Sering dong kalian dengar kata Barista, tentunya sudah tak asing di telinga. Ya, Barista sebagai salah satu bentuk keahlian seseorang dalam meracik minuman, terutama kopi yang enak. Barista juga menjadi soul/jiwa sekaligus “muka” sebuah kedai kopi/coffee shop. Barista pula yang menjadikan kedai kopi terlihat keren dan mentereng di balik sebuah mesin kopi.
Nah, apalagi ketika Sang Barista
pakai apron, ditambah lagi wajah yang good
looking, saya yakin, pelanggan betah berlama-lama dan bahagia sebelum
segelas atau secangkir kopi mendarat mulus di bibir, hanya untuk CCP (Curi-Curi
Pandang). Baru-baru ini, tepatnya di negara kita, Indonesia, telah digelar
kejuaraan Indonesia Barista Championship 2018. Nah, salah satu pesertanya
adalah Muhammad Aga dan keluar sebagai pemenang, lho.
Muhammad Aga-Pemenang Indonesia Barista Championship 2018 yang mewakili Indonesia di World Barista Champhionship di Belanda [Foto: Dok scanews.coffee] |
Menurut Aga, Barista itu
gampang-gampang susah. Perlu rajin berlatih, tekun, juga ulet untuk bisa expert
dalam dunia yang ditekuni. Pengetahuan dan cara membedakan rasa juga jenis kopi
termasuk membuat art latte Barista
perlu pahami. Belajar di mana dan kapanpun mesti dilakukan.
Aga biasa disapa, sudah mengalami
itu semua. Dia mahir meracik kopi mulai dari biji hingga jadi secangkir kopi
yang sungguh nikmat dan beroleh beragam penghargaan karena kemahirannya tersebut.
Aga mengawali kariernya sebagai Barista pada 2009. Dulunya, dia seorang
mahasiwa yang nyambi kerja paruh waktu di salah satu kedai kopi di Jakarta. Sudah
hampir sepuluh tahun pekerjaan Barista digelutinya.
Pekerjaan part time itu dia lakukan
untuk tambah-tambah penghasilan. Ketika bekerja, rasa keingintahuannya timbul
dan sesekali dia mainkan alat pembuat kopi. “Sembari bekerja iseng-iseng
nyobain buat latte art. Di tempat kerja itulah belajar menggali lebih banyak
bagaimana membuat latte art yang cakep dan menarik,” tuturnya.
Keenakan Cari Duit
Jadi Barista pun bukan cita-cita,
sebelumnya dirinya kuliah, tapi kuliahnya jurusan musik dan jadi anak band.
Untuk ngisi waktu luang dan menghidupi band-nya itu tadi dia ambil kerja part
time di coffee shop di Jakarta. Karena kuliah sambil kerja Aga berpikir, “Kok
enakan dapet duit ya. Jadi, kuliah sempat tertunda karena keasikan cari duit.
Ternyata, seiring bergulirnya waktu, menggali lebih dalam tentang kopi itu
tadi, wah menarik, ya. Bagus gitu. Jadi,
semua pelajaran yang kita pelajari di
sekolah itu pasti keluar. Misalnya nih Matematika, di kopi pun ada. Contohnya,
berapa gram bubuk kopi dan berapa mililiter air untuk menghasilkan kopi yang
enak. Ada ditambah, ada juga dikurang,” urai Aga.
Selain itu, ternyata kopi yang
diseduh juga tidak sembarang diseduh, Dia juga mesti tahu tingkat roasting,
umur, jenis tanah, juga sejarah kopi.
Banyak hal-hal yang berhubungan dengan kopi ini berhubungan pula dengan
ilmu-ilmu yang dipelajari dulu di sekolah. “Jadi, kopi itu buat saya jadi wadah
atau media untuk menyalurkan seni. Mungkin dulu connetcting people itu untuk brand lain, tetapi sekarang connecting
people itu untuk kopi. Karena, dari secangkir kopi orang bisa berhubungan satu
dengan yang lain, membina relasi, mendapatkan koneksi,” ucapnya.
