Di penghujung tahun 2016 ini, kabar mengejutkan
datang dari Fachri Albar dan Arifin
Putra. Hubungan pertemanan yang sudah mereka bangun bertahun-tahun kandas
begitu saja. Padahal diketahui, keduanya berteman sudah sangat lama dan satu
sama lain pun tahu lebih dan kurangnya. Masing-masing memegang kartu truf-nya.
The Professional Film. The first heist movie in Indonesia Foto: Dok. The Professional Official dalam Blogger Crony |
Bisnis yang telah dijalani oleh keduanya, memicu Arifin
Ilham seakan gelap mata. Arifin ingin
menguasai dan mengambil seluruh aset perusahaan yang dipunyai Fachri. Beragam
cara ditempuh Arifin. Hingga Fachri Albar diberitakan menggelapkan uang
perusahaan. Alhasil, Fachri dinanti bui.
Arifin dengan senangnya terbahak-bahak tanpa
melihat penderitaan orang lain yang notabene juga sahabatnya. Penjara memang
menjadi target Arifin untuk Fachri. Arifin
memang mampu membesarkan perusahaan yang dimilikinya hasil dari “rampokan”
perusahaan Fachri.
Arifin masih tak puas dengan besarnya perusahaan
yang dia kelola. Berbagai perusahaan lain pun datang ke tempatnya untuk menanam
saham dan juga berbagi (sharing profit). Beberapa perusahaan tergiur dan masuk.
Otak bisnis Arifin terus berputar bagaimana perusahaannya terus bertambah besar
dan maju.
Akan tetapi, dia tak sadar bahwa Fachri Albar tak
berapa lama dalam penjara keluar. Fachri
bukan tipe orang yang tinggal diam dan bertopang daku. Teman dan sekaligus
sahabatnya itu telah menghancurkan
kehidupannya. Rumah tangga Fachri pun tercerai berai.
Fachri tak tinggal
diam. Dia memutar otak untuk mengambil kembali aset-aset perusahaannya
yang telah dirampok Arifin. Selepas dari penjara itulah Fachri mengumpulkan
teman-teman yang masih mendukungnya dan dapat dimintai tolong, yaitu Lukman
Sardi, Cornelio Sunny, Melayu Nicole Hall, dan Richard Kyle.
Lukman Sardi sebagai seorang arsitek yang dulunya
pernah membantu Arifin Ilham membangun gedung perusahaan milik Arifin bernama
Trimitra. Lukman memahami beberapa area penting dalam gedung tersebut. Cornelia
Sunny, seorang yang ahli dalam bidang IT dan coding begitu pula Melayu Nicole
Hall. Sementara Richard Kyle jago dalam electrical dan jaringan.
Melalui koordinasi Fachri, mereka berlima mulai
merencanakan aksi untuk mengambil kembali aset-aset perusahaan Fachri yang dirampok oleh Arifin.
Perencanaan yang matang dan benar-benar
tersusun sistematis membuat Fachri dan teman-teman mudah berkoordinasi dan melakukan pekerjaan yang diinginkan Fachri.
Bagian-bagian gedung yang dianggap penting Richard
pasangi dengan CCTV (kamera pengintai). Aliran listrik telah dikoneksikan
dengan sistem laptop Cornelio. Lukman memberitahukan seluruh posisi-posisi
penting gedung, termasuk ruang kerja Arifin.
Sementara Melayu Nicole Hall membantu Cornelio
Sunny. Aksi balas dendam Fachri dan teman-temannya ke Arifin tak
tanggung-tanggung. Hampir seluruh sistem keamanan kantor Trimitra Arifin
dikuasai Fachri. Hingga satu ketika, Melayu ditugaskan untuk mengorek
keterangan dari Dani, salah satu staf IT yang dipercaya Arifin di kantornya
untuk tahu bagaimana sistem security di Trimitra.
Dalam keadaan mabok Dani menceritakan hampir
seluruh sistem keamanan di kantor tersebut. Hingga akhirnya, hal yang paling
dirahasiakan, yaitu dongle (kode) akses untuk
mendapatkan file-file berharga
transaksi jadi masalah untuk Fachri. Karena, Dani bicara kepada Melayu Nicole
bahwa untuk itu diperlukan akses sidik jari dari Arifin sendiri.
