Hunian dan investasi kini jadi hal penting dari perkembangan satu
kota. Apalagi kota metropolitan, seperti Jakarta. Jakarta semakin maju dan
berkembang, baik secara luas maupun kepadatan kota, membuat warga maupun
pendatang di Jakarta perlu moda transportasi dan tempat tinggal layak huni
untuk menghindari kemacetan.
Untuk banyak pemerintah di dunia, transportasi, hunian,
dan investasi menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan perkotaan.
Masyarakat urban perlu fasilitas untuk beragam aktivitas, seperti akses cepat
ke tempat kerja, ruang huni nyaman dan bebas macet, atau tempat tinggal
(pemukiman) layak dan nyaman. Terpenting lagi urusan transportasi yang cepat,
lancar, serta nyaman untuk tiba di tempat kerja masing-masing.
Kemacetan di kota besar membuat orang memilih untuk tinggal di dekat sarana transportasi [Foto: Dok https://yourstory.com/] |
Untuk pemerintah sendiri, khususnya DKI Jakarta, urusan
transportasi publik jadi hal yang sangat mendesak untuk segera diselesaikan,
mengingat dampak yang dibawa serta menyangkut banyak aspek kehidupan warganya.
Transportasi yang jelek menyebabkan munculnya banyak keluhan untuk ibukota Jakarta
ini. Hal ini dapat pula memberi efek negatif terhadap iklim investasi.
Saat ini, iklim investasi di kategori strata title
menjadi incaran. Salah salah satunya
adalah Prajawangsa City Apartement sebagai proyek eksklusif dari PT Synthesis
Development. Tentang Prajawangsa City ini, pada Sabtu (10/03/2018), bertempat
di Main Atrium Mall @Bassura, Jalan Basuki Rahmat No. 1A, Jakarta Timur, saya
dan beberapa rekan blogger berkesempatan untuk ikut bincang siang tentang Aksesibiitas Transportasi &
Investasi Properti sebagai Keunggulan Hunian.
Hadir di tengah-tengah Bincang tersebut narasumber, Ahmad
Gozali (Pakar Keuangan dan Investasi,) Yoga Adiwinarto (Country Director ITDP, Institute
for Transportation and Development Policy), dan Asnedi (Property Consultant
Synthesis Development. Dipandu oleh MC kocak,Jhody.
Dalam keterangannya, Mas Yoga mengatakan, “ Angkutan
massal mesti dekat dengan hunian. Selanjutnya, aksesnya juga memberi kemudahan
untuk hunian. Jika aksesnya sulit, tentunya orang tidak akan mau menjangkau
hunian.”
Sebagaimana kita kita
ketahui, banyak orang-orang
bilang bahwa di Jakarta ini trotoar tidak ada. Trotoar dibuat bagus, akses
orang untuk melaluinya berkurang. Menurut Yoga, lebih dari 40% orang PNS di
Jakarta mengalami obesitas. Jadi, kita memang masih kurang dalam hal jalan. Panjang
jalan yang ada hanya 6.900 tapi untuk trotoarnya masih 510 m, kurang dari
10%-nya. Makanya, sedikit-sedikit orang lebih memilih naik kendaraan online
atau taksi. Yoga sendiri sempat melakukan survei dengan salah satu aplikasi, mulai dari
berjalan kaki dan naik bus untuk tahu
panjang jalan.
Mestilah ya setiap pengembangan hunian mengacu pada hal
ini, shifting the car-oriented to people-oriented city. Ini menjadi satu
keharusan, agar calon penghuni di satu hunian dapat dengan mudah mencapai
aksesibilitas transportasi. Adanya prioritas bagi pesepeda, pejalan kaki, dan
akses angkutan umum. Dengan begitu, orang-orang yang akan tinggal di hunian
tersebut merasa nyaman. Shared mobility yang cukup mudah dan membuat nyaman
akan jadi pilihan. Begitu pula hunian yang dikembangkan dengan sistem TOD
(Transit Oriented Development).