Sekali lagi dirinya katakan, bahwa
jadi Barista itu bukan pilihan atau cita-cita. Namun, Aga melihat bahwa Barista
itu ada masa depannya. Jenjang untuk barista kelihatan. Menurutnya, di Indonesia sekarang sudah banyak coffee shop.
Nah, untuk menjadi Barista itu mudah banget, asal mau belajar dari berbagai
media, baik online maupun offline bisa.
“Awalnya juga gue bukan peminum
kopi, karena tuntutan pekerjaan dan senang melihat orang minum kopi. Karena
untuk membuat segelas kopi perlu proses yang sangat panjang, jadi itu yang buat
gue happy kerja di bidang ini. Dari senang dan ketagihan itulah akhirnya ikut
kompetisi dan ternyata ada jenjangnya juga. Kalau dulu cuma jadi helper, kini
naik kelas. Kalau satu pekerjaan ditekuni dengan baik, pasti satu pekerjaan itu
akan menghasilkan,” tuturnya.
Pun, Aga tak pernah berpikir apa
yang dia lakukan itu akan menjadi besar. “Tidak pernah sampai berpikir sejauh
itu. Natural aja. Network-lah yang membuat semua ini jadi besar. Kopi itu
tempat mempertemukan banyak orang, ternyata profesi ini (barista) bisa menghubungkan
satu orang ke orang lainnya. Kan yang
gak bisa dibeli sama uang koneksi, kan? Makin banyak orang yang kita temui,
makin banyak kesempatan kita untuk sukses,” jelasnya detail.
Nah, dia mengenal kopi dari salah seorang pionir kopi di Indonesia,
namanya Hendri Kurniawan. Aga pun belajar teknik dasar kopi hingga keluar
negeri. Dia melihat juga merasakan, bagaimana kopi terbaik dan banyak diminati
orang-orang, terutama masyarakat kita. Hingga akhirnya, dirinya banyak pergi
mengitari perkebunan kopi di Indonesia. Aga pun ternyata pindah-pindah dari
satu tempat ke tempat kerja lain. Hehe, masih muda, kan ya, cari passion yang
buat tune in ga masalah menurut saya.
“Pindah kerja di sekitaran kopi ke
kopi lagi, mulai dari Dante Coffee, Mrs Field, Get Back Coffee, dan Tanamera
Coffee. Ya, ujung-ujungnya hampir tiap tahun pindah kerja dan jatuhnya ngurusin
kopi ke kopi dan barista lagi. Gue belajar dari the power of kepepet, tempat gue kerja, internet, dan dari manapun
bisa”, tutur Aga.
The Power of Kepepet & Jadi Pemenang IBC 2018
The Power of Kepepet Aga ini, ketika
itu ada salah satu pelanggan Dante Coffee yang interest sama dirinya minta
untuk melakukan set up kitchen. Karena penawaran gaji yang menggiurkan, Aga
mengiyakan saja, walau kerjaan yang diberikan begitu banyak.
“Iya, sudah telanjur janji, mau ga
mau harus dikerjain, walau kerjaannya banyak, tapi tawaran gajinya juga
sepadan,” ucapnya.
Nah, celakanya pada saat itu dia
tidak paham sama sekali bagaimana memperoleh mesin kopi yang diperlukan. Aga
hanya bisa buat kopi yang good looking
saat dilihat. Karena sudah ucap janji untuk siap mengurus set up kitchen tadi,
apa katanya, “Gue nekat pergi ke pameran kopi dan barista. Seharian ngabisin
waktu untuk SKSD (sok kenal sok dekat) dengan orang di pameran, tanya
sana-sini, minta nomor kontak, dan bagaimana memakai mesin kopi, semua gue
coba, mesti bisa. Padahal, ya gue hanya bisa buat kopi yang enak dipandang dan
cantik,” jelas Aga.
