Kangen pengen mosting cerita-cerita anak yang pernah dibuat di blog tercintah ini. Rasa-rasanya sudah lamaaaa bangeet ga nyentuh-nyentuh ini laman. Keasyikan ngurusin "halaman tetangga". . Alhamdulillah, Ada banyak hasilnya. Bisa ke sana ke sini dengan legaaaaaaaaaa. Oiya... ini mula minggu pertama di Januari 2016. Semoga banyak berkah rezeki yang melimpah menyinggahi diriku di tahun ini. Semakin merunduk dengan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh untuk bekal di akhirat nanti. Semoga semua semakin berjaya, berjaya untuk menggapai maghfirahNYA, tentunya. Anyway... cukup dulu preambule-nya, saatnya mosting cerita-cerita itu.
Di sebuah desa yang bernama Kuwu hidup seoran petani yang
sudah renta. Meskipun sudah tua renta, tetapi tenaganya masih kuat. Dia
memiliki sawah yang cukup luas. Sawah itu sering disinggahi burung-burung
emprit dan memakan padi-padi yang mulai menguning. Hal itu sering kali terjadi
jika akan panen.
Suatu hari, petani tua itu memikirkan, kira-kira apa yang
akan dia lakukan terhadap burung-burung emprit itu agar tidak memakan padi yang
mulai menguning. Akhirnya, dia menemukan cara yang cukup cerdas. Petani tua itu
akan menggunakan selendang kain yang diisi batu-batu kerikil.
“Jika aku
meletakkan batu-batu kerikil itu dalam selendang kain lalu aku putar-putar dan
lontarkan, burung-burung emprit itu tentunya akan terluka dan pergi. Aku hanya
akan berpura-pura menghalau atau menyerang mereka agar pergi”, pikir petani tua
yang sebenarnya sangat baik hati.
Semua jenis burung melihat petani tua renta itu
memutar-mutar selendang kainnya. Burung-burung emprit itu pun satu per satu
pergi. Akan tetapi, suatu hari seekor burung emprit berkata, “Aku telah memerhatikan petani itu, dan dia tidak
membawa batu kerikil dalam selendang kainnya. Dia hanya berpura-pura menyerang
kita. Sebaiknya kita tidak usah gubris apa yang akan dilakukan petani
renta itu”.
Saat burung-burung emprit itu tidak juga pergi, petani
renta itu sangat sadar bahwa usaha pendekatannya yang sebenarnya tidak
membahayakan itu tidak mendapatkan hasil. dia berpikir lagi, “Jika aku tidak
mengambil langkah-langkah serius sekarang
ini, burung-burung emprit itu akan menghabiskan padi-padiku yang telah
menguning. Hasil kerja kerasku selama ini akan sia-sia”.
Lantas, petani tua renta itu mengisi selendang kainnya
dengan batu-batu kerikil dan benar-benar menyerang burung-burung emprit yang
sedang memakan padi di sawahnya. Begitu burung-burung emprit itu menyadari
petani tidak sedang menyerang dengan selendang kain kosong, mereka beterbangan kocar-kacir dan
tidak pernah kembali lagi.
Akhirnya, usaha petani renta untuk menghalau burung-burung
emprit itu tidak sia-sia. Kini, dia pun dapat menikmati jerih payah yang selama
ini telah dia lakukan.
Written 3:29 PM by https://www.junjoewinanto.com
Cerita
0 comments:
Post a Comment