Hmm… jadi food blogger
itu memang enak, untuk saya lho yaa. Enaknya kenapa? Jadi, tahu banyak rasa dan
kenal beragam jenis masakan juga minuman. Lidah semakin terlatih untuk
membedakan mana yang benar-benar masakan atau minuman enak dan sangat enak, serta
mana yang biasa-biasa saja. Begitu pula
dengan indera penciuman. Hidung semakin tajam untuk membaui, baik yang berbau wangi
maupun yang tidak. Masakan dan minuman pun begitu.
Skill untuk mengetahui bahan-bahan dasar apa saja yang masuk ke dalam satu
masakan atau minuman semakin naik kelas. Memang semua perlu proses panjang,
tidak serta merta hadir begitu saja. Satu hal lagi yang perlu diingat sebagai
food blogger, bukan saja sebagai penikmat, akan tetapi bisa membuat, meski
sederhana.
Bagian depan OWL Cafe Foto: Dok. Pribadi |
Melihat dan sharing
dengan beberapa food blogger luar, mereka bekerja sendiri dan benar-benar
mandiri. Mereka tak sekadar tahu rasa, tetapi mengerti cara. Mereka juga tak
sekadar penikmat, tetapi juga bisa membuat. Keingintahuan mereka tinggi tapi tidak
sok tahu, mereka pun berbagi knowledge
seputar dunia kulinari dengan sesama penikmat, pecinta, dan pembuat. Hebat!
Bagian Kitchen yang terletak di depan Foto: Dok. Pribadi |
Bersyukur dan
Alhamdulillahnya saya, diciptakan lidah yang peka terhadap rasa. Menjadi taster untuk beberapa resto. Jadi, hal
ini semakin memantapkan saya untuk ajek
menandai rasa.
Namun, ada hal yang
membuat saya tidak enak ketika (((Food Blogger))) terserang flu. Bagaimana
tidak, “Nasi dimakan rasa sekam, air diminum rasa duri” (gak berlebihan kok
hehehe). Tak ada yang enak untuk dinikmati saat virus-virus flu itu menggagahi
tubuh dan hidung ini. Semua terasa hambar dan tak berniat untuk singgah barang
sebentar di pencecap. Ya, mau tidak mau harus saya nikmati dengan senang hati.
Ketika tiba di Owl
Café hari menjelang siang dan hampir
lewat jam makan. Langsung saja saya lihat
menu-menu utamanya, mata saya tertuju oleh salah satu hidangan yang menurut
saya bikin kenyang. Namanya sih, kalau tak biasa menyebut cukup belibet, Cheesy
Mushroom Baked Spaghetti.
Di menu ini ada dua bagian, bisa pesan dengan spaghetti atau nasi.
Semuanya di baked dan
disajikan dengan keju jamur yang penuh krim. Bayangkan saja, mozzarella yang
meleleh saat garpu saya menarik salah satu bagian spaghetti bersama jamur yang
penuh krim, itu benar-benar membuat saya terbuai.
Jamurnya matang sempurna
dan krimnya ringan dan tidak buat enek. Ada perpaduan rasa yang sulit saya
lupakan tatkala satu kesatuan campuran masuk ke dalam mulut saya aduk bersama
gigi geligi. Tarikan mozzarella tak dapat saya lupakan. Begitu pula
spaghettinya yang dimasak Aldente (sempurna). Harga satu porsi Rp65.000, worth
it-lah dengan porsinya yang lumayan besar. Kenyang deh!
Sebenarnya, sebelum
makan berat ini saya pesan makanan
cemilan terlebih dahulu. Apa yang saya pesan? Ya, Fried tofu with crunchy
seasoning, salty egg and served with
hoisin sause (Tahu kremes telur asin), nah itu yang pas deh! Ha ha
ha.Namanya panjang bener yaaa, patah sembilan lidah nyebutnya. Tapi singkatnya
ya itu tadi.