Menurut Yoga, prinsip
yang mesti dibentuk dalam pembangunan satu kota yang menunjang equitable itu mesti ada
keterhubungan (connect), compact (terpadu), densify (kepadatan), transit
(lintasan/pengangkutan), mix (campuran), shift (pergantian), cycle (putaran),
dan walk (jalan). Konsep TOD inilah yang dikembangkan Prajawangsa City untuk
memenuhi keinginan penghuni agar nyaman.
Pun kalau saya pribadi, tentunya memilih hunian dengan
tingkat kemudahan akses menjadi prioritas. Karena itu, hunian yang dekat dengan
angkutan umum sudah tentu menjadi andalan dan sangat dicari. Prajawangsa City
pun demikian halnya. Akses angkutan umum yang mudah inilah yang bakal dicari
orang. Nah, seperti yang diutarakan Yoga, bahwa 52% (6,7 juta) warga Jakarta
ternyata tinggal di area radius 1 Km dari stasiun Transjakarta.
Artinya,
orang-orang memang memilih hunian yang dekat dengan akses transportasi.
Hal ini untuk menyingkat waktu perjalanan dan kenyamanan tentunya. Prajawangsa
City memberikan hunian yang dekat dengan akses transportasi. Menciptakan hunian
yang ramah untuk penghuninya (baca manusia). Ukuran blok yang dibuat tak
terlalu besar dan sudah disesuaikan, memberikan ruang untuk pejalan kaki secara kontinu, jalur sepeda dan
tempat parkir sepeda, menerapkan hunian yang mixed use/mixed income, akses
untuk masuk mobil ada tetapi terbatas, dan mengurangi lahan parkir.
Nah, melihat apa yang terjadi saat ini, trotoar di
Jakarta hanya 7,8% dengan panjang 540 kilometer (untuk DKI Jakarta di 2015).
Parahnya lagi, dengan keadaan seperti ini, setiap enam hari 1 orang pejalan
kaki tewas di Jakarta sedangkan langkah per hari rata-rata jumlah orang Indonesia hanya 3513. Sementara,
panjang jalan di DKI Jakarta pada 2015, hanya 6956 kilometer, kandungan
partikel polusi udara itu lebih dari 125 micron/meter kubik, dan penyandang
obesitas lebih dari 40% adalah PNS di Jakarta. Miris!
Kita tahu bahwa generasi muda sekarang yang dikenal
sebagai generasi milenial atau ‘Jaman Now’ punya populasi paling besar dan sangat produktif.
Mereka hadir di tengah-tengah dunia di atas tahun 1980-an hingga 1997 akrab
dengan nama millenial sebagai generasi yang pernah melewati milenium kedua sejak teori generasi
ini dihembuskan untuk pertama kalinya oleh Karl Mannheim seorang sosiolog pada
1923.
Ahmad Gozali mengemukakan, generasi muda sekarang ini
memang lebih terbuka tentang keuangan dibanding generasi sebelumnya. Akan
tetapi, mereka tidak paham mengenai investasi. Dan dipastian, 83% mereka tak
mampu membeli rumah. “Hanya 10% yang bisa menyisihkan penghasilannya untuk ditabung,
belum diinvestasi,” ucapnya.
Ahmad Gozali, selain sebagai perencana keuangan yang
dicari di Indonesia dengan jam terbang tinggi, berbicara tentang financial
planning, keuangan keluarga, investasi, asuransi, dan keuangan syariah. Dia
juga sebagai penulis buku ‘Habiskan Saja Gajimu”, “Magnet Rezeki,” lainnya.
Dalam paparannya, Gozali mengatakan bahwa generasi muda
sekarang sebagai milenial berbeda dengan generasi old (generasi zaman dulu). Kalau
generasi zaman dulu ada tiga hal yang dipikirkan, yaitu sandang, pangan, dan
papan. Sementara, generasi milenial (generasi zaman now), pertama yang mereka
cari adalah jaringan.
Setelah jaringan, berlanjut ke colokan. Ya, betapa mereka
lebih mengutamakan gaya hidup dengan uang yan pas-pasan. Selanjutnya sandang,
penampilan lebih dipentingkan. Pangan, nongkrong di kafe atau resto, lalu
upload foto bareng makanan dan selfie atau wefie.
