Jelajah Gizi Semarang 2018: Rumah Makan Semarang, berdiri sejak 1991 mengedepankan cita rasa dan bahan pangan lokal yang dimiliki Pak Jongkie Tio [Foto: Dok Pri] |
Semarang, selalu indah untuk dikenang. Bagaimana tidak, Semarang menjadi
salah satu destinasi wisata di Indonesia yang banyak dikunjungi, baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun
wisatawan nusantara (wisnus).
Kota ini oleh Nutricia Sarihusada (Nutrisi untuk Bangsa) dipilih menjadi
kota tujuan Jelajah Gizi tahun 2018 karena keragaman kulinernya. Kuliner
Semarang, tentunya tidak ada di tempat lain. Dengan cita rasanya yang khas,
mampu membius siapa saja yang singgah untuk kembali lagi mencicipi rasa yang
pernah ditinggalkan.
Selama tiga hari dua malam, tepatnya pada Jumat, Sabtu, dan Minggu (20-22
April 2018), saya dan beberapa rekan blogger serta media massa terpilih
mengikuti #JelajahGiziSemarang untuk tahun 2018 ini.
Ada begitu banyak terdapat kekayaan ragam kuliner Semarang yang bernilai
gizi tinggi. Kuliner tersebut pun sangat baik untuk balita, anak-anak, ibu
hamil, juga ibu menyusui. Dimungkinkan
lagi, dengan keadaan, kondisi, dan kecukupan gizi warga Semarang, khususnya
balita, anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui relatif lebih baik dibanding daerah-daerah lainnya.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Suasana saat peserta Jelajah Gizi Semarang 2018 tiba di Rumah Makan Semarang [Foto: Dok Nutrisi Bangsa] |
Berikut kisah perjalanan Jelajah Gizi bersama Nutricia Sarihusada dengan
beberapa rekan blogger dan media di Kota Semarang, sesaat tiba di Rumah Makan Semarang. Apa yang saya dan rekan-rekan Jelajah Gizi Semarang 2018 peroleh.
Lontong Cap Go Meh
Perjalanan saya dan penjelajah gizi lainnya dimulai saat kaki pertama kali
menginjak Rumah Makan Semarang milik Pak Jongkie. Rumah Makan Semarang ini
menyajikan ragam kuliner yang mengedepankan pangan lokal berkelanjutan dengan
ciri khasnya. Berdiri sejak 1991, menjadikan Rumah Makan Semarang sebagai salah
satu destinasi kuliner paling dicari.
Dengan ciri khas yang dimiliki, Pak
Jongkie berhasil menghadirkan Lontong Cap Go Meh dengan 13 belas macam isian.
Antara lain terdiri atas, sayur tumis buncis, tahu, irisan telur, sayur rebung,
kuah santan gurih, lontong daun, bubuk kedelai, kelapa yang digiling halus
berasa manis (abeng), kelapa parut
kasar yang disangrai (gocang), irisan
sambal cabe merah besar, sayur labu siam (jipang), sayur kacang panjang, dan
beberapa bahan lainnya hingga mencukupi 13 jenis.
Pak Jongkie mengatakan, “Disebut Lontong Cap Go Meh, jika dari 13 bahan
bahan yang ada, tiga diantaranya ada, sudah dapat disebut Lontong Cap Go Meh. Tiga
bahan tersebut adalah bubuk kedelai, kelapa yang digiling halus (abeng), dan
kelapa parut yang disangrai (gocang). Cara makannya, dengan mencampur atau
mengaduk seluruh bahan, lalu dimakan.”
Lontong Cap Go Meh menjadi salah satu makanan andalan di kota Semarang yang
banyak dicari orang. Warisan campuran kuliner peranakan China dan Jawa ini
telah berakulturasi menjadi satu kesatuan, sehingga menjadi salah satu makanan
dengan olahan bahan pangan lokal berkelanjutan yang perlu diapresiasi dan
dipertahankan.
Lontong Cap Go Meh, biasanya dimakan oleh keluarga Tionghoa yang ada di
Indonesia ketika tiba perayaan Cap Go Meh, yaitu 14 hari setelah perayaan Imlek
atau lebih tepatnya hari ke-15 bulan satu dalam penanggalan Imlek. Akan tetapi,
hidangan ini kini dapat disajikan kapan saja tak hanya ketika Cap Go Meh tiba.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Saya sempatkan foto bersama pemilik Rumah Makan Semarang, Pak Jongkie Tio dengan tutur kata yang sangat halus, lembut, dan penuh sopan santun tinggi [Foto: Dok Pri] |
Bagaimana kandungan nutrisi yang ada di dalam Lontong Cap Go Meh ini?
Lontong Cap Go Meh tak jauh beda dengan lontong sayur kebanyakan. Ada sekitar
389 kalori yang terkandung di dalamnya, 10,68 g lemak, 57,33 karbohidrat, dan
14,55 g protein, dengan rincian 25% lemak, 60% karbohidrat, dan 15% protein.
Jadi, satu porsi Lontong Cap Go Meh cukup mengenyangkan dan sangat bernutrisi.