Teman-teman Fachri saling menyalahkan dan sempat
terjadi keributan di antara mereka. Karena Melayu yang ditugasi untuk mengorek
keterangan dari Dani, tidak berhasil sempurna. Cornelio pun berang, dia bilang,
“Kalau aku yang ditugasi untuk mengorek keterangan dai Dani, pasti berhasil,
karena aku tahu banget dengan Dani dan
aku teman dekatnya”.
Dalam situasi yang panas antar mereka, Fachri pergi
sejenak, dan tak dinyana, dia menelepon Arifin. Diterimalah Fachri oleh Arifin
dikantornya. Fachri yang perokok mencoba untuk merokok di ruangan Arifin. Agak
marah Arifin melarang Fachri. Akhirnya matches Facri diambil paksa Arifin dan
dibuang. Dengan menahan amarah, Arifin minta Fachri untuk keluar dari
ruangannya.
Trik Fachri untuk mendapatkan sidik jari Arifin
berhasil melalui matches. Lukman dan Fachri mulai membuat finger print (sidik
jari) Arifin. Lukman, dengan menggunakan keahliannya mencoba bersimulasi
membuka brangkas alih-alih sebagai tempat penyimpanan dongle.
Aksi balas dendam benar-benar dimulai oleh Facri
dan teman-temannya. Mengetahui hal ini, Arifin seperti kelabakan dan meminta
seluruh sistem keamanan kantor lebih diketatkan. Tapi sayang, semua terlambat.
Akses penyimpanan dongle dengan sistem keamanan yang dibilang canggih di kantor
Arifin berhasil dibobol Fachri. Fachri pun mengambil seluruh akses dongle dan
memindahkan seluruh data ke laptopnya.
Dalam keadaan baku tembak, Imelda Therinne, meminta
kepala pasukan keamanan untuk kembali ke kantor dan mengamankan kondisi kantor.
Tetapi Arifin bersikukuh agar kepala keamanan tetap menjalankan tugasnya
mengejar teman-teman Fachri. Sayang seribu kali sayang, Imelda Therinne,
berbalik arah justru membela Fachri.
Tamatlah sudah riwayat perusahaan Trimitra milik
Arifin Putra. Fachri berhasil membalaskan dendam dan sakit hatinya kepada
Arifin karena Arifinlah yang telah menghancurkan hidup dan perusahaannya.
Ya, kisah ini hanya terjadi di film The
Professional. Salah satu karya film Heist Movie pertama di Indonesia besutan
sutradara Affandi Abdul Rachman dari MNC Pictures. Bintang-bintang yang sudah
tidak asing lagi di penikmat film Indonesia, seperti Fachri Albar (Abiyyasa), Arifin
Putra (Reza), Lukman Sardi (Cokro), Richard Kyle (Joe), Cornelio Sunny (Ferry),
Melayu Nicole Hall (Sophie), dan Imelda Therrine (Nicole). Sementara itu
sebagai produser film adalah Toha Essa.
Inti film ini adalah balas dendam Fachri Albar
(Abi) kepada Arifin Putra (Reza) yang menjebloskannya ke penjara. Setelah masa tahanan Abi selesai, dia ingin menuntuk
Reza dan balas dendam pula agar merasakan apa yang pernah Abi rasakan. Mau
merasakan Heist Movie beda dari yang
lain? The Professional jawabannya.
The Professionals memberi
warna baru bagi genre film laga Indonesia, yaitu smart action. Film ini tidak hanya berkutat pada adegan baku tembak
tetapi juga menampilkan misteri.
“Film ini bukan dari Novel ataupun kisah nyata, film The
Professional murni fiksi dan benar-benar membuat kita exicted sebagai penonton. Dalam film ini akan
disajikan sebuah cerita yang ada misterinya, keseruan atau fun dalam cerita dan adanya smart action disatukan menjadi satu packaging yang menarik,” tutup Affandi.
1 comments:
Post a Comment