Menteri Kesehatan RI, Nila Moeloek bersama representatif RSKD, YOAI, & Prudential Indonesia [Foto: Dok Pri] |
Saya tak menyangka, salah satu anggota keluarga kami—Mba—terkena hal
ini. Padahal, pola hidup sehat diterapkan. Tidak ada pernah masuk makanan yang
sifatnya merusak sel-sel tubuh. Konsumsi
sayuran, buah, ikan, juga daging pun seimbang orang tua kami berikan. Mba pun
tidak merokok.
Kesehariannya pun wajar dan tidak pernah mengeluh sakit ini itu. Aktivitas
yang dijalankannya pun lancar-lancar saja. Bahkan, olahraga pun rutin dilakukan
hampir tiap pagi. Kondisi tubuhnya pun sehat bugar dan berseri.
Konsumsi susu pun rutin. Pokoknya, makanan sehat ala keluarga
benar-benar dijaga. Hal ini terjadi begitu cepat. Suatu hari, Mba ada mengeluh
sakit di bagian dada kanan dan kiri. Katanya terasa panas dan nyeri. Namun,
saat itu bapak dan ibu tidak membawanya langsung ke dokter spesialis. Menunggu
keesokan harinya.
Masuk esok harinya, bapak dan ibu bawa mba langsung ke dokter
spesialis penyakit dalam. Dokter kasih rujukan untuk di rontgen. Selanjutnya menungg
hasil besok harinya. Tepat sekitar pukul 5 sore, hasil rontgen diambil. Di paru-paru
kanan dan kiri ada serabut-serabut menonjol seperti gumpalan benang.
Cukup banyak memang, ada di kiri dan kanan lagi. Hal yang
dirasakan itu tadi, nyeri, panas, dan kadang mau muntah. Kondisi mba pasca
pemeriksaan mulai berubah. Wajahnya semakin tirus, nafsu makan terus berkurang.
Lama kelamaan badannya kurus.
Sebelum semua terlambat, sempat dilarikan ke rumah sakit. Sembilan
hari tak kunjung sembuh. Ibu tak tega melihat penderitaan mba, alhasil dibawa lagi
pulang ke rumah. Keluarga sudah mengikhlaskan. Tiga hari di rumah, Allah SWT
berkata lain, tepat pada 27 April 2007, Mba menghadap kepada Illahi Rabbi.
Pada saat di rumah sakit, Mba berada di ruang perawatan semacam
bangsal yang berisi enam orang. Kondisi bangsal bersih dan seluruh pasien tetap
dalam pengawasan perawat. Keluarga yang jaga diberi tempat khusus agar pasien
tak terganggu.
Perlakuan memang dibedakan antara anak-anak, remaja, dan dewasa
penderita kanker. Ketika itu, Mba masuk kategori dewasa, jadi memang khusus
bangsal dewasa. Saya jadi tergelitik, apa itu kanker paru dan mengapa sangat
berbahaya.
Ternyata, kanker paru-paru yang mba saya derita ini punya ciri,
yaitu ada pertumbuhan sel yang tidak bisa kita kontrol pada jaringan paru-parunya.
Kalau tidak dirawat, pertumbuhan sel itu dapat menyebar ke luar paru-paru
melalu satu proses yang disebut metastasis ke jaringan yang terdekat dengan
tubuh lainnya.
Keluarga pun bertanya pada dokter yang menangani, menurut
penjelasan dokter bahwa ada ketidakteraturan perjalan hormon yang membuat
tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang normal atau biasa dikenal dengan
tumor ganas.
Ada juga gejala yang
namanya neoplasma ganas dan ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang
membuat sel mampu tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel yang melebihi batas
normal), menyerang jaringan biologis yang berada di dekatnya, dan bisa
bermigrasi ke jaringan tubuh lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik
itu tadi.
Tiga karakter
ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar kanker membentuk
tumor, tetapi sebagian lagi tidak, seperti leukemia.
Cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan studi, diagnosis, perawatan, dan
pencegahan kanker disebut onkologi.