Di bulan Maret 2018 lalu, Aga yang
memenangkan IBC 2018 ini mewakili Indonesia di kejuaraan dunia Barista 2018.
Banyak kejuaraan sejenis yang sudah diikutinya dan mengantarkannya menjadi juara, antara lain Indonesia Latte
Art Competition, Indonesian Brewers Competition, Asian Barista Championship,
hingga Asian Food and Hotel.
Apa sih yang membedakan antara
Indonesia Barista Championship dengan kompetisi lainnya. “Kalau Indonesia
Barista Champhionship jadi pemenang, itu mewakili Indonesia di ajang World
Barista Champhionship. Di dunia ini (saya) mewakili Indonesia, membawa produk
(kopi) Indonesia untuk represent Indonesia,
dan sosok yang dianggap mampu mewakili negaranya untuk berkompetisi di tingkat
dunia. Jadi, kalau kompetisi lain, ada beberapa kompetisi yang levelnya sama
seperti (WBC) itu. Ada Barista, latte art (gambar di atas kopi), buih (foam), bagaimana
lidah kita merasakan mana kopi yang enak saat dicicipi, roasting (sangrai) semua ada kejuaraannya. Kopi itu kan berbentuk biji, nah
kalau mau dimatengin kan harus disangrai dulu. Ini juga ada kompetisinya.”
jelas Aga panjang lebar.
Menurut penuturannya, juri-juri yang
menilai pun sangat objektif. Artinya, juri menilai dari kopi yang tersaji langsung
di dalam cup yang dibuat oleh si Barista. Seperti yang disampaikannya juga,
“Kalau saya tidak suka kopi A, tetapi nilai di kopi A itu sangat besar, ya saya
harus suka dan membuat kopi A itu tadi. Sementara kalau Throw
Down ini lebih ke arah battle, dari Barista A, B, atau C, mana nih kopi
yang paling enak. Nah, ini sifatnya subjektif. Jadi, tantangannya itu lebih
berat di nasional (champhionship) ini, prosesnya lebih panjang. Menu yang
disajikan juga ada tiga jenis, juri-jurinya pun standard internasional, ada
presentasi juga tak hanya bikin, lantas dinilai. Tetapi, dinilai juga bagaimana
cara serving, dan ada customer service-nya juga. Jadi, misalnya kita bawain
kopi A, bagaimana caranya meyakinkan juri bahwa kopi A ini enak. Ada presentasi
(ngobrol)-nya juga dengan waktu 15 menit. Dalam waktu 15 menit mesti
menjelaskan kopi yang dipakai, tekniknya apa, dan harus bikin 12 jenis
minuman.”
Nah, untuk kompetisi Barista ini Aga
memberikan tips-nya.
1.
Harus punya tim yang solid karena
tim sangat penting. Siapa yang jadi leader, siapa helper. Ternyata, di
kompetisi kopi pun harus seperti ini.
Mungkin tak hanya di kompetisi kopi saja, di kompetisi apapun mesti ada kerja
tim dan tak bisa sendirian.
2.
Latihan. Latihan ini paling penting.
Menurut buku yang pernah dibacanya, “10 Ribu Jam untuk Menjadi Seorang Juara” ini
buku motivasi. Kalau seminggu hanya tiga kali latihan, jangan harap gelar juara
bakal disabet.
3.
Harus ada konsep. Mau menyajikan
konsep seperti apa ke hadapan juri.
Oya,
apa ya perbedaan Barista Indonesia dengan Barista-Barista di luar negeri?
Mengulik perjalanan Aga sebagai Barista dalam penuturannya, dilihat dari
profesinya, sebenarnya sama saja, melayani pelanggan, buat kopi. Nah, kalau
barista di luar negeri, akses mereka lebih mudah. Nah, bicara langsung mengenai
kompetisi barista, barista luar negeri punya konsep yang bagus, karena beberapa
hal, antara lain:
1. Mereka memiliki akses
kerjasama dengan beberapa brand dan institusi. Contohnya ada beberapa barista
yang menjalin kerjasama dengan kampus untuk meriset satu produk.
