Bang Ahmad memberi contoh cara memegang canting dan menggores ke kain Foto: Dok. Pribadi |
Indonesia boleh bangga punya
banyak ragam budaya, suku, bahasa, juga seni tradisional yang sudah mendunia.
Kerajinan yang satu ini tak hanya menjadi magnet di negeri sendiri, tetapi
telah melanglang buana melintas benua.
Gaya rambut Bang Ahmad menjadi ciri khasnya Foto: Dok. Pribadi |
Dari kejauhan terlihat sosok pria berperawakan
tinggi sedang, berbaju kemeja merah dengan selendang batik terikat di leher, menggunakan
bawahan berkain batik pula. Tak kalah menariknya adalah rambutnya seperti
sengaja diberi warna keemasan. Mungkin menurut saya sebagai daya tarik atau ciri
ketika orang akan menjumpai dirinya.
Saya dan Ibu-Ibu Cantik belajar batik Foto: Dok. Pribadi |
Ya, hari ini, Minggu (18/09/2016) saya
diundang langsung oleh Muhammad Sartono, biasa disapa dan dikenal dengan
panggilan Bang Ahmad untuk sekadar makan siang di salah satu Kafe di bilangan
Kota Tua, Batavia Market tepatnya. Bang Ahmad
merupakan Duta Budaya DKI Jakarta yang sudah dilakoni sejak tahun 2000. Dirinya
sangat mencintai seni, sejarah, dan juga budaya Indonesia sejak di bangku SMA,
tepatnya di SMA 28 Jakarta pada 1982. Dirinya pun aktif dalam beragam kegiatan
Budaya di DKI Jakarta. Menjadi relawan Museum Tekstil sejak tahun 2011.
Batavia Market Cafe, Kota Tua, tempat kami belajar batik Foto: Dok. Pribadi |
Sejak tahun 2014, Abang Ahmad beroleh
sertifikat atau lisensi resmi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayan DKI Jakarta
untuk Kepemanduan sebagai Senior Guide. Tak heran, dirinya banyak didapuk untuk
menghela acara-acara yang berbau kebudayaan, tekstil, juga batik. Dirinya
sering membawa tamu-tamu dari luar negeri berkeliling daerah di Indonesia yang
ingin mengenal ragam budaya Indonesia, baik tekstil maupun batik.
Tak hanya Ibu, sang anak pun tertarik membatik Foto: Dok. Pribadi |
Selain sebagai pemandu senior, Bang Ahmad
berkegiatan membuka workshop membatik. Workshop membatik ditekuniya sejak tahun
2012. Kegiatan tersebut didukung dan difasilitasi penuh oleh Museum Bank
Mandiri danLWG DMO Kota Tua melalui bendera Sahabat Budaya Indonesia yang
didirikannya pada 5 Oktober 2010.
Batik cantik Ibu Lintang Foto: Dok. Pribadi |
Bicara batik, dirinya sangat fasih
menjelaskan. Mulai dari cara-cara membatik yang baik dan benar, hingga
jenis-jenis batik dari berbagai daerah. Pada kesempatan itu, saya datang tak
sekadar sebagai tamu undangan saja. Akan tetapi, saya diperkenankan ikut
membatik bersama ibu-ibu over sixty
lintas komunitas dalam keriangan dan penuh kehangatan. Sempat terekam dalam
ingatan saya saat bertanya kepada seorang Ibu Koordinator, Ibu Dannie, bahwa
ibu-ibu tersebut kumpulan dari beragam komunitas salah satunya Lintang (Lintas
Angkatan LPK Tarakanita).
Mereka tetap bersemangat membatik, usai bukan penghalang Foto: Dok. Pribadi |
Di sini, para Oma-oma diajarkan cara membatik
oleh Bang Ahmad. “Ibu-Ibu sekalian, untuk membatik diperlukan malam, canting,
dan kain. Nah, malam yang dimasukkan ke dalam canting dari wajan harus benar-benar
diperhatikan dan hangat. Canting sebelum digoreskan ke kain, di tes garis
terlebih dahulu di atas kertas agar malam keluar”, begitulah ucapan Bang Ahmad
yang sangat antusias kepada ibu-ibu yang ingin belajar batik.
