DD. Sempat diguyur hujan dan pindah ke “barak” untuk mendengarkan lanjutan penjelasan dari program Prudential melalui Mas Bobby dan DD.

Di sini serunya, gerimis masih melanda, saya dan teman-teman blogger tapi mesti metik buah naga. Di tengah gerimis berderai, jas hujan sekali pakai sudah berikan panitia, juga keranjang berikut gunting petik plus caping. 


Metik buah naga di KIB DD Subang [Foto: Dok Pri]

Di tengah-tengah hujan itu, saya temukan rasa asyik memetik buah naga setelah sebelumnya representatif DD menjelaskan tentang KIB (Kebun Indonesia Berdaya) dan tentang buah naga itu sendiri. 

Ngomong-ngomong, sebelumnya saya sempat bertanya satu kilo buah naga di KIB berapa ke representatif DD. Satu kilo ternyata IDR 20K. Relatif murah. Kalau saya beli di Jakarta sekitar IDR 30K s.d. IDR 35K. 



Kebun Indonesia Berdaya hasil wakaf DD [Foto: Dok Pri]

Puas metik-metikin buah naga, saatnya menimbang. Ahaaa… berapa timbangan buah naga yang saya peroleh? Sepuluh kilogram. Lumayan buat olahraga gantiin barbel. Buah naga yang dipetik dari pohonnya langsung ini memang beda rasanya. Saya langsung coba, maniiiis dan fresh banget. Tapi sayang sih, nenasnya  ga bisa metik. Pas ngeliat masih muda-muda gitu. Tapi tetap ya, judulnya “Metik Ganas…” (hahaha).

Oya, selain metik buah naga, saya dan teman-teman blogger juga foto-foto di spot kecenya KIB. Juga yang tak kalah serunya main panah-panahan. Sambil manah asmara (hahaha). Ternyata memanah ini gampang-gampang susah. Seru deh intinya di KIB bersama Prudential Indonesia dan DD ini. 

Salah satu kesenangan permainan, memanah di KIB DD [Foto: Dok Teman]

Waktu terus bergulir di tengah deraian hujan. Tepat pukul 16.30 kami tinggalkan KIB untuk entah kapan lagi bisa saya kunjungi. Ada kesan mendalam yang tak bisa saya lupakan. Kearifan, keteduhan, dan kenyamanan yang tak bisa saya temui di Jakarta. Wakaf ini menjadi ladang amal saya kelak. Terima kasih Prudential Indonesia dan DD! Majulah wakaf Indonesia untuk berdaya demi kemaslahatan umat. Aamiin.

Kebun Nenas di KIB DD dari tanah wakaf [Foto: Dok Pri]