2. Barista di Indonesia sulit
untuk melakukan kerjasama karena prosedur yang banyak dan panjang. Seperti
pengajuan proposal terlebih dahulu, menunggu persetujuan, diterima atau
tidaknya lama diberitahukan.
3. Banyak Barista-Barista di
Indonesia yang bagus, akan tetapi background finansial mereka tidak bagus. Ini
juga jadi tolok ukur. Nah, Barista itu sebenarnya dinilai dari apa? Skill atau
Financial Background? Contohnya, latar belakang finansialnya kuat, bisa beli
dan memanggil siapa saja untuk mengajari mereka. Sementara barista Indonesia yang
bagus mereka punya skill tapi latar belakang finansial yang kurang, barista
tersebut hanya belajar dari internet, YouTube.
4. Barista di luar negeri
rata-rata memiliki forum sedangkan di Indonesia forum Barista baru dibentuk.
5. Dari sisi lobbying, barista
luar negeri lebih kuat kemampuan bicara dibanding Barista Indonesia.
6. Di luar negeri, Barista
memandang ngopi itu sudah menjadi need, sedangkan Barista di Indonesia
melihat bahwa ngopi masih menjadi gaya hidup (lifestyle).
7. Barista di luar negeri oleh
pemilik kedai sebagai aset, sementara di
Indonesia jadi supporting saja. Hanya beberapa Coffee Shop saja yang melihat
bahwa Barista Indonesia sebagai asetnya.
8. Coffee Shop di Indonesia
juga belum banyak yang tahu value seorang
Barista.
9. Barista di luar negeri itu
bekerja sama dengan owner melihat apa
yang market mau dan pemberi masukan.
Sedangkan di Indonesia, Barista hanya dianggap sebagai pelayan yang melayani
pembeli.
10. Barista di luar negeri
menganggap bahwa tamu yang datang itu sebagai teman. Di Indonesia tidak, tamu
yang datang tetaplah dianggap sebagai pembeli dan tugas Barista hanya melayani.
Tapi, akhir-akhir ini banyak coffee shop
dari Baristanya sendiri di Indonesia melihat, bahwa tamu yang datang dianggap
sebagai teman dan ngobrol bersama, tidak sekadar melayani.
Ini dia lima hal yang dimiliki Barista versi Aga, kalian mesti tahu lho ya. Klik aja videonya di sini nih. [Courtesy of Youtube]
Jangan
heran ya, seorang Barista seperti
Aga ini mesti nyobain kopi hingga bergelas-gelas. Hal ini memang nyata
dilakukannya. Kalau pagi belum sarapan repot juga harus mencicipi kopi sampai
bergelas-gelas. Aga mesti me-make sure saja, berapa jenis produk yang dipunyai
harus dicoba. Menurutnya, kurang lebih bisa 10 gelas, bisa mungkin lima kalau
memang “jago” banget.
BACA JUGA: Ngopi Nikmat Bebas Maag Berkat Promag, #NikmatiHarimu Tanpa Gangguan
BACA JUGA: Ngopi Nikmat Bebas Maag Berkat Promag, #NikmatiHarimu Tanpa Gangguan
Dengan mencicipi kopi hingga bergelas-gelas
ternyata Aga #NikmatHari-nya. Karena pekerjaan sehari-harinya Barista yang
harus mencicipi kopi, memang harus menikmati. “Karena kalau tidak menikmati
bisa bosan dan jadi beban juga,” katanya.
Aga memberikan kopi hasil racikannya kepada audiens [Foto: Dok Pri] |
Mencicip rasa kopi yang sudah biasa dilakukan Aga [Foto: Dok Pri] |
Wah, ada hal menarik nih mengapa Aga
terpilih sebagai jawara IBC 2018. Ternyata, tidak sembarangan ikut kompetisinya.
