Bepergian
atau traveling itu buat saya menyenangkan, meskipun capek. Tetapi, kalau mau
traveling atau trip ke satu tempat, saya tak sembarang pergi. Saya akan cari
yang unik, rekomendasi orang-orang yang sudah pernah pergi ke tempat itu, atau
ada aktivitas apa di bulan yang sudah saya tentukan untuk pergi ke tempat itu.
Karena zaman semakin canggih, beragam informasi tentunya mudah saya dapatkan.
Saya bisa berselancar ria dengan device untuk mendapatkan informasi
sebanyak-banyak tentang keunikan daerah tersebut. Ya, sekali usap dengan jari, semua informasi
plus gambar daerah tujuan traveling saya terlihat jelas.
Danau Beratan, Pura Ulun Danu, Bedugul-Bali Foto: Dok. Pribadi |
Saya
termasuk orang yang mesti mempersiapkan segala sesuatunya jika hendak
bepergian. Untuk apa? Itu sebagai bentuk antisipasi diri agar tidak repot di
jalan atau malah merepotkan orang yang jalan bersama saya. Saya bukan tipe yang
suka bikin repot orang kalau traveling. Oleh karena itu, traveling saya benar-benar
menjadi traveling bebas hambatan dan
lancar jaya. Karena segala sesuatunya sudah saya persiapkan jauh-jauh hari.
Selama
melakukan traveling, saya mencatat hal
yang dirasa unik dan penting dalam buku catatan perjalanan maupun di dalam
device yang saya bawa. Tak ketinggalan tentunya kamera. Karena, traveling tanpa
kamera seperti burung patah sayap, keplek-keplek atau sengklek kalau orang Jawa bilang, alias ada yang kurang. Meski ada
kamera dari telepon pintar saya, tetap saja, kamera DSLR tidak akan pernah lupa. Saat perlu motret cepat, telepon
pintar saya yang akan bermain. Tetapi, ketika saya berada di satu daerah yang
memungkinkan untuk banyak mengambil angle maupun gambar-gambar wide angle, kamera DSLR saya yang akan saya keluarkan.
Dalam
banyak hal, traveling itu sangat bagus dan mengasyikan, tentunya dapat
meningkatkan kesejahteraan mental, tak hanya jangka
pendek tapi juga jangka panjang. Entah
itu traveling untuk berbisnis, traveling bersama keluarga dalam jangka lama,
tentunya sedikit banyak kehidupan kita dilakukan di jalan. Ya, traveling untuk saya pribadi akan membuat
diri lebih bahagia, mampu membangkitkan rasa percaya diri, memberikan
pengalaman dan kenangan baru, menjauhi diri sesaat dari rutinitas yang seakan
tak pernah habis, dan tentunya juga,
memungkinkan saya bertemu orang-orang dari penjuru dunia.
Saya
senang ketika mendapatkan pengalaman dan wawasan baru, juga menantang
batas-batas yang saya miliki. Traveling, bagi saya menjadi katalis sempurna
untuk kebahagiaan, kenapa? Karena, hal ini memungkinkan saya mengalami
keajaiban alam, budaya, dan beragam buatan manusia dan ciptaan Tuhan di seluruh dunia. Pastinya, berada di negeri yang asing itu
membuat saya harus keluar dari zona nyaman dan harus membangun kepercayaan diri
yang kuat. Traveling juga sebagai sekolah terbaik yang saya peroleh. Belajar
banyak tentang dunia di luar saya, terutama untuk diri sendiri.
Traveling
itu membuat saya menjadi diri sendiri. Bagaimana tidak, ketika dihadapkan pada
situasi yang tidak memungkinkan, mau tidak mau saya harus putar otak. Misalnya, ketika tak tahu arah jalan pulang
yang notabenenya itu negeri asing dan baru pertama kali dikunjungi. Ya, alamat
hotel tempat menginap, peta, uang, dan kemampuan bahasa harus saya keluarkan. “Malu
bertanya, ga bisa pulang”. Ketika saya mampu mengatasi itu semua, di situlah
kepercayaan diri timbul.
Traveling
dengan rasa bahagia, mampu memberikan setrum
hebat kepada orang-orang di sekitar saya, terutama penduduk setempat. Ya,
ketika senyum bahagia, sapaan ramah, orang-orang yang bertemu dengan saya
mendapakan efek langsung. Ketika perjalanan saya menyusuri pedalaman hutan
Sumatera, Bukit Tiga Puluh, Menjumpai Suku Anak Dalam, Suku Talang Mamak,
maupun Melayu Tradisional, Orang-orang Lore, mereka sangat bahagia, ceria, dan
ramah. Meski, mungkin sebagian dari mereka ada yang pernah mengalami hal-hal
tak menyenangkan dalam hidupnya. Ketika senyuman dan sapaan akrab saya mendarat
kepada mereka, hal-hal tak menyenangkan
yang pernah mereka alami itu, sirna.
Saat saya ber-traveling-tentu akan jauh dari
keluarga. Berada jauh dari orang-orang
terdekat ketika saya biasa akrab, akan terasa ada yang berbeda. Di situlah,
saya lebih bisa menghargai orang-orang terdekat saya, keluarga.
Traveling
membuat saya banyak memperoleh teman baru.
Ternyata, pengalaman saya selama traveling memang berbeda saat di rumah.
