Lebaran sudah lama usai. Tapi,
sebelum lebaran berlalu, banyak rencana yang dituliskan, ingin pergi ke mana dengan siapa menginap di mana. Cerita
lebaran pun banyak bermunculan, baik dari diri sendiri, istri, suami, anak,
ponakan, atau saudara, dan tetangga.
Raisya Ningtyas Saat Best of The Best Student Competition di Bali Foto: Dok. Sasa |
Untuk saya sendiri, sebelum
lebaran 2017 ini, banyak hal sebagai pelajaran yang bisa dipetik. Dipetik sebagai
pembelajaran terbaik dalam hidup. Dipetik menjadi hikmah kehidupan yang perlu
dibagi-bagi kepada orang lain, tentunya berbagai kebaikan dengan memetik
pelajaran.
Meraih dua piala sekaligus nasional dan internasional di Kejuaraan SEMPOA, Bali 2017 Foto: Dok. Sasa |
Kejadian menyenangkan
maupun yang tidak datang silih berganti. Itu yang menjadi petikan pelajaran
berharga untuk menghargai kehidupan. Layaknya manusia, tercipta dari air yang
keluar melalui lubang kencing, mengenyahkan sikap dan sifat angkuh dan
teman-temannya sudah sepantasnya.
Penyerahan piala dan piagan juara Foto: Dok. Sasa |
Memang ya, sebenarnya di
dalam diri manusia itu, kalau kita mau kembali lagi berpikir, bahwa kita
diciptakan dari “tanah” yang maksudnya segala sesuatu yang tumbuh di atasnya di
makan. Kemudian, Allah SWT ciptakan kita dari sari pati makanan yang tumbuh di atas tanah itu. Jika mau mengkaji lebih dalam, tanah, posisinya di
bawah, kita sebagai manusia sudah seharusnya merunduk dan rendah hati, bukan
tinggi hati dengan segala yang dimiliki. Nyatanya, semua yang kita miliki tak
akan dibawa mati.
Saat mengikuti kejuaraan SEMPOA Internasional di Singapura, 2015 Foto: Dok. Sasa |
Bertitik tolak dari sini, semakin hari semakin sadar (terutama
untuk saya pribadi) bahwa, tak perlu bersombong ria. Mengingatkan kembali untuk
diri saya, bahwa Allah sangat membenci orang yang sombong. Sangat dibenci Allah
SWT pula orang miskin yang sombong.
Piala kemenangan kejuaraan nasional di Bali Foto: Dok. Sasa |
Hal-hal seperti inilah yang saya tanamkan pada beberapa keponakan
saya untuk tidak memandang orang sebelah mata dan semena-mena. Semua manusia
yang diciptakan Allah SWT itu sama. Sama-sama berasal dari air yang tak ada
harganya. Di hadapan Tuhan, semua tidak ada perbedaan. Akhirnya mereka merenung
dan belajar banyak. Salah satu keponakan saya memang mencerna lebih cepat. Kemungkinan
karena pola asuh dan faktor makanan. Dia menjadi salah satu inspiring kehidupan
teman-teman dan orang di sekelilingnya.
Wajah bahagia tatkala memenangkan kejuaraan Foto: Dok. Sasa |
Saya panggil dia Sasa. Nama panjangnya Raisa Ningtyas. Usianya
baru sebelas tahun lebih beberapa bulan. Perawakannya tinggi dan berkulit
bersih. Di usia empat tahun, dia sudah bisa membaca dan menulis. Bahkan, ketika
saya pulang ke rumah dan coba untuk meng-imla (dikte) dengan kalimat panjang,
dia sangat cepat menulis. Cerita punya cerita, ibunya pernah memasukkannya ke
salah satu sekolah untuk kenal huruf dan baca lebih dini, namanya Sekolah
Fonem.
Pemberian Piala dan piagan pemenang oleh pemilik SEMPOA Jambi Bapak Andi Foto: Dok. Sasa |
Dia dengan senang hati tanpa paksaan mau. Memang anaknya juga
tidak bosan untuk memulai dan cepat menangkap. Hanya dalam waktu 1,5 bulan
sudah mengenal huruf, membaca, dan menulis secara cepat. Kemampuan itu terus di
asah sesampai di rumah. Benar kata pepatah, “Pisau yang tumpul sekalipun, jika
terus diasah lama kelamaan akan tajam”. Begitu pula manusia, “Lancar kaji
karena diulang”.
Wisuda SEMPOA Foto: Dok. Sasa |
Di usia 5 tahun, ibunya coba memasukkannya ke Sekolah Dasar. Pada mulanya
tidak ada sekolah yang mau terima anak di usia segitu, apalagi notabenenya sekolah
negeri. Tetapi, pada akhirnya ada salah satu sekolah yang mau menerima dia
dengan persyaratan, siap untuk di tes. Tes baca dan menulis.
Siaplah ponakan saya itu dengan yang dipersyaratkan. Berhasil! Masuklah
SD di kelas satu. Sasa tanpa melalui Taman Kanak-Kanak. Di SD, pun entah dari
mana datangnya, soal hitung menghitung pun terbilang “jago”. Dia bisa
menyelesaikan soal-soal hitungan matematika yang untuk anak kelas satu SD
mungkin masih sangat rumit, tapi bagi dia boleh dibilang mudah.