Sementara papan, ada di bagian akhir. Milenials tak
begitu memikirkan kapan mereka punya rumah, kapan bisa berinvestasi. Mereka berpikir,
bisa tinggal bersama orang tua, mungkin
juga kos, atau ngontrak. Berpikir untuk berinvestasi itu masih jauh.
Mengapa millenials tidak mampu mendapatkan rumah? Bayangkan
saja, rata-rata kebanyakan mereka anak-anak SMA. Kalau pun bekerja, gaji yang
diterima untuk bisa menyicil rumah di Jakarta dengan harga 300 juta, setidaknya
Rp7,5 juta per bulan.
Ini dengan asumsi, gaji batas atas dikisaran angka
Rp12,10 juta atau batas bawah Rp3,8 4 juta. Diprediksi, hanya 17% generasi
millenials yang mampu membeli rumah di Jakarta seharaga 750 juta di tahun 2021,
sisanya 83% mencari di luar Jakarta.
Nah, saran untuk siapapun perlu melakukan tiga hal ini. Pertama,
punya aset likuid berupa tabungan, deposito, dan produk perbankan lainnya untuk
menjaga cadangan likuiditas dan kebutuhan transaksional. Kedua, bisnis dan
pasar modal. Modal bisnis sendiri atau bisnis orang lain melalui pasar modal
dalam betuk investasi saham dan reksadana. Ketiga, aset tetap. Investasi dalam
bentuk aset riil seperti properti dan emas.
Nah, kalau mau investasi di bidang properti, ada tiga hal
pula yag mesti dipahami dengan nama 3C in Property Investment. Pertama,
Cashflow, rata-rata nilai sewa 8%--11% dari harga properti. Kedua Capital Gain,
rata-rata harga naik 7,71% properti kelas bawah jabodetabek Banten. Ketiga
Collateral, nilai agunan properti 80% dari nilai pasar atau appraisal.
Bagaimana cara investasi
yang benar? Menurut Gozali, ada dua hal yang perlu diketahui, yaitu cara
KANAN/benar kelola uang: invest RIGHT
after you get your income. Dan cara KIRI (kere) kelola uang: Invest what LEFTfrom your income.
Nah, kini untuk berinvestasi millenials sangat dimudahkan
dengan kehadiran Prajawangsa City. Asnedi sebagai Property Investment Advisor
Synthesis Developmet, pakar ahli di bidang property selama 15 tahun dan investor properti
memberikan gambaran terhadap generasi millenials.
Untuk berinvestasi
mereka punya beberapa kendala, yaitu dari sisi pembayaran uang muka (down
payment), rumah atau apartemen (dihadapkan pada pilihan), legalitas (bagaimana
jika berinvestasi di properti/apartemen dengan kesahan dokumen), kebanyakan
referensi jadi bingung sendiri, dan persyaratan bank yang tidak memenuhi.
Menurut Asnedi, bila generasi millenials berinvestasi
sejak dini, justru mereka akan memetik keuntungan yang lebih besar. Millenials
sebagai usia produktif punya banyak waktu untuk belajar dan mengembangkan
investasinya.
Investasi yang mereka tanamkan sebagai penyelamat masa
depan mereka. ketika sudah tidak produktif lagi untuk bekerja dan menghasilkan
uang, investasi mumpuni menyelamatkan kondisi finansial seseorang.
Investasi yang mereka lakukan sebagai upaya untuk
mewujudkan impian jangka panjang. Ingin punya mobil da rumah sendiri, atau
menikah di venue yang diimpikan, semua akan terwujud ketika mereka punya
investasi di usia muda.
Investasi itu mendisiplinkan diri. Ketika mereka mulai
berinvestasi maka kebiasaan
menghamburkan uang untuk sekadar memenuhi keinginan gaya hidup mewah dan beli
barang tak berguna, mulai terkikis.