Terlepas dari itu semua, ketika saya mendapat satu kesempatan
berkunjung ke Rumah Sakit Kanker Dharmais (27/02/2019) untuk melihat langsung
Bangsal Remaja yang diresmikan hari itu. Bangsal yang hadir tersebut merupakan
kerjasasama antara Prudential Indonesia dan Yayasan Onkologi Anak Indonesia
(YOAI) bersama Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Bangsal Remaja Kanker Hadir
Terkait perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahwa
perlakuan anak-anak penderita kanker dengan remaja penderita kanker itu
berbeda. Ada perlakuan khusus. Jadi tidak bisa dicampur aduk. Semua memang
perlu penanganan serius.
Bangsal Remaja ini menjadi rumah, tempat remaja berbagi cerita dan
pengalaman, dan tentunya ini sebagai perwujudan dari konsentrasi Prudential
Indonesia seperti yang selalu didengungkan, #WeDoGood.
Hal tersebut tertuang dalam program Prudential Indonesia itu
sendiri, yaitu Community Safety. Hadirnya
bangsal Remaja penderita kanker dan anak-anak di RSK Dharmais sebagai salah
satu upaya Prudentisial untuk membantu pasien kanker memberikan dan menciptakan
iklim lingkungan yang membuat mereka lebih kondusi selama dirawat, juga
membantu proses percepatan penyembuhan mereka.
Inti dari Program Community Investment Prudential Indonesia ini
sendiri adalah Kesehatan dan Keselamatan sebagai upaya Prudential Indonesia menciptakan
Indonesia lebih sehat, sebagaimana yang dikatakan Bapak Jens Reisch, selaku
President Director Prudential Indonesia.
Selain itu, Bangsal Remaja di Rumah Sakit Kanker Dharmais ini
juga hadir berkat kerjasama Prudential Indonesia dengan Yayasan
Onkologi Anak Indonesia. Keduanya telah berkolaborasi selama hampir 16 tahun, tepatnya pada 2003.
Renovasi Bangsal Remaja ini dari Prudential dan YOAI menyerahkan dana sebesar
4.5 miliar dari dana perusahaan untuk setiap pembelian polis PRUSyariah di
2017. Hal tersebut dalam rangka 10 tahun hadirnya Unit Usaha Syariah Prudential
Indonesia.
Fasilitas Bangsal
Menurut Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, Prof. dr. H.
Abdul Kadir, Ph.D., SP.THT KL (K), MARS peresmian bangsal remaja ini sebagai
puncak peringan World Cancer Day di RSKD. Fasilitas yang ada di dalamnya ada
ruang konsultasi, psikiatri, teen lounge (ruang kumpul pasien remaja), dan
multi media corner.
Ibu Menteri Kesehatan, Nila Moeloek menjelang peresmian Bangsal Remaja RSKD [Foto: Dok Pri] |
Harapan Direktur Utama RSKD sendiri bagaimana fasilitas yang ada dapat
membantu memberi semangat untuk pasien anak-anak dan remaja agar segera
sembuh. Saya ketika melihat dan
menyaksikan mereka secara langsung, diam-diam menitikkan air mata.
Allah SWT memang punya rencana lain dari makhluk hidup yang
diciptakanNYA. Saya yakin itu! Jalan kesembuhan untuk mereka Insya Allah ada.
Inilah pertolongan yang Allah SWT berikan, melalui tangan Prudential Indonesia
dan YOAI, bergandeng bersama RSKD bersatu mewujudkan tempat yang layak bagi
anak-anak dan remaja penderita kanker.
Dalam kesempatan yang sama juga, Ibu Rahmi Adi Putra Tahir, selaku
Ketua Umum YOAI mengatakan, melalui kerjasama semua pihak, baik pemerintah juga
swasta, YOAI sudah melakukan inisiatif untuk memberikan pengobatan pada
anak-anak penderita kanker di Indonesia.
Menurutnya juga, YOAI punya komitmen yang terus dijalankan untuk
memberi informasi dan meningkatkan kesadaran betapa penting deteksi dini kanker
dan memberikan pendidikan pada orang tua mengenai kanker anak. YOAI pun
berharap dengan kontribusi yang diberikan untuk penyediaan fasilitas perawatan
lebih baik pada anak-anak dan remaja penderita kanker di masa depan.
