Thursday, July 13, 2017

Anugrah Lebaran Punya Sasa

Lebaran sudah lama usai. Tapi, sebelum lebaran berlalu, banyak rencana yang dituliskan, ingin  pergi ke mana dengan siapa menginap di mana. Cerita lebaran pun banyak bermunculan, baik dari diri sendiri, istri, suami, anak, ponakan, atau saudara, dan tetangga.

Raisya Ningtyas
Saat Best of The Best Student Competition di Bali
Foto: Dok. Sasa
Untuk saya sendiri, sebelum lebaran 2017 ini, banyak hal sebagai pelajaran yang bisa dipetik. Dipetik sebagai pembelajaran terbaik dalam hidup. Dipetik menjadi hikmah kehidupan yang perlu dibagi-bagi kepada orang lain, tentunya berbagai kebaikan dengan memetik pelajaran.


Meraih dua piala sekaligus nasional dan internasional
di Kejuaraan SEMPOA, Bali 2017
Foto: Dok. Sasa
Kejadian menyenangkan maupun yang tidak datang silih berganti. Itu yang menjadi petikan pelajaran berharga untuk menghargai kehidupan. Layaknya manusia, tercipta dari air yang keluar melalui lubang kencing, mengenyahkan sikap dan sifat angkuh dan teman-temannya sudah sepantasnya.

Penyerahan piala dan piagan juara
Foto: Dok. Sasa
Memang ya, sebenarnya di dalam diri manusia itu, kalau kita mau kembali lagi berpikir, bahwa kita diciptakan dari “tanah” yang maksudnya segala sesuatu yang tumbuh di atasnya di makan. Kemudian, Allah SWT ciptakan kita dari sari pati makanan yang tumbuh di atas tanah itu. Jika mau mengkaji lebih dalam, tanah, posisinya di bawah, kita sebagai manusia sudah seharusnya merunduk dan rendah hati, bukan tinggi hati dengan segala yang dimiliki. Nyatanya, semua yang kita miliki tak akan dibawa mati.

Saat mengikuti kejuaraan SEMPOA Internasional di Singapura, 2015
Foto: Dok. Sasa
Bertitik tolak dari sini, semakin hari semakin sadar (terutama untuk saya pribadi) bahwa, tak perlu bersombong ria. Mengingatkan kembali untuk diri saya, bahwa Allah sangat membenci orang yang sombong. Sangat dibenci Allah SWT pula orang miskin yang sombong.

Piala kemenangan kejuaraan nasional di Bali
Foto: Dok. Sasa
Hal-hal seperti inilah yang saya tanamkan pada beberapa keponakan saya untuk tidak memandang orang sebelah mata dan semena-mena. Semua manusia yang diciptakan Allah SWT itu sama. Sama-sama berasal dari air yang tak ada harganya. Di hadapan Tuhan, semua tidak ada perbedaan. Akhirnya mereka merenung dan belajar banyak. Salah satu keponakan saya memang mencerna lebih cepat. Kemungkinan karena pola asuh dan faktor makanan. Dia menjadi salah satu inspiring kehidupan teman-teman dan orang di sekelilingnya.

Wajah bahagia tatkala memenangkan kejuaraan
Foto: Dok. Sasa
Saya panggil dia Sasa. Nama panjangnya Raisa Ningtyas. Usianya baru sebelas tahun lebih beberapa bulan. Perawakannya tinggi dan berkulit bersih. Di usia empat tahun, dia sudah bisa membaca dan menulis. Bahkan, ketika saya pulang ke rumah dan coba untuk meng-imla (dikte) dengan kalimat panjang, dia sangat cepat menulis. Cerita punya cerita, ibunya pernah memasukkannya ke salah satu sekolah untuk kenal huruf dan baca lebih dini, namanya Sekolah Fonem.


Pemberian Piala dan piagan pemenang oleh pemilik SEMPOA Jambi Bapak Andi
Foto: Dok. Sasa
Dia dengan senang hati tanpa paksaan mau. Memang anaknya juga tidak bosan untuk memulai dan cepat menangkap. Hanya dalam waktu 1,5 bulan sudah mengenal huruf, membaca, dan menulis secara cepat. Kemampuan itu terus di asah sesampai di rumah. Benar kata pepatah, “Pisau yang tumpul sekalipun, jika terus diasah lama kelamaan akan tajam”. Begitu pula manusia, “Lancar kaji karena diulang”.

Wisuda SEMPOA
Foto: Dok. Sasa
Di usia 5 tahun, ibunya coba memasukkannya ke Sekolah Dasar. Pada mulanya tidak ada sekolah yang mau terima anak di usia segitu, apalagi notabenenya sekolah negeri. Tetapi, pada akhirnya ada salah satu sekolah yang mau menerima dia dengan persyaratan, siap untuk di tes. Tes baca dan menulis.

Siaplah ponakan saya itu dengan yang dipersyaratkan. Berhasil! Masuklah SD di kelas satu. Sasa tanpa melalui Taman Kanak-Kanak. Di SD, pun entah dari mana datangnya, soal hitung menghitung pun terbilang “jago”. Dia bisa menyelesaikan soal-soal hitungan matematika yang untuk anak kelas satu SD mungkin masih sangat rumit, tapi bagi dia boleh dibilang mudah.