Memiliki kebebasan finansial tentu jadi cita-cita semua
orang. kebebasan finansial dapat didefinisikan sebagai fase tempat uang bekerja
untuk kita atau passive income. Kehadiran Prajawangsa City dapat memberikan
kemudahan millenials berinvestasi.
Prajawangsa City Apartement Superblock mix use yang modern cocok untuk investasi generasi millenials [Foto: Dok Pri] |
Prajawangsa City Apartement merupakan superblock mix use
development modern yang dibangun di atas lahan seluas 7 ha dengan 50% area hjau
untuk taman & jogging track. Berada di Cijantung yang dekat dengan kaum
urban tinggal dan bekerja.
Didukung pula dengan lokasi yang dekat CBD TB Simatupang,
hanya 15 ment.
Nah, Prajawangsa ini sebagai proyek apartemen eksklusif
terbaru dari PT Synthesis Development yang terdiri atas 8 tower dengan jumalh 4.169
unit apartemen 26 lantai per tower. Shopping tower mall seluar 35000 sqm, gree
& open space 3,5 ha, dan jogging track 1 km.
Tentunya Prajawangsa City Apartemen punya banyak
kelebihan dengan harga kompetiti di Timur Jakarta (di bawah market place),
pangsa meliputi ekspatriat juga lokal, fasilitas internal dan eksternal yang
lengkap meliputi apartemen, mall, ruko, dan RS. St. Carolus; ada fasilitas
pendidikan berupa Yayasan Sudirman, Slamet Riyadi Pangudi Luhur, dan lainnya; Fasilitas
kesehatan: RS. Pasar Rebi, RS. Harapan Bunda, dan RS. Bina Waluya; Kawasan
pabrk di Cijantung dan pusat perkantoran CBD TB Simatupang.
Terdapat shuttle bus ke Stasiun LRT Kampung Rambutan.
Yang paling dicari lagi dekat dengan Bandara Halim Perdana Kusumah (11 Km 30
menit), ke TMII hanya 13 menit berjarak 5.6 Km; 8,8 Km ke Stasiun Tanjung Barat
dengan waktu tempuh hanya 19 menit. 14 menit (6 Km) ke Terminal Kp. Rambutan,
dan 20 menit (6,1 Km) ke terminal Busway Pinang Ranti.
Nah, dengan 5 juta rupiah, selama promosi hingga akhir
Maret, bisa tinggal di Apartement Bassura Citu selama tiga tahun itu dibayarin
lho sama Prajawangsa City. #AsyiknyaDibayarin kan hari gini. Tiga tahun tinggal
di Bassura City bebas servis lagi.
Saya bilang sih ini worth it banget ya. 5 juta rupiah,
bisa dapat apartemen, terus kontrakan kita dibayarin selama tiga tahun, aduh
ini namanya kenikmatan hidup. Kalau saya tak perlu pikir panjang kali lebar,
hari ini juga sudah saya booking hanya 5 juta. Kesempatan kan tidak datang dua
kali yaa… makanya, begitu saya dapat kabar ini, langsung hari itu juga book, ga pake lama lagi urusannya.
Akhirnya,
investasi dapat, tempat tinggal pun diperoleh dan ga mikir biaya ini itu
lagi. Tiga tahun bisa kumpulin uang lagi buat yang lain-lain. Ayoo… kita jadi
tetanggaan di Prajawangsa City Apartement sebelum kehabisan.
4 comments:
aku tadinya ngga nyadar loh kalo aku ngandelin transport ke mana mana
padahal jalan kaki lebih sehat :(
shifting the car-oriented to people-oriented city. Ini menjadi satu keharusan, agar calon penghuni di satu hunian dapat dengan mudah mencapai aksesibilitas transportasi.
setuju banget ama point ini
Kalo tinggal di apartemen, twrus bisa menikmati transportasi publik yang aman nyaman itu impian saya tuh... Heheh
Kuy,,, beli mas jun buat invest cocok banget krn tempatnya strategis akses nya mudah jd bisa kemana2
Enaknya kalo punya hunian di apartemen, nunggu kumpulin duit dulu. Hihihi
Post a Comment