Namanya tercatat sebagai
satu dari delapan penerima beasiswa di NTU dari pemerintah Singapura. Sosoknya
terlihat begitu cheer saat menyampaikan perusahaan yang digawanginya,
ruangguru.com. Adamas Belva Devara, sosok penting dalam startup yang
didirikannya bersama Iman Usman.
Belva biasa disapa,
telah ditanamkan banyak nilai-nilai penting dalam kehidupannya oleh kedua orang
tuanya. Salah satu nilai itu adalah pendidikan. Meski berasal dari keluarga
dengan ekonomi cukup, tetapi kedua orang tuanya selalu ingin memberi pendidikan
layak untuk anak-anaknya, termasuk dirinya.
Menurutnya, pendidikan
itu sangat penting sebagai investasi masa depan. Wajar, selama menempuh studi
Belva selalu menjadi yang terbaik. Karenanya banyak mendapatkan tawaran
beasiswa untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Ruangguru telah banyak
melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah, sekitar 34 provinsi telah
menjalin hubungan kerjasama tersebut. Ada sekitar 500 kota/kabupaten yang telah
bekerjasama termasuk pemerintah daerah.
Ruangguru sendiri
berdiri pada 2014 yang digawangi oleh dirinya dan Iman Usman. Mereka berdua
memang sangat beruntung, karena bisa melanjutkan pendidikan di universitas
terbaik di dunia.
Di Indonesia, menurut
Belva, masih banyak anak-anak Indonesia yang jauh lebih pintar, tetapi tidak
memiliki kesempatan yang sama seperti kami berdua. Inilah alasan kenapa Belva
dan Iman mendirikan ruangguru. Hal ini menjadi jawaban dari permasalahan
pendidikan yang ada di Indonesia pula.
Menurut Belva,
pendidikan Indonesia tidak begitu bagus. Indonesia berada di peringkat kedua
terbawah. Profesornya sendiri beranekdot untuk menghitung berapa lama
pendidikan di Indonesia ini mesti berubah. Profesornya menghitung pendidikan
yang hanya berada di Jakarta.
Akhirnya, keluarlah
angka, Jakarta perlu waktu 128 tahun untuk mengubah pendidikan agar lebih baik.
Menurut Belva, banyak
sekarang keluar kalimat, “Indonesia Emas 2030-2045”, tetapi sebenarnya kalau
melihat Indonesia ke depannya, bahwa anak-anaklah yang nantinya mendapat
tongkat estafet ke depannya seperti apa.
Akan tetapi, kalau
pendidikan anak-anak ini tidak terjamin, Indonesia emas dan segala hal yang
tersemat di dalamnya, hanya mimpi. Kalau tidak ada gebrakan, business as usual,
kita tetap perlu waktu 128 tahun itu
tadi untuk memajukan pendidikan di tanah air.
“Pendidikan Indonesia
menjadi pendidikan nomor empat terbesar di dunia. Kenapa pendidikan di
Indonesia masih kurang? Hal ini bukan karena bujetnya kurang. Bujetnya sudah
20% dari anggaran belanja negara dan ini termasuk besar sekali,” urai Belva.
Di tahun 2018, anggaran
pendidikan negeri ini mencapai 414 Triliun. Permasalahan terbesarnya adalah
tidak ada data pendidikan yang valid. “Kalau fundingnya banyak tetapi sporadis
hal ini yang mengakibatkan pendidikan di Indonesia tidak fokus. Otomatis jadi
sia-sia,” tutur Belva.
Apa yang bisa ditawarkan
ruangguru? Learning management system yang sudah banyak dikerjasamakan dengan
pemerintah daerah. Melalui sistem tersebut, siswa bisa belajar, latihan soal
secara online. Guru-gurunya pun bisa memberikan pekerjaan rumah tambahan secara
online. Semua kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dapat dikelola (manage)
dengan online. Ruangguru menyediakan ini semua secara gratis, dan tidak
menyentuh APBN maupun APBD.
Kenapa ruangguru bisa
memberikan hal ini secara gratis? Mereka harus konsisten. Karena, begitu mereka
masuk, akan juga dihadapkan pada teknologi. Anak-anak sekarang lebih digitally.
Anak-anak sekarang, nonton
TV juga jarang, nontonnya Youtube. Sehari-hari selalu berteman gadget (sosmed).
Jadi, ruangguru juga mulai melihat adanya shifting. Dari yang tadinya belajar
lewat buku dan metode konvensional. Tapi sekarang sudah melalui gadget.
Ternyata ruang guru
sekarang menjadi salah satu aplikasi terbesar dan menjadi nomor tiga di Asia.
Seberapa besar dan banyak siswa-siswa tersebut mendapatkan benefit dari
aplikasi tersebut.
Di seluruh
kota/kabupaten, ruang guru membuat beragam workshop. Jadi ruangguru ingin
membuat gerakan. Gerakan, karena pendidikan di Indonesia ini tidak bisa
dipecahkan oleh orang per orang saja. tetapi mesti bersatu dan bekerjasama
dengan pemerintah sekolah.
Setiap sekolah bisa saja
dilakukan workshop. Semisal dengan kepala sekoah, bagaimana caranya mereka
memakai ruang guru, mendapatkan data, dari sistem online.
Sistem online, ruangguru
ingin memberikan data yang tadinya pemerintah tidak punya, ruang guru bisa
sediakan. Seperti ruang belajar mengajar. Dalam kelas tersebut mana bagian kelas
yang bocor. Dalam satu kelas, murid-murid nama yang cerdas.
“Seberapa banyak
siswa-siswi mendapatkan pembelajaran dari aplikasi ruanguru.com, itu yang
selalu membuat kami energized,” tutup Belva.
Inilah kebangkitan
anak-anak muda Indonesia dengan keinginan dan kegigihan untuk memajukan
Indonesia, mereka bangkit dan berdaya untuk negara.
Baik William, Heni, dan
Belva bukan berarti mereka tidak pernah terpuruk dalam menggapai apa yang
dicita-citakan. Mereka bangkit dan memberikan daya untuk kemajuan anak-anak
bangsa dan negara dengan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki. Bangkit dan
berdayalah anak-anak muda Indonesia untuk Indonesia yang lebih jaya.
2 comments:
Semoga kelak anak saya Azzam bisa menjadi enterpreneur dan bisa berdayakan banyak orang, bukan hanya menjadi pegawai..
Sudah saatnya kita jadi boss untuk diri sendiri Mba. Ga mengandalkan gaji dari orang lain.
Post a Comment