Ketekunan, ketelitian, dan kesabaran hal itu yang diperlukan dalam membatik Foto: Dok. Pribadi |
Selanjutnya Bang Ahmad mempraktikan cara menggoreskan canting
yang berisi malam ke kain yang sudah dibentuk pola. Satu per satu ibu-ibu dan
saya mulai mengikuti petunjuk Bang Ahmad. Awalnya, semua menemui kesulitan
untuk menggoreskan canting ke atas kain yang sudah digambar. Ada beberapa yang
tremor saat menggoreskan di atas kain. Tetapi, tak sedikit pula yang berhasil.
Bahkan, ada pula malam dalam canting yang mbleber (Jawa = kececeran) di atas kain
yang sudah digores. Akan tetapi, Bang Ahmad dengan sigap memberikan semangat. “Jika
malam dalam canting kececeran, ibu-ibu tak perlu khawatir. Buat titik-titik
atau pola yang sama dengan tumpahan malam tadi”, jelas Bang Ahmad memberi
semangat.
Peralatan membatik Malam (berwarna cokelat kehitaman) dan canting untuk menggoreskan malam di atas kain Foto: Dok. Pribadi |
Semangat para ibu-ibu tak dapat dibendung.
Meski over sixty, tetapi indra penglihatan mereka masih tajam dan sangat fokus.
Rata-rata menghasilkan karya batik yang sangat indah dari hasil kriya tangan
sendiri.
Ya, tentunya siapa orang Indonesia yang tak kenal batik? Tak perlu dijawab pun orang
pasti bilang, tahu! Indonesia mematenkan batik menjadi hak milik negeri ini sudah diakui dunia sejak tahun 2009 oleh UNESCO. Saat itu, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dipegang
oleh Bapak Jero Wacik. Di bawah kepemimpinan dan perjuangan Jero Waciklah kebudayaan
Indonesia mendapat tempat dan diakui oleh dunia. Batik Indonesia sempat diklaim oleh negara tetangga yang “mengaku” sebagai warisan leluhurnya.
Asal Kata Batik
Tahukah kita dari mana asal
kata batik itu muncul? Batik bermula dari bahasa Jawa, yaitu amba yang berarti menulis dan titik, berupa titik-titik. Selanjutnya
terjadi pengucapan kata, seperti ambatitik-ambatik-mbatik-batik.
Tepat sekali, semula batik dibuat secara konvensional melalui tulisan tangan.
Dikenallah dengan nama batik tulis.
Nah, yang ibu-ibu kerjakan pada workshop Bang
Ahmad adalah batik tulis. Batik tulis, sebagaimana Bang Ahmad jelaskan, untuk
menyelesaikan kain yang panjangnya dua meter, perlu waktu satu bulan. Wajar
saja jika harga sehelai batik tulis dapat mencapai ratusan ribu bahkan jutaan
rupiah. Karena proses yang lama dan hasilnya sangat menakjubkan.
Di zaman kerajaan dulu batik memang sudah dikenal, terutama di zaman
kerajaan Majapahit. Anda dapat mengetahui jejak peninggalan batik tersebut di
sekitar Mojokerto dan Tulungagung. Di zaman kerajaan Majapahit, Mojokerto
diketahui sebagai ibu kota kerajaan. Sementara Tulungagung, dahulunya bernama
Bonorowo (sekitaran daerah tersebut di kelilingi oleh rawa) dipimpin oleh
Adipati Kalang.
Diceritakan dalam kisah kerajaan, dia tak mau tunduk terhadap Majapahit hingga tewas dibunuh. Mulai dari
situ, perajin batik dari Majapahit mengenalkan seni batik di Bonorowo yang
sekarang bernama Tulungagung.
Sebagai warisan budaya Indonesia yang sudah diakui di dunia internasional,
batik dapat dipakai dalam beragam kesempatan, baik formal maupun nonformal.
Lihat saja sekarang, di kantor-kantor, baik pemerintah maupun swasta menetapkan
di akhir pekan (Jumat) meminta pekerjanya memakai batik. Bisa saja hari Jumat
ditetapkan sebagai hari batik di seluruh kantor-kantor di Indonesia.
