Indonesia memang unik.
Tiap daerah punya ciri khas kuliner masing-masing. Keragaman yang ada
di Indonesia sungguh luar biasa. Memang, kuliner menjadi salah satu
budaya yang tak terpisahkan dari setiap daerah di Indonesia. Makanan
menjadi unsur penting dalam tradisi dan budaya di berbagai provinsi.
Makanan khas suatu daerah menjadi lambang, gelaran, dan bahkan
sebagai daya tarik untuk para wisatawan berkunjung ke daerah
tersebut.
Kali ini,mencoba mengangkat kulinaria yang ada di Kepulauan Celebes aka
Sulawesi, tepatnya di kota Angin Mamiri, Sulawesi Selatan. Provinsi
yang dikelilingi lautan itu punya cita rasa tersendiri dalam
mengelola makanan. Sulawesi Selatan, sebagai salah satu provinsi di
bagian paling selatan Sulawesi. Dahulu orang biasa menyebutnya dengan
nama Ujung Pandang, kini beralih nama menjadi Makassar.
Keistimewaan
Pulau
Sulawesi menyimpan banyak misteri selain kulinernya. Salah satunya
tentang karamnya kapal peninggalan Perang Dunia Ke-2. Contohnya kapal
Maru, kapal perang milik Jepang yang tenggelam pada kedalaman sekitar
30 meter. Ada juga kapal kargo Hakko Maru buatan Belanda. Kini,
kapal-kapal tersebut telah berubah menjadi karang indah sebagai
“rumah” ribuan biota laut beragam bentuk. Keindahan itulah yang
banyak menarik wisatawan lokal & mancanegara.
Selain
misteri dan keindahan alamnya, para wisatawan dapat pula menikmati
sunrise dan sunset dalam satu posisi yang sama. Di pulau itu pula
wisatawan dapat menikmati kelezatan beragam seafood segar yang
dimasak dengan cara unik. Seafood diletakkan di atas batok kelapa
lalu ditutupi dedaunan pohon yang tumbuh di sekitar pulau. Dengan
begitu, aroma asap arang batok kelapa cepat tercium karena terbawa
angin. Karenanya, dapat menggugah selera makan.
Kulinaria Khas Makassar
Coto, Sangat Khas Makassar
Makanan
satu ini bukan soto, tetapi coto. Coto Makassar hanya berisi daging
dan bumbu-bumbu berkuah kaldu. Bahan utama daging sapi. Untuk yang
tidak bermasalah dengan kolesterol, dapat pula menikmati jeroan sapi
seperti usus, hati, paru-paru, jantung, babat, bahkan otak. Soal
rasa? Jangan ditanya, sungguh nikmat. Berasa gurih, aroma khas keluar
dari rempah yang bernama jinten halus yang dicampurkan ke dalam kuah.
Orang Makassar menggilai makanan ini. Tak heran, warung-warung coto
ada yang buka 24 jam nonstop. Bumbu coto terdiri dari serai, laos,
ketumbar, jinten, bawang merah, bawang putih, garam, daun salam,
jeruk nipis, dan kacang. Umumnya, coto ini disajikan dengan ketupat.
Di sebuah kota bagian Tenggara Makassar, bernama Jeneponto, coto
di-topping dengan daging kuda.
Sop Konro, Iga Spesial
Selain
coto, konro menjadi hidangan paling ternama di nusantara. Sop
berbahan dasar tulang iga sapi atau kerbau. Dimasak dengan beragam
rempah dan disajikan hangat bersama nasi putih, sungguh nikmat luar
biasa. Rasanya cukup familiar. Tapi lidah kita tetap perlu
dipersiapkan untuk menikmatinya. Sensasi makan konro juga luar biasa.
Kita harus menggigit serat-serat daging yang masih menempel pada
tulang. Selain itu, menyedot sumsum dan menikmati gurihnya kuah.
Bumbu khasnya terdiri dari serai, jinten, keluwak, bawang merah,
bawang putih, dan perasan jeruk nipis. Hmm... terbayangkan
aroma dan kelezatannya? Tersedia juga konro bakar, yaitu iga atau
rusuk sapi yang dibakar bersama rempah-rempah.
Ulu Juku, “Pesta”
Kepala Ikan
Dalam
bahasa Bugis atau Makassar, Ulu Juku berarti kepala ikan. Tetapi,
maksud secara khusus adalah gulai atau sup kepala ikan kakap merah
yang besar. Kepala ikan dimasak bersama santan, rempah-rempah, lantas
diberi taburan bawang goreng. Bentuk dan aromanya sungguh
membangkitkan selera. Kepala ikan kakap itu dimasak cukup lama
sehingga dagingnya berasa lembut. Rasa gurih dipadu bumbu sangat
meresap. Sup kepala ikan ini dapat dihidangkan bersama nasi. Kita
dapat segera menemukan sensasi tatkala membongkar kepala ikan,
mengambil daging di sela-sela tulang, lantas menyeruput kuahnya yang
gurih.