Menurutnya, kompetisi itu harus dibayar mahal. Juri-jurinya pun harus
terkalibrasi. Jadi, sebelum berkompetisi dia mengulik terlebih dahulu ke petani
dan keliling kebun kopi yang ada di beberapa daerah di Indonesia. Di situ dia
melakukan tanya jawab ke petani, kira-kira kopi apa saja yang enak. Dan Aga
request kopi untuk kompetisi yang belum pernah dikeluarin sebelumnya di
pasaran.
Di lembar penilaian kompetisi pun
ada serangkaian pertanyaan yang mesti diisi.
Memang, di lembar penilaian itu 100%
yang dinilai kopi. Nah, kopi ini sebagai senjatanya, bagaimana caranya si user
(barista) bisa memanfaatkan kopinya
Aga mengeluarkan kopi yang memang belum
pernah dipertandingkan sebelumnya. Sementara, hasil dari wawancaranya dengan
petani kopi dijadikan sebagai bahan story telling ke hadapan juri. Aga juga
harus make sure bahwa kopi yang dibawanya sebagai kopi yang enak. Kenapa?
Karena dia terjun langsung ke sumbernya. Ini juga bisa jadi salah satu
penilaian. Nah, support dari tim penting banget.
Blogger dan tamu undangan menyimak apa yang disampaikan Aga tentang kopi [Foto: Dok Pri] |
“Jadi, strateginya ketika kompetisi
itu saya punya dua partner, satu partner di tahun sebelumnya meregistrasi
sebagai juri, jadi dia tahu apa yang dinilai di kompetisi. Sementara, saya
daftar sebagai peserta dan teman satunya lagi sebagai helper. Tetapi, teman saya yang jadi juri tidak boleh
menjadi juri untuk saya. Dari teman tersebut saya jadi tahu penilaian yang akan
dilakukan juri nantinya. Selain itu ada juga juri dari luar negeri. Juri luar
ini sebagai controller untuk nilai-nilai yang diberikan dari juri nasional
(lokal) Indonesia. Beruntungnya saya, karena teman saya yang mendaftar jadi
juri sebelumnya, saya dapat insight dari luar jadi saya paham. Selain itu
percaya diri sih ya,” ungkapnya.
Beberapa tahun lalu, orang tidak
begitu mengenal profesi barista seperti apa. Nah, Promag peduli dengan profesi
barista ini, karena memang pekerjaannya berhubungan dengan urusan lambung.
Perlu juga kita ketahui bahwa, di balik pembuatan kopi, seorang Barista juga menyimpan
hal atau fakta menarik. Setiap pagi seorang Barista mesti melakukan kalibrasi
mesin kopi sebelum kedai dibuka. Saat pagi hari mencoba beberapa gelas kopi, itu menjadi tantangan
tersendiri untuk lambung, apalagi minum kopi sebelum makan pagi. Oleh karenanya, pekerjaan Barista begitu rentan
dengan penyakit maag.
#NikmatiHarimu Aga berbagi cerita tentang hari-harinya dalam satu video. Bisa diklik di sini.
[Courtesy of YouTube].
Aga juga pernah melihat orang yang
tak mengonsumsi kopi, mungkin karena perutnya bermasalah. Sebagai mana yang
disampaikannya, di dalam kopi terdapat gas, acid (asam), ini yang memberi
impact terhadap perut. Jadi, banyak juga teman-temannya yang tidak dan minum
kopi. “Bahkan ada teman sampai masuk rumah sakit karena maag, bukan karena
minum kopi saja,” ucapnya.
Nah, Aga memberikan tips-nya untuk
yang ngopi agar tak kena sakit maag. “Mencegah lebih baik kan sebelum terjadi.
Makanya saya setuju jalan bareng campaign dengan Promag. Ya, sebenarnya salah
satu yang bisa kita lakukan adalah mencegah, dengan minum Promag. Lebih baik
mencegah sebelumnya, daripada tidak bisa minum kopi.”