Tak hanya di kantoran, batik pun merambah dunia fesyen kita. Banyak
perancang busana ternama tanah air
memadupadankan rancangannya dengan bahan dasar batik. Kreativitas
tingkat tinggi itu perlu mendapat apresiasi. Proses pembuatan batik pun tak
dapat dianggap remeh.
Cara Membuat
Batik
Batik terbuat dari kapas yang dipintal menjadi benang-kain disebut kain mori. Zaman pun semakin berkembang,
tak hanya kain mori saja, tetapi merambah ke bahan lain seperti sutera,
poliester, rayon, dan bahan sintetis
lainnya.
Hasil coretan batik yang saya buat Foto: Dok. Pribadi |
Motif-motif batik dibuat dari cairan lilin memakai alat yang biasa disebut canting. Canting digunakan untuk membuat
motif halus, sedangkan alat lain semisal kuas dipakai untuk motif ukuran besar,
sehingga cairan lilin masuk dan bertahan lama di dalam kain.
Selanjutnya, kain yang sudah ditulisi atau dilukis dengan lilin tersebut di
celup ke dalam warna sesuai keinginan. Tentunya diawali dengan warna-warna
muda. Lantas, pencelupan yang lain digunakan untuk warna-warna yang lebih tua
atau mendekati gelap. Ada beberapa kali proses perwarnaan. Kain yang sudah
dibatik lalu dicelup ke dalam bahan kimia atau direbus untuk menanggalkan lilin yang masih melekat.
Trendi Batik
Sekarang, batik dapat dikolaborasi dengan beragam bahan. Mulai dari celana
bahan, jeans, rok, juga laggging. Lihat saja tren mode beberapa
bulan ke belakang. Desainer fesyen berlomba menciptakan kreativitas tingkat
tinggi untuk menghadirkan cita rasa batik dalam
nuansa balutan.
Batik-batik karya peserta workshop batik Bang Ahmad Foto: Dok Pribadi |
Proses penciptaan dari olahan tangan-tangan terampil itu muncul beragam
mode padupadan baju. Selain itu, dari tangan-tangan cekatan itu pula muncul
beragam hasil karya seni bernilai tinggi lainnya.
Jenis Batik
Ada begitu bayak jenis batik yang dikenal di masyarakat kita. Akan tetapi
dari teknik pembuatannya dapat terbagi menjadi:
Batik Tulis
Di batik jenis ini, tekstur dan corak batik dihias memakai tangan. Batik
tersebut dibuat perlu waktu 2 hingga 3 bulan lebih.
Batik Cap
Kain dihias berupa tekstur dan corak yang dibentuk menggunakan cap (cap
biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan tak selama batik tulis, hanya
butuh waktu 2 hingga 3 hari saja.
Batik Lukis
Proses pembuatan batik ini langsung melukis di
kain putih.
Mencuci Batik
Batik tak boleh dicuci sembarangan. Jika batik salah cuci, itu akan
menyebabkan warna batik menjadi pudar. Batik-batik yang bagus biasanya dicuci
menggunakan buah lerak yang dapat
diperoleh di pasar tradisional.
Sabun bubuk dalam bentuk botol juga dapat di peroleh di toko-toko batik.
Hindari menjemur batik langsung di bawah sinar matahari. Akan tetapi jemur di
tempat sejuk sembari diangin-anginkan.
Workshop membatik bersama Bang Ahmad dan
Ibu-Ibu lintas komunitas tak terasa sudah berakhir. Banyak hasil-hasil karya
batik Ibu-Ibu tersebut yang menakjubkan. Batik, juga ternyata mampu menguji kesabaran,
ketekunan, dan ketelitian seseorang.
Peserta foto bersama sesaat sebelum workshop batik Bang Ahmad berakhir Foto: Dok. Pribadi |
Semoga, salah satu warisan terbesar bangsa ini tak hanya sebatas warisan.
Tetapi, tetap terus dipertahankan hingga generasi mendatang.
1 comments:
Secara perlahan adat budaya lama mulai ditinggalkan para generasi muda, semoga tidak demikian untuk batik cantik ini. Amin...
Post a Comment