Piala-piala kemenangan di tingkat daerah, provinsi dan antar-negara Foto: Dok. Sasa |
Untuk meningkatkan kemampuan hitung menghitung, ibunya memasukkan Sasa
ke salah satu Lembaga Kursus SEMPOA (Sistem Edukasi Mengoptimalkam Potensi Otak
Anak) di Jambi. Memang dasar otak anaknya moncer, ya baru belajar satu bulan
saja sudah sangat cepat berhitung.
Mulailah kepercayaan dirinya ditumbuhkan. Dari tempat Sasa kursus
Sempoa, dia mulai ikut lomba SEMPOA antar kelab kursus. Dari paling dasar dia
ikuti kejuaraan itu. Alhasil, menyabet juara. Saya lupa, juara berapa pastinya.
Saat itu levelnya memang masih foundation. Akan tetapi, anaknya memang penuh
semangat dan pantang menyerah. Ketika saya pulang ke Jambi, saya sempat menguji
kemampuan berhitung cepat dengan metode SEMPOA itu. Tercengang dan kagum saya
dibuatnya. Dalam hitungan detik dia langsung menjawab. Jawaban yang dia berikan
pun tepat dan benar. Saya saja masih ngecek dengan kalkulator.
Biji-biji SEMPOA Foto: Dok. Sasa |
Setiap kejuaraan pun dia ikuti, semata-mata itu untuk menguji
mentalitas dan kemampuannya dalam berhitung, baik menggunakan biji SEMPOA,
maupun jari jemarinya, dan angka-angka yang dibayangkannya. Hari demi hari pun
kemajuannya semakin pesat. Kejuaraan-kejuaraan tingkat daerah dan antar provinsi
pun diikuti. Hasilnya, memang membanggakan, baik di tempat kelab kursusnya
maupun diri dan orang tuanya.
Perkembangan pesat caranya menghitung pun sangat terasa. Hingga
kejuaraan internasional SEMPOA di Singapura dari beberapa negara pun diikuti. Lagi-lagi
dengan hasil juara. Meski begitu, kesehariannya layaknya anak biasa-biasa saja.
Memang, jarang main di luar rumah. Hari-harinya diisi dengan beragam kursus,
mulai dari SEMPOA, bahasa Inggris, juga musik. Kursus musik yang diambilnya pun
tak main-main, pilihannya jatuh pada Gitar Klasik. Waduuh… saya sendiri saja
ngebayangin gitar klasik sudah mumet sendiri. Lha ini, anak sebelas tahun
dengan segudang talenta, bisa!
Nah, baru-baru ini, dalam kejuaraan nasional dan internasioan
SEMPOA di Bali pun kembali diikutinya. Perhelatan tahunan SEMPOA ini menjadi
salah satu ajang bergengsi dari masing-masing provinsi/negara yang mewakili
tempat kelab atau kursus mereka untuk menujukkan pada dunia bahwa “Merekalah
yang terbaik”. Ya, tak tanggung-tanggung, Sasa mengikuti dua kejuaraan
sekaligus nasional dan internasional. Nasional, dia mengambil level
intermediate, sementara untuk internasionalnya dia masuk ke dalam kategori dewasa
karena berdasarkan kelompok umur 11-17 tahun.
Menunggu hasil kejuaraan merupakan pekerjaan yang membuat jantung
ikut berolahraga (sport jantung). Betapa tidak, saya sempat bertanya ke Sasa, “Bagaimana
soal yang diberikan di tingkat nasiona, Sa?” Dia jawab, “Susah, Om, dan Sasa
sedikit dapat mengerjakan soalnya”.
Tetapi, saya meyakinkan dia bahwa dia bakal mendapatkan kembali piala
juara itu. Ketika saya tanya untuk soal internasional dia justru bilang, bisa
dikerjakan semua. Dan lagi-lagi saya hanya meyakinkan bahwa dua piala bakal
dibawa pulang.
Agh benar dugaan saya, untuk kejuaraan SEMPOA di Bali baru-baru ini
(8 Juli 2017), tingkat na sionalnya, Sasa mendapatkan 1st runner up,
sementara untuk internasionalnya Sasa memperoleh 3rd runner up. Yah,
artinya dia mampu mengalahkan diri sendiri, kepercayaan dirinya tumbuh semakin
besar, dan mampu mengatasi setiap kesulitan. Lebaran dan setelah lebaran memang
punya Sasa. Juara tak salah orang!
Sasa, teruslah bermain sambil belajar. Perjalananmu masih panjang. Bahagiamu bahagia kita semua. Sasa, bahagiakanlah orang-orang di sekitar dengan caramu. Tentunya, cara yang baik dan benar. Selamat juga, lulus di Sekolah Menengah Pertama favorit yang diidam-idamkan, SMP Negeri 7 Jambi. Semangat!!
3 comments:
Selamat untuk Sasa. Semoga terus berprestasi
Prestasi membanggakan yang diraih gak tanggung2 :)
Waah, banyak banget pialanya Sasa, speechless deh dengan prestasi Sasa ini,semoga sukses selalu ya Nak!
Halo, kunjungan pertama, salam kenal, tulisan tentang Sasa ini begitu menginspirasi, semoga jejak Sasa bisa diikutin dan menjadi penyemangat bagi teman-temannya ya.
Post a Comment