Aga juga ternyata mengonsumi Promag
kalau terserang maag. Apalagi sekarang produknya gampang banget diperoleh
dengan kemasan yang simpel dan praktis di bawa ke mana-mana. Promag sekarang
ada dalam bentuk Promag Cair, praktis dan dosis pas dalam bentuk sachet cair.
Promag Tablet, sudah ada 45 tahun lalu sebagai obat pereda sakit maag [Foto: Dok Pri] |
Untuk yang suka minum kopi dan menghindari
penyakit maag, Aga memberikan caranya.
1.
Cari kopi dengan tingkat keasaman
rendah. Bisa ditanyakan ke Baristanya langsung ketika membeli.
2.
Kalau cari dalam bentuk bijian, biasanya dalam kemasannya tertera
tanggal kadaluwarsa atau roasting date. Jadi, jangan dikonsumsi terlalu fresh.
Misal, kopi baru disangrai kemarin, lantas dikonsumsi hari sekarang, hal ini
sudah pasti akan menyebabkan sakit maag. Selain menghindari kopi yang asamnya
tinggi, juga cari kopi yang sudah di-roasting karena gasnya sudah teroksidasi.
3.
Kalau suka minum kopi tapi takut kena maag, tidak harus konsumsi
kopi hitam, dicampur susu juga tak masalah. Karena sudah ada pencegahnya,
Promag.
4.
Kalau mau bisa juga seduh sendiri di
rumah.
“Sementara itu, untuk yang suka kopi
asam tapi tidak ingin kena maag pilih metode seduh. Di beberapa kedai kopi ada
yang menyajikan kopi dengan metode seduh berbeda-beda. So, kalau sudah tahu
kopi itu asam jangan pernah konsumsi kopi espresso untuk yang lambungnya tidak
tahan terhadap asam. Intinya sih tetap ya, sebelum ngopi nikmat itu lenyap
karena maag menyerang, mesti makan terlebih dahulu. Tapi jangan khawatir, ada Promag
yang praktis dibawa-bawa. Jadi #NikmatiHarimu dengan bawa Promag, sakit maag
lenyap, ngopi tetap nikmat,” jelas Aga.
Secangkir kopi terbaik buatan Barista pemenang Indonesia Barista Championship 2018. Muhammad Aga dalam satu video penuh makna. [Courtesy of YouTube] Silakan diklik di sini.
Untuk kopi yang cold brew,
sebenarnya itu diseduh dengan air dingin. Jadi, kalau kita menyeduh apapun
dengan air dingin, baik gula, kopi, garam, dan sebagainya perlu waktu lama untuk
zat tersebut larut. Produk atau zat tersebut butuh waktu untuk melarutkan
dirinya di air yang dingin. “Oleh karena itu, sebenarnya justru kalau cold brew
ada yang mengatakan kafeinnya lebih tinggi. Sebenarnya, kafein pada kopi itu
dilihat dari jumlah biji kopi yang dikonsumsi,” sambung Aga.
Kafein itu ada di setiap biji kopi
bukan di berapa banyak kopi yang kita seduh. Roast juga seperti itu. Tapi impact-nya
signifikan. Misalnya, kita konsumsi kopi 20 gram atau 100 gram. Kadar kafeinnya
sudah tentu lebih banyak yang 100 gram. Namun, yang enaknya di cold brew ini
justru dapat menurunkan asam. Kebanyakan cold brew itu rasanya lebih strong karena didiamkan (ekstraksi)-nya
lama, bisa 10-12 jam.
Kalau
melihat kesibukan Aga sekarang, dirinya terbilang cukup sibuk. Saat ini dia mengurus
coffee shop yang jadi usahanya, bernama Coffee Smith Jakarta Coffee Shop &
Roastery di bilangan Mampang, Gandaria, dan Panglima Polim. “Ya, kesibukan saat
ini lagi ngurus coffee shop dan Barista Trainer. Beberapa waktu lalu juga baru
ambil sertifikasi internasional, supaya lebih pede aja lagi kalo menilai kopi
dengan best pratice gitu,” ucapnya.