Ada banyak teman baru yang saya peroleh, dan jauh lebih mudah membuat teman
baru di jalanan ketimbang di rumah.
Bertemu orang-orang baru yang bisa saya sapa secara ramah dan akrab,
juga saya ajak ngobrol. Traveling
membuat peningkatan interaksi sosial yang saya miliki jauh lebih besar
ketimbang berkumpul dengan orang-orang yang berpikiran picik. Apalagi, ketika saya menjumpai dan
bercakap-cakap dengan beragam orang dari kultur yang berbeda, hal itu sungguh
sangat menarik untuk saya. Otomatis,
sedikit banyak saya dapat belajar juga dari mereka.
Traveling
menjadi detoks saya dari media sosial. Media
sosial itu punya banyak impact untuk kita, asal bijak menggunakannya. Bisa baik juga buruk. Dengan traveling, sejenak saya membebaskan
diri dari internet, gadget, maupun wifi. Tetapi, wi-fi memang sudah sangat
umum, ada di mana-mana, karenanya akan sulit untuk di switch off. Terkadang pun, ketika ponsel saya tersambung
dengan wifi, di situlah saya secara tak sadar asyik sendiri dengan gadget, mau
tidak mau sejenak memeriksa twitter, menelusuri lini masa facebook, terkadang
periksa email masuk. Lebih baik matikan
segera. Hal itu lebih membebaskan saya
untuk traveling ke sana ke mari tanpa gangguan gadget.
Traveling
membuat saya sangat menikmati waktu yang Tuhan beri. Ya, traveling itu
memberikan saya ruang bernapas yang terkadang hilang dalam eksistensi
sehari-hari yang biasa saya lakukan. Penting memanfaatkan kedamaian hidup
dengan waktu yang Tuhan beri. Biarkan stress kita lepas. Kalau pun saya pergi
dengan pasangan saya, di sinilah waktu yang tepat untuk menghabiskan waktu
bersama-sama. Kita, jangan pernah takut untuk traveling dan meminta izin dari
perusahaan tempat kita bekerja, karena jatah cuti itu sudah jadi milik Anda.
Ada
nilai-nilai pendidikan yang saya peroleh selama melakukan traveling. Ketika saya
singgah ke Bali, saya pelajari kulinari Bali juga bahasa baru. Traveling yang saya lakukan itu sebagai cara baru
menghadirkan hal-hal baru untuk diri saya dalam menambah pengetahuan dan
pendidikan. Dengan traveling dan belajar sesuatu yang baru, membuat otak kita
lebih aktif juga meningkatkan kebahagiaan diri terutama saat mempelajari
sesuatu hal yang kita anggap menyenangkan.
Vitamin A
dan D sebagai boost untuk traveling saya. Ketika bermain di pantai, 20 menit
berjemur di bawah sinar matahari sudah cukup untuk merasakan efek penuh vitamin
D. Sinar matahari dan kehangatan itu membuat saya berada dalam lingkup
kebahagiaan dan suasana hati jauh lebih baik. Efek ini terasa tatkala saya sudah
mengakhiri traveling.
Pantai Pandawa-Bali Foto: Dok. Pribadi |
Traveling
itu membawa beragam cerita, baik aneh, lucu, terkadang serius. Dari traveling
ini saya bisa cerita hal-hal tersebut dan tentunya membuat saya semakin
menarik. Ketika kita menceritakan pengalaman traveling itu, orang-orang sedikit
banyak akan mendekat dan ingin tahu. Membuat seseorang yang mendengar cerita
kita tertawa, itu sebagai salah satu cara mudah untuk dapat langsung
menumbuhkan harga diri. Jadi, jangan malu untuk berpegang pada kenangan
traveling kita. Kamu sudah cukup traveling
atau perlu traveling? Segera piknik!
8 comments:
Pilihan tepat tuh traveling ke pantai. Hmmm ... Liburan udah usai kok aku malah pengen ke pantai ya?
Hihihi ...
Nah, iya Mba Frida... kalo traveling ga nunggu pas liburan Mba Frida... heheheh, selagi ada sela waktu, hajaaarr. Pantai itu mengasyikkan dan semua traveling itu mengagumi ciptaanNYA. Semoga segera terwujud main ke pantainya ya Mba @Frinda Herlina
Temen setipe nih. saya juga pecinta liburan ke pantai. Tos dulu kita mas Jun!
selain vitamin A dan D, di pantai itu banyak vitamin sea mas Jun. :)
daku kalo travelling jarang utak atik gadget jadi kadang banyak moment yang tak sempat diabadikan. btw pantai itu yang pasti dapat vit G alias gosong hehehe
Tooos Dama... Yuuk kapan kita barengan ke pantai. Keknya kalo pantai di Jakarta mesti cari ke pulau2 yg agak menjorok ke dalem. Kalo di luar2 meski notabenenya resort, yaa kurang puas aja.
Naaah... Iya Mas Yogi. Wuiiiih saya kalo udah lihat laut, entah kenapa, bawaannya pengen ala2 bulbul gitu, jemur ampe kulit merah trus pijetan, ama ngepang rambut. Hahahah
Waaah... Emang sih ya. Tapi mesti siap2 pas klo ada moment indah dan cantik kayak yg ngomenin ini, segera diabadikan. Hahahah...
Post a Comment