Fried Tofu with Crunchy Seasoning Salted Egg adn Served with Hoisin Sauce Foto: Dok. Pribadi |
Tahunya enak, gurih, dan
tidak asin. Sementara, telur asinnya yang dihancurkan juga tak berasa begitu
asin. Asinnya pas. Kremesannya juga garing. Pas-lah di lidah saya yang memang
penyuka asin dan pedas. Nah, saus hoisin-nya untuk menyeimbangkan rasa, jadi
ada rasa manis-gurih. Ludes tuh tahu hanya beberapa menit. Harganya gak nguras
kantong, hanya Rp27.000,-.
Ada yang kurang pas
untuk saya saat nongkrong di satu tempat yang notabenenya banyak varian teh.
Berhubung saya pecinta berat teh, ada salah satu teh yang saya pesan. Namanya Teh
Halia. Teh Halia ini perpaduan antara teh yang kalau saya perhatikan berupa teh
merah, susu, jahe, dan gula malaka.
Teh Halia Gula Malaka Foto: Dok. Pribadi |
Nah, ngomongin teh
merah, susu, dan jahe, mungkin sudah biasa. Tapi saya bertemu nama baru, “Gula
Malaka”. Saya perhatikan dengan saksama, teksturnya mirip gula merah yang
dicairkan (tapi dalam keadaan kental). Rasa gulanya juga manis, seperti gula
merah kebanyakan. Ada memang rasa gula merah ketika dipanaskan hasil akhirnya
terasa sedikit pahit.
Nah, beberapa sumber
yang saya telusuri mengenai gula Melaka atau gula Malaka ini menyebutkan, di Malaysia: gula kelapa (Coco sugar), gula melaka (Gula
Merah Kelapa/Coco sugar), gula enau/anau/anao/anaw. Jadi, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gula
jawa yang ada di Indonesia. Ya, beda tempat beda pula penyebutan, pada dasarnya
wujudnya sama. Tapi, tetap saja ya, di Indonesia disebutnya gula kelapa atau
gula nira. Hasil dari sodetan tangkai bunga kelapa (nira atau manggar).
Rasa memang tak pernah bohong. Ada rasa ada harga
(menurut saya sih). Teh Halia mampu memberikan kehangatan tubuh saya di tengah
udara dingin yang saat itu sedang turun hujan deras. Pas pula saya pesan Teh
Halia Gula Malaka hangat yang satu cup seharga Rp22.000,-. Kalau kalian ingin
yang dingin juga ada, satu cup hanya ditambah empat ribu rupiah saja.
Kalo nongkrong, untuk makan saya tidak begitu, tapi kalo minum iya. Ada minuman yang memang sudah biasa sih, Ice Lemon Lychee Tea. Ya, pengen pesan karena lucu tempatnya. Jadi ingat kalau praktikum kimia atau biologi ada namanya labu Erlenmeyer, mirip banget. Rasa tehnya sedikit berkurang karena ada lemon itu tadi.
Basah ketemu asam--inget pelajaran kimia lagi deh--jadi netral, hahah. Asam (jeruk lemon) bertemu basah (teh) memang akan mengubah rasa. Rasa asam, relatif dominan dibanding teh. Untuk menetralisir, saya coba makan buah lecinya. Kombinasi rasa yang pas, asam bertemu manis.
Kalo nongkrong, untuk makan saya tidak begitu, tapi kalo minum iya. Ada minuman yang memang sudah biasa sih, Ice Lemon Lychee Tea. Ya, pengen pesan karena lucu tempatnya. Jadi ingat kalau praktikum kimia atau biologi ada namanya labu Erlenmeyer, mirip banget. Rasa tehnya sedikit berkurang karena ada lemon itu tadi.
Ice Lemon Lychee Tea Foto: Dok. Pribadi |
Masih banyak menu dan minuman di OWL Café yang
belum saya coba. Next, saya akan datang lagi dengan sajian pesanan berbeda tentunya. Kalian mau coba OWL Café juga? Ada di
Upper Ground Gandaria City dengan logo biru gambar burung hantu. Tempatnya
asyik harga bersahabat. So, ga usah jauh-jauh mau makan enak tapi murah.
3 comments:
ish, kapan-kapan pengen ke owl cafe duduk di luar biar bisa lihat jalan
Ice lemon teanya menggoda banget ehehehe
Bener,ice lemon teanya menggoda banget. Dikombinasikan dwngan leci dan teh. Bikin goyang lidah...
Post a Comment