Nah, berhubungan dengan
#MenikmatiHarimu ini, sebenarnya bagaimana Aga menikmati hari-harinya? “Kalau
kalian lihat video yang beredar di Youtube atau di iklan, ya seperti itulah
kehidupan saya sehari-hari dan menikmati hari. Kerjaan saya ya begitu, buka
coffee shop, beresin coffee shop, nyiapin kopi. Kopi yang saya buat itu bisa
dinikmati. Intinya sih sebelum buka kedai kita harus teliti, make sure-lah ya.
Misalnya nih buat Cappucino, kalau ada yang mesen ya rasanya harus kayak gitu.
Kita itu jualan, bukan gue beli kopi langsung jadi, terus mereka yang beli gak
balik lagi. Jadi, di-make sure dulu dari kualitas, hospitality, dan banyak
lainnya,” jelas Aga di sela-sela perbincangannya dengan Blogger Indoblognet dan
tetamu undangan lainnya di Liberica
Coffe Pasaraya Blok M pada Kamis (27/09/2018).
Aga in deep
banget dengan yang namanya kopi. Wajar dong ya karena Barista yang selalu
berhubungan sama kopi. Menurutnya, sekarang ini kopi sudah jadi lifestyle (gaya
hidup). Jadi, semua orang mulai dari anak-anak sampai orang dewasa suka ngopi. Karena ini jadi satu potensi, juga
barista sebagai ujung tombaknya petani kopi. Secara tidak langsung, barista itu
bukan hanya coffee maker, tetapi juga sebagai story teller yang mampu
menceritakan di balik pembuatan dan tersajinya secangkir kopi ke tamu.
Ditanya soal kopi favoritnya, Kopi
Papua menjadi favorit Aga, karena rasanya enak, tumbuh di dataran tinggi di
ketinggian 2130 mdpl. Selama ini, dia tahunya kopi Papua Wamena tidak banyak
dikonsumsi keluar. Ternyata banyak distrik yang menanam. Karena logistiknya
sulit, jadi dikepul oleh satu orang. Rasa kopi Papua ini pas dan beda
menurutnya. Dilihat dari jenis kopi, cara menanam, dan racikannya berbeda. Kopi
Papua ini ternyata tidak dijual ke luar seperti Jakarta, atau daerah lainnya,
tetapi di jual ke PNG (Papua New Guinea). Karena aksesnya lebih gampang.
Selain itu, Aga juga menyukai kopi
Sumatera. Karena di Sumatera terkenal sebagai perkebunan kopi terbesar di
Indonesia. Kopi ini punya kelas juara di Sumatera dan paling dikenal. Di Pulau
Sumatera ada kopi dari jenis Sidikalang, Kopi Lintong, & Kopi Mandailing.
Cita rasanya unik bertekstur halus bau tajam. Kopi ini paling banyak diminati.
Kalau kopi luar dia sangat suka kopi Kenya. “Ga ada kopi yang ga enak, semuanya
enak,” katanya.
Keseruan #NikmatiHarimu Cerita Di Balik Barista
Keseruan perjumpaan para Blogger
Indoblognet dan tamu-tamu undangan di Liberica itu pun semakin hangat dan akrab. Apalagi
MC-nya Kiki- penuh semangat dan ceria menjadi penggawa acara. Ada saja lontaran
banyolan dari kata-kata centilnya yang keluar mengundang gelak tawa.
Gayanya pun khas millenial sekarang
dengan celana jogger cokelat, baju kotak-kotak hijau toska berpadu warna
cokelat dibalut blazer putih. Suasana tampak sangat hidup. Sementara temaram
lampu sorot yang langsung jatuh ke baliho besar di depan Blogger dan tamu
undangan tampak nyata. Tulisan bertanda pagar “#NikmatiHarimu” dan “Cerita
Dibalik Barista” semakin memesona berlatar belakang hijau khas warna Promag
sebagai obat maag sekaligus ahlinya lambung.