Nasi Langgi
Selain Lontong Cap Go Meh, RM
Semarang Pak Jongkie juga menghadirkan Nasi Langgi. Nasi Langgi ini terdiri atas nasi putih gurih, irisan
ketimum, telur, kering kentang, serundeng, daun kemangi, sambal goreng tahu, juga
oseng tempe.
Nah, Nasi Langgi ini, menurut cerita Pak Jongkie, berasal dari kata “Pelangi”.
Ya, filosofi pelangi yang berwarna-warni menunjukkan keindahan diaplikasi ke
dalam bentuk makanan. Paduan cita rasa yang menggugah selera dengan tetap
mengedepankan kandungan gizi, bahan-bahan pangan yang dapat diolah secara
berkelanjutan.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Nasi Langgi dengan cita rasa gurih dan menyehatkan, mengedapankan pangan lokal berkelanjutan yang memang banyak terdapat di kota Semarang [Foto: Dok Nutrisi Bangsa] |
Pakar Gizi dan Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor, Prof. Ir. Ahmad
Sulaeman,MS., PhD mengatakan, “Di Semarang makanannya enak dengan cita rasa
lokal yang sangat khas.Kandungan gizinya pun tak ditinggalkan, mampu bersaing
dengan pangan dunia (internasional).
Es Cao
Es Cao? Ya, saya sempat bertanya-tanya, apa es Cao ini? Ternyata, Es Cao
ini sebagai es cincau yang terdiri atas es yang diserut dengan sajian cincau
hitam, pepaya, kelapa muda, sirup, perasan air jeruk nipis, kolang-kaling, juga
mangga. Es ini kaya dengan isian buah. Buah sangat baik untuk proses
pencernaan. Jadi, Es Cao mampu memberikan nilai nutrisi dengan angka kecukupan
gizi yang baik untuk tubuh.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Es Cao dengan isi beragam buah-buahan yang dapat mengembalikan kesegaran selain bernutrisi [Foto: Dok Arif Rahman] |
Es Rujak
Nah, es rujak ini unik. Isinya terdiri atas potongan bengkuang, ketimun,
juga pepaya. Di frozen hingga menghasilkan tekstur es yang sangat lembut. Ada
sedikit rasa pedas karena dicampur dengan cabe merah yang digiling halus dan disaring,
lalu diambil airnya. Rasanya unik dan menyegarkan. Karena es ini terbuat dari
buah, jadi tak salah dikonsumsi untuk
kesehatan tubuh kita.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Es Rujak dengan buah lokal pilihan dan sedikit cabe memberikan rasa tersendiri [Foto: Dok Arif Rahman] |
Lunpia
Salah satu ciri khas Semarang yang terkenal adalah Lunpia (loenpia,
lumpia). Rebung menjadi pangan lokal berkelanjutan yang diangkat menjadi
kuliner khas. Di dalam rebung lunpia mengandung sianogenic licoside (Sianogenik
Likosida), sehingga rebung akan mengeluarkan bau khas (pesing).
Lunpia RM Semarang ini tidak seperti itu. Bau pesing bisa dihilangkan dengan perendaman dan pencucian berulang-ulang. Rebung menurut Prof. Ir. Ahmad Sulaeman mampu menyerap lemak. Ciri lainnya dari Lunpia ini disajikan dengan daun bawang, acar ketimun, dan cabe rawit hijau.
Pak Jongkie mengatakan, bahwa untuk menyantap Lunpia ini dimakan bersama
daun bawang. Karena daun bawang dapat memperpanjang napas.Insight baru dalam khazanah kuliner Semarang yang saya temukan di
Lunpia, mengapa ada daun bawang.
Siomay
Siomay kebanyakan dibuat dalam bentuk dumpling
(adonan bulat kecil-kecil yang diisi adonan daging ikan, lantas dikukus). Akan tetapi,
Siomay Rumah Makan semarang beda dari
siomay yang ada.
Dengan cita rasa gurih, siomay ini mampu membangkitkan selera makan saya
untuk mencoba dan terus mengunyah. Dibuat mirip pempek lenjer, berukuran
panjang sekitar 8 cm. kemudian digoreng, dimakan dengan acar ketimun dan
sambal.
Nutrisi yang terkandung di dalamnya pun cukup lengkap. Ada ikan sebagai
protein, tepung yang mengandung amilum (karbohidrat), gula, dan garam dan
bahan-bahan lainnya. Cita rasa siomay Semarang di RM Semarang ini patut
diacungin jempol.