Piala-piala kemenangan di tingkat daerah, provinsi dan antar-negara
Foto: Dok. Sasa
Untuk meningkatkan kemampuan hitung menghitung, ibunya memasukkan Sasa ke salah satu Lembaga Kursus SEMPOA (Sistem Edukasi Mengoptimalkam Potensi Otak Anak) di Jambi. Memang dasar otak anaknya moncer, ya baru belajar satu bulan saja sudah sangat cepat berhitung.


Mulailah kepercayaan dirinya ditumbuhkan. Dari tempat Sasa kursus Sempoa, dia mulai ikut lomba SEMPOA antar kelab kursus. Dari paling dasar dia ikuti kejuaraan itu. Alhasil, menyabet juara. Saya lupa, juara berapa pastinya. Saat itu levelnya memang masih foundation. Akan tetapi, anaknya memang penuh semangat dan pantang menyerah. Ketika saya pulang ke Jambi, saya sempat menguji kemampuan berhitung cepat dengan metode SEMPOA itu. Tercengang dan kagum saya dibuatnya. Dalam hitungan detik dia langsung menjawab. Jawaban yang dia berikan pun tepat dan benar. Saya saja masih ngecek dengan kalkulator.

Biji-biji SEMPOA
Foto: Dok. Sasa
Setiap kejuaraan pun dia ikuti, semata-mata itu untuk menguji mentalitas dan kemampuannya dalam berhitung, baik menggunakan biji SEMPOA, maupun jari jemarinya, dan angka-angka yang dibayangkannya. Hari demi hari pun kemajuannya semakin pesat. Kejuaraan-kejuaraan tingkat daerah dan antar provinsi pun diikuti. Hasilnya, memang membanggakan, baik di tempat kelab kursusnya maupun diri dan orang tuanya.

Perkembangan pesat caranya menghitung pun sangat terasa. Hingga kejuaraan internasional SEMPOA di Singapura dari beberapa negara pun diikuti. Lagi-lagi dengan hasil juara. Meski begitu, kesehariannya layaknya anak biasa-biasa saja. Memang, jarang main di luar rumah. Hari-harinya diisi dengan beragam kursus, mulai dari SEMPOA, bahasa Inggris, juga musik. Kursus musik yang diambilnya pun tak main-main, pilihannya jatuh pada Gitar Klasik. Waduuh… saya sendiri saja ngebayangin gitar klasik sudah mumet sendiri. Lha ini, anak sebelas tahun dengan segudang talenta, bisa!

Nah, baru-baru ini, dalam kejuaraan nasional dan internasioan SEMPOA di Bali pun kembali diikutinya. Perhelatan tahunan SEMPOA ini menjadi salah satu ajang bergengsi dari masing-masing provinsi/negara yang mewakili tempat kelab atau kursus mereka untuk menujukkan pada dunia bahwa “Merekalah yang terbaik”. Ya, tak tanggung-tanggung, Sasa mengikuti dua kejuaraan sekaligus nasional dan internasional. Nasional, dia mengambil level intermediate, sementara untuk internasionalnya dia masuk ke dalam kategori dewasa karena berdasarkan kelompok umur 11-17 tahun.

Menunggu hasil kejuaraan merupakan pekerjaan yang membuat jantung ikut berolahraga (sport jantung). Betapa tidak, saya sempat bertanya ke Sasa, “Bagaimana soal yang diberikan di tingkat nasiona, Sa?” Dia jawab, “Susah, Om, dan Sasa sedikit dapat mengerjakan soalnya”.  Tetapi, saya meyakinkan dia bahwa dia bakal mendapatkan kembali piala juara itu. Ketika saya tanya untuk soal internasional dia justru bilang, bisa dikerjakan semua. Dan lagi-lagi saya hanya meyakinkan bahwa dua piala bakal dibawa pulang.

Agh benar dugaan saya, untuk kejuaraan SEMPOA di Bali baru-baru ini (8 Juli 2017), tingkat na sionalnya, Sasa mendapatkan 1st runner up, sementara untuk internasionalnya Sasa memperoleh 3rd runner up. Yah, artinya dia mampu mengalahkan diri sendiri, kepercayaan dirinya tumbuh semakin besar, dan mampu mengatasi setiap kesulitan. Lebaran dan setelah lebaran memang punya Sasa. Juara tak salah orang!  

Sasa, teruslah bermain  sambil belajar. Perjalananmu masih panjang. Bahagiamu bahagia kita semua. Sasa, bahagiakanlah orang-orang di sekitar dengan caramu. Tentunya, cara yang baik dan benar. Selamat juga, lulus di Sekolah Menengah Pertama favorit yang diidam-idamkan, SMP Negeri 7 Jambi. Semangat!!

3 comments:

Jalan-Jalan KeNai said...

Selamat untuk Sasa. Semoga terus berprestasi

Ani Berta said...

Prestasi membanggakan yang diraih gak tanggung2 :)

nchie hanie said...

Waah, banyak banget pialanya Sasa, speechless deh dengan prestasi Sasa ini,semoga sukses selalu ya Nak!

Halo, kunjungan pertama, salam kenal, tulisan tentang Sasa ini begitu menginspirasi, semoga jejak Sasa bisa diikutin dan menjadi penyemangat bagi teman-temannya ya.