Melihat data yang dipublikasi oleh WHO, insidens kanker anak usia
0-14 tahun ada sekitar 175.300/tahun dengan angka kematian sekitar 94
ribu/tahun. Di Jakarta dan sekitarnya denga jumlah penduduk 12.5 juta jiwa
diperkirakan ada ada 700 pasien kanker anak baru/tahun.
Sementara itu, di seluruh Indonesia dengan jumlah penduduk 250
juta jiwa diperkirakan ada lebih kurang 14 ribu kasus/tahun. Sebagian besar
dari keluarga prasejahtera. Sedangakan data dari KPAI pada 2015, di Indonesia ada
sekitar 4.100 kasus kanker anak-anak/tahun, sebagian besar terkena Leukemia.
Dari Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi kanker anak umur 0-14
tahun sekitar 16.291 kasus. Kemenkes
sendiri mengungkapkan setiap tahun ada lebih 175 ribu anak di dunia didiagnosis
mengidap kanker. Sekitar 90 ribu di antaranya meninggal dunia. Oleh karenanya,
deteksi dini kanker pada anak perlu digalakkan. Banyaknya penderita kanker anak
yang meninggal tersebut karena kurangnya deteksi dini dari orang tua.
Menteri Kesehatan-Prof . Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K)
pun dalam hal ini sangat mendukung inisiatif dari lembaga atau perusahaan yang
mau membantu memberi pengobatan pada penderita kanker, terutama anak-anak dan
remaja. Artinya, pemerintah juga dapat diajak bekerja sama untuk saling
membantu.
Ibu Menteri juga mengatakan bahwa anak-anak dan remaja penderita
kanker perlu support agar cepat sembuh. Mereka masih dalam masa pertumbuhan
yang semestinya bisa belajar, bermain, bersenda gurau dengan teman-teman. Hadirnya
bangsal itu tadi, penderita kanker dapat lebih bersemangat dan bergairah, menggapai
sembuh selama dirawat.
Satu dari banyak hal lainnya yang perlu diberi catatan adalah
Kolaborasi Prudential dan YOAI ini telah memberi donasi mesin Apheresis. Mesin
ini untuk memisahkan sel-sel darah, baik untuk pasien yang sedang menjalani terapi
juga melakukan transfusi darah.
Donasi mesin tersebut diberikan untuk RSCM & RSKD Jakarta,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSUP Sanglah Denpasar, Bali; RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta,
RS Universitas Hasanuddin Makassar, dan RSHS Bandung. Jauh sebelum bangsal
remaja ini hadir, Prudential Indonesia juga telah memberi bantuan untuk
renovasi bangsa ana-anak.
Apa yang dilakukan Prudential Indonesia menjadi wujud nyata
#WeDoGood Perusahaan kepada banyak orang, terutama lembaga kesehatan (rumah
sakit). Sebagai bukti nyata kepedulian Prudential Indonesia kepada kesehatan
anak-anak bangsa, karena mereka adalah aset terbesar negara di masa depan,
terutam juga keluarga.
Kepedulian Prudential Indonesia dan YOAI perlu mendapat apresiasi
tinggi. Menjadi catatan bersama, bahwa Prudential Indonesia dari 2003 s.d. 2018
sudah mendukung pendanaan 6.642 pasien anak-anak dari penggantian biaya medis
dan penggunaan mesin apheresis. Di 2013-2018, seminar & sosialisasi
kesadaran terhadap kanker anak sudah dilakukan pada 12.342 orang melalui YOAI.
Inilah bukti nyata Community Investment Prudential Indonesia yang
memberikan dampak positif pada semua orang. Selain itu juga memberikan
pengajaran literasi keuangan untk perempuan di Indonesia bagian Timur agar
melek keuangan, juga pemberian bantuan untuk mereka yang terkena bencana alam.
Kapan lagi We Do Good kita lakukan, kalau tidak dari sekarang. Bersama,
pasti kita bisa!
0 comments:
Post a Comment