Pallu Mara,
Sup Ikan Kuning Asam
Jenis
kuliner yang satu ini sangat menggoda. Sup ikan segar berwarna
kekuning-kuningan karena berbahan rempah kunyit. Melirik warnanya,
kita segera membayangkan kelezatan dan kesegaran rasanya. Pallu Mara
dapat dihidangkan bersama nasi putih. Warna kuning pada masakan Pallu
Mara berbahan ikan ini, sepertinya juga sebagai penghilang aroma
amis ikan. Rasa kuahnya merupakan perpaduan aroma kunyit dan asam
jawa. Sungguh segar, daging ikannya pun lembut. Ikan yang menjadi
bahan utama, dapat berupa ikan cakalang, bandeng, juga lamuru. Bumbu
terdiri dari kunyit, buah asam, belimbing asan/wuluh, bawang merah,
bawang putih, cabe, serai, dan daun kemangi.
Pallu Basa, Daging
Sangrai Kelapa
Pallu
Basa menjadi salah satu makanan berkuah kaldu kental. Rasanya sangat
gurih, dengan topping daging atau jeroan sapi juga kerbau. Rasa gurih
itu datang dari kelapa yang disangrai hingga berwarna cokelat dan
ditaburkan ke dalam kuah. Dapat dimakan bersama nasi putih. Di
beberapa tempat makan di Makassar, orang sampai antre hanya untuk
sepiring Pallu Basa. Seperti di jalan Serigala atau Onta Lama. Kita
harus rela sabar menanti. Meski bahan dasarnya sama, tetapi setiap
warung punya racikan khusus yang membuatnya beda. Bumbu kuah Pallu
Basa terdiri dari asam jawa, serai, lengkuas, garam, gula, bawang
merah, bawang putih, ketumbar, lada, dan kelapa parut sangrai. Ada
pula sambal untuk yang suka pedas.
Barobbo, Bubur Bugis nan
Nikmat
Namanya
unik. Merupakan bubur berbahan dasar beras dimasak bersama
bumbu-bumbu, dicampur sayuran seperti labu, jagung, bayam, dan
kangkung. Makanan ini sangat cocok dimakan bersama ikan asin goreng
maupun perkedel jagung. Dapat dihidangkan bersama pelengkap sambal
tomat. Bahan utamanya terdiri dari beras, sayur mayur, bawang merah,
bawang putih, dan garam. Beras direbus bersama bumbu yang sudah
diracik hingga lembut. Lalu dicampur sayur seperti bayam atau
kangkung, labu kuning, dan jagung yang diparut. Agar tetap nikmat,
Barobbo harus disajikan hangat. Rasanya segar dan gurih dengan
tekstur nasi yang sangat lembut. Barobbo hampir mirip dengan bubur
Manado yang biasa disebut Tinutuan.
Pisang Epe, Pisang Bakar
Aneka Topping
Pantai
Losari dan Pantai Tanjung Bunga tak hanya istimewa karena sunset dan
kehangatan daerahnya. Pantai yang terletak di pesisir dari kota
Makassar itu istimewa karena ada salah satu sajian lain dari yang
lain, yaitu pisang epe. Makanan khas Makassar itu terbuat dari pisang
kepok agak mengkal yang dibakar lantas dibuat gepeng atau dipipihkan.
Kemudian, pisang tersebut disiram dengan saus gula merah. Kini,
pisang epe banyak dimodifikasi dengan beragam topping. Ada keju,
cokelat, susu, dan sebagainya. Penjual pisang epe biasanya mangkal di
sekitar pantai Losari dan Tanjung Bunga dengan gerobak.
Es
Pallu Butung, Kesegaran ala Makassar
Bahan dasar es ini terbuat dari pisang kepok matang yang dikukus lalu
dipotong-potong. Dimasak bersama santan yang dicampur terigu, gula
pasir, vanili, daun pandan, dan sedikit garam. Biasanya disajikan
dengan sirup merah. Orang Makassar biasanya menyantap es ini di siang
atau sore hari. Paduan antara rasa segar dan manis membuat
tenggorokan terlepas dari dahaga.
Es Pisang Hijau, Pisang
“Berselimut”
Es ini
terbuat dari pisang raja yang dililit dengan adonan tepung terigu,
santan, dan air daun pandan. Pandan atau daun suji merupakan pewarna
hijau alami yang dipakai sekaligus sebagai pengharum. Pisang
“berselimut” warna hijau itu disajikan dengan saus tepung beras
yang ditopping dengan es serut dan sirup. Biasanya disajikan sebagai
dessert setelah main course.
Barongko, Dessert Asli
Bugis
Ini
merupakan makanan penutup yang dibuat dari adonan pisang kepok halus,
santan, dan telur. Adonannya dibungkus daun pisang lantas dikukus.
Untuk membangkitkan selera makan, adonan sering dicampur buah nangka.
Karenanya, aroma harum dan khas muncul. Tekstur makanan itu sangat
lembut, dan terasa gurih di lidah. Paduan antara nangka dan daun
pisang sebagai pembungkus menjadikan makanan itu khas. Barongko lebih
nikmat disajikan saat dingin.
Dangke, “Keju” ala
Enrekang
Dangke
ini sebenarnya susu kerbau yang diolah secara tradisional. Makanan
khas dari Enrekang. Bentuk dan rasanya mirip keju dan makanan langka
di kota Makassar karena jarang dijumpai. Bentuknya padat. Pemadatan
dibuat dengan cara memberikan enzim papain dari getah pepaya. Enzim
tersebut berfungsi memisahkan air dengan protein. Dangke ini dapat
langsung dimakan, digoreng, bahkan dipanggang. Rasanya gurih dengan
aroma menyerupai keju permesan. Di Enrekang, Dangke dimakan dengan
Pulu Mandoti, makanan yang terbuat dari beras ketan.
0 comments:
Post a Comment