Terkadang gelak tawa keluar dari audiens
melihat gaya Kiki yang kocak. Saya pun tak kuasa menahan kocokan banyolannya.
Riuh rendah tepuk tangan pun terus membanjiri tatkala bintang utamanya
bercerita. Sesekali iringan musik instrumentalia diperdengarkan di sela-sela
jeda jawab juga tanya Aga dan Kiki.
Blogger dan tetamu undangan pun
aktif menggali sisi lain Barista Aga yang good looking tersebut. Silih ganti
pertanyaan pun datang menghampiri Aga yang dimoderasi Kiki sebagai penyambung
lidah. Aga pun dengan tenang menjawab setiap pertanyaan dilontarkan. MC-nya pun
cerdik memberi umpan balik kepada penanya.
Setelah usai lontaran pertanyaan,
Aga menuju mesin kopi. Dia menunjukkan keahliannya dihadapan blogger dan tamu undangan membuat kopi dengan
takaran tertentu, lantas disajikan. Aga minta pendapat dari orang-orang yang
mencecapnya, apakah asam berlebihan atau pas sesuai pesanan.
Suasana ramai dan riuh di Liberica oleh tamu undangan dan blogger mendengarkan penjelasan Aga tentang kopi [Foto: Dok. Pri] |
Usai Aga memperlihatkan kemahirannya
meracik kopi, MC memintanya kembali untuk bergabung bersama blogger dan tamu
undangan. Aga pun kembali didaulat untuk menyampaikan beberapa pesan-pesan dan
melontarkan pertanyaan seseruan ke audiens. Hadiahnya, ahaaa… ada voucher
Sodexo senilai 200K untuk yang bisa menjawab pertanyaan. Untung jangan ditolak
ya gaes, salah satu lontaran pertanyaan hinggap di saya. Gayung Sodexo melesat
dalam pelukan.
Pastinya, hal ini sudah jadi makanan
blogger sehari-hari untuk foto-foto ketjeh
tanpa malu. Hmm… semangat blogger patut diacungi jempol. Usaha tak akan
mengkhianati hasil.
Oya, di awal-awal MC memberikan
notif kepada tetamu undangan dan blogger untuk foto di mana pun yang terlihat instagramable
dengan tagar yang sudah ditentukan. Tentunya, foto tersebut jadi satu kompetisi
untuk mendapatkan hadiah menarik dari Promag. Di penghujung acara MC
mengumumkan pemenang instagram competition, lima blogger terpilih mendapatkan
hadiah lagi dari Promag berupa voucher Sodexo senilai 200K yang langsung
diserahkan oleh representatif Promag.
Sebelumnya pun iringan musik dari
band anak muda Jakarta mengiringi jamuan makan di sore acara itu, dengan beberapa lagu yang sempat saya hapal
syairnya. Ya, Liberica Coffee Pasaraya menjadi saksi keseruan acara di hari itu
dengan kolaborasi Muhammad Aga dan Promag. #Promag
#AhlinyaLambung #NikmatiHarimu #CeritaDibalikBarista
7 comments:
Kisah panjang dan penuh makna dalam secangkir kopi
Mba @Anisa: Bukan lagi, perjalanan panjang itu benar sih kata tetua dulu, akan membentuk seseorang dan menghasilkan apa yang diinginkan.
Mas @Riza: Aiiih sekece dirimu yaa Mas. Terima kasih Mas Riza.
Quote terakhir nya ajib bener dah
Promag Solusi Sakit maag agar kita dapat menikmati hari dengan kopi ya
Benar-benar perjuangan yang panjang banget ya dari seorang aga ini, dia juga punya solusi sakit maag yang rawan menyerang seorang barista karena setiap hari diharuskan mencicipi kopi
Waw keren yah Muhammad Aga dapet penghargaan dari Belanda.
Kalo demen Ngopi ya bersiap dengan masalah lambung. Untuk itu perlu solusi sakit maag seperti Promag
Post a Comment