Jelajah Gizi Race Semarang-Simpang
Lima
Dari rumah makan Semarang, saya menjelajah ke Simpang Lima. Di Simpang Lima
ini saya dan rekan-rekan jelajah gizi di beri tantangan untuk mencari nama-nama
makanan sesuai dengan clue yang diberikan.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Tim Anjing #RebungBetung berdiskusi menentukan clue yang diberikan untuk selanjutnya menjelajah wilayah kuliner Pujasera Simpang Lima. Seru!!! [Foto: Dok Nutrisi Bangsa] |
Clue-nya pun unik-unik, mulai dari nama artis dan grup yang dibentuknya,
hingga nama tempat di Jakarta yang di Semarang juga ada. Di sini, kami dibekali
uang untuk membeli makanan, kemudian foto bersama makanan, buat short video,
dan minta stempel ke petugas. Begitu serunya di Simpang Lima ini.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Tim Anjing #RebungBetung berhasil menemukan dan memecahkan clue yang dimaksud sembari menikmati kuliner [Foto: Dok Pri] |
Kemudian berfoto di Simpang Lima per grup dan meneriakkan yel-yel kelompok
yang… bikin ngakak dan geli sendiri. Di sinilah Nutrisi Untuk Bangsa membuat
para peserta Jelajah Gizi Semarang 2018 makin betah dan sangat bergembira.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Tim Anjing #RebungBetung lelah bahagia. Profesor Ahmad pun senyum ceria menikmati kebersamaan dengan Tim ini [Foto: Dok Pri] |
Babat Gongso Pak Karmin Mberok
Hmm… Babat. Tentu dari kita sudah tahu apa itu babat. Babat merupakan bagian
dari jeroan kambing, sapi, atau kerbau. Babat mengandung nutrisi yang cukup
baik untuk tubuh. Akan tetapi, memang
perlu pola pengaturan makan yang tepat kalau kita ingin mengonsumsinya.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Babat Gongso Pak Karmin Mberok yang sangat ramai hingga antri pembeli [Foto: Dok Pri] |
Nah, salah satu tempat Jelajah Gizi Semarang 2018 yang saya dan rekan-rekan
jelajah gizi kunjungi dan coba adalah
Babat Gongso Pak Karmin Mberok. Babat Gongso Pak Karmin ini terletak di samping
jembatan Mberok Semarang. Ketika kami datang, antrean panjang sudah menyergap.
Jangan heran, kalau ingin mendapatkan Babat Gongso atau nasi goreng babat
gongso, memang lebih baik datang lebih awal. Babat yang digunakan adalah babat
sapi yang direbus sekitar 3 jam bahkan lebih. Hal itu yang membuat babat gongso
menjadi empuk.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Nasi Babat Gongso Pak Karmin berbahan pangan lokal diolah sedemikian rupa hingga menghasilkan cita rasa melegenda [Foto: Dok Pri] |
Bicara gongso, dalam bahasa Jawa yang berarti tumis. Jadi, bumbu-bumbunya sebelum babat dicampur, ditumis
terlebih dahulu. Istimewanya babat gongso justru dari babat yang empuk dan
bumbu-bumbu yang ditumis terlebih dahulu.
Saya pesan nasi goreng babat gongso.
Ini menjadi makanan wajib kalau datang ke Semarang. Bumbunya berupa
bawang merah, bawang putih, cabe merah, juga terasi yang sudah ditumis terlebih
dahulu.
Jelajah Gizi Semarang 2018: Pak Karmin berbjau kaos biru sedang berbincang-bincang dengan peserta Jelajah Gizi Semarang 2018 Nutrisi Bangsa [Foto: Dok Pri] |
Nasi goreng yang dibuat ditambah irisan bawang merah yang ditumis berserta
bumbu nasi gorengnya. Baru ditambahkan babatnya. Selain itu, penggunaan kecap
manis juga menjadi ciri khas nasi goreng
babat gongso ini. Oleh karenanya, nasi goreng yang dihasilkan terlihat agak
kecokelatan dengan rasa gurih ada rasa-rasa pedas.
Pun kita bisa memesan untuk ditambah telur dadar terpisah. Dapat dimakan
bersama acar ketimun, cabe rawit, juga kerupuk. Nasi goreng babat gongso
dimasak dengan memakai wajan besi sehingga nasi yang dihasilkan sangat lembut,
pulen, dan bumbu pun meresap.
Jika kita tidak ingin memesan nasi goreng babat, kita bisa memesan babat
gongsonya saja tanpa nasi, atau dengan nasi putih. Rasanya, ada perpaduan rasa
gurih yang khas.Dari kandungan nutrisinya, babat mengandung energi sebesar 113 Kkal, protein 17,6 gram,
karbohidrat 0 gram, lemak 4,2 gram, kalsium 12 mg, fosofor 144 mg, zat besi 1
mg.
Selain itu, babat juga
mengandung Vitamin A 0 IU; Vitamin B1
0,15 mg; dan Vitamin C 0 mg. ini
merupakan hasil dari penelitian untuk 100 gram babat dengan jumlah yang dapat
dimakan sebanyak 100%.
Riset pada babat yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula
karena berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya. Seperti konsumsi makanan
ternak, pola pemeliharaan, kesehatan ternak, dan lain-lain.
"Babat Gongso memiliki kandungan kalsium tinggi dengan kalori sangat rendah, sehingga baik untuk orang-orang yang sedang menjalani diet," tutup Prof. Ahmad Sulaeman.
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman - Pakar Gizi dan Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor [Foto: Dok Pri] |
2 comments:
Paling favorit Babat Gongso & Lontong Cap Go Meh .rasanya enak bener !
Waduh ayah kenyang nih, makan melulu. Tapi otak jadi jalan, harus memecahkan kode clue yang diberikan
Post a Comment