Friday, July 18, 2014

Imaginative Writing: Menulis dan Menerbitkan Buku Itu Gampang


"Sulit jika kita mengatakan sulit"

Menulis lalu menerbitkan buku dan dibaca banyak orang impian setiap penulis. Namun, proses penulisan dan kesempatan untuk menerbitkan sering menjadi kendala penulis. Penentuan tema, penokohan/karakter, latar atau setting (tempat), sudut pandang, gaya bahasa, amanat, dan alur cerita menjadi kendala umum yang dihadapi penulis. Belum lagi ketika penulis ingin menggambarkan atau menceritakan sesuatu yang belum pernah dilihat dan dirasakan langsung.

Memulai Imaginative Writing
Sebuah buku, seperti novel tidak harus berisi ratusan halaman tebal. Yang perlu kita lakukan adalah memanfaatkan imajinasi kita ketika menulis. Itulah yang disebut imaginative writing, yaitu proses menulis kreatif yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penulis dengan cara-cara imajinatif, terlihat unik, dan puitis. Penulis menuangkan ekspresi perasaan dan ide-ide tanpa ada batasan secara faktual, ditulis secara ekspositoris logis.

Persiapan ketika kita ingin memulai imaginative writing:

1.      Kejelasan
Tidak membingungkan orang. Artinya, ketika tulisan dibuat pembaca langsung memahami arah yang akan dituju.

2.      Bentuk                      
Ada tiga bagian yaitu awal, tengah, dan akhir. Awal: harus dapat menarik pembaca dan ending yang memuaskan. Hal ini berlaku untuk cerita fiksi, memoar, esai pribadi, otobiografi, dan cerita anak-anak. Terkadang, penulis jenius mengabaikan ini, tetapi kebanyakan kita tidak jenius jadi tidak bisa mengabaikan hal ini.

3.      Emosi                        
Ada emosional dan pembaca peduli terhadap hal-hal protagonis yang dibangun. Seperti menangis, tertawa, takut, atau merasakan sesuatu.

4.      Arti dan Koneksi     
Arti di sini mengacu kepada orang atau situasi, pembaca dapat terhubung dengan hal-hal yang terjadi dalam cerita (larut dalam cerita). Baik itu cerita seorang penulis yang dapat dimasuki lebih dalam oleh pembaca, juga hiburan dari sebuah tulisan, humor, dan sebagainya. Dalam beberapa cara, penulisan tersebut dapat terhubung ke seluruh dunia.

5.      Bahasa                       
Penulis sangat peduli dengan kata-kata karena itu menjadi sebuah kekuatan. Penulis sudah semestinya mencintai bahasa.

Untuk mengembangkan ide sebuah tulisan imajinatif dapat berasal dari:
Ø  Cerita pendek
Ø  Puisi
Ø  Surat diri (baik untuk masa depan atau masa lalu)
Ø  Surat untuk orang lain
Ø  Diary
Ø  Prolog atau epilog
Ø  Pidato
Ø  Autobiografi dan sebagainya

Hal-hal yang harus dipaparkan dalam prosepenulisan imajinatif:
Ø  Topik                          : Apa yang ditulis
Ø  Tone                           : Bagaimana suara tulisan Anda (Konsistensi selama menulis)
Ø  Struktur dan Fitur      : Apa bentuk yang Anda pilih akan terlihat dan berisi sebagai   isi sebuah cerita Anda
Ø  Pesan                          : Apa pesan yang ingin disampaikan
Ø  Audiens                       : Apa yang akan Anda katakan kepada pembaca
Ø  Bahasa                         : Bagaimana Anda ingin mengatakannya

Mengolah  Imajinasi Menjadi Tulisan
Sebuah imajinasi jika disusun dengan baik akan menghasilkan sesuatu yang sangat luar biasa. Mengapa? Karena sesuatu itu tidak akan terbentuk secara luar biasa apabila Anda tidak berimajinasi.

Menulis menjadi magnet tersendiri untuk mereka yang menyukai dan menikmatinya. Di situ seakan-akan Anda membentuk dunia baru yang diinginkan dan membuat tokoh-tokoh yang ingin dimainkan. Penulislah sebagai dalang dari tokoh-tokohnya tersebut. Penulis berimajinasi dan sah-sah saja memutar balikkan nasib dan takdir para tokoh yang dibuatnya dengan sekehendak hati. Akan tetapi, penulis harus tetap berada di jalur logika cerita agar cerita yang dibuat menjadi lebih menarik dan masuk akal, apabila tulisannya ingin dibaca khalayak ramai.

Fiksi, sebagai sebuah tulisan yang mendasarkan pada imajinasi atau karangan cerita dari penulis. Seperti cerpen, novel, atau film. Akan tetapi, jangan salah meski hanya mengandalkan kekuatan imajinasi, perlu dilakukan riset kecil untuk tema yang akan ditulis agar isi cerita lebih berbobot dan hidup.
Saat penulis membuat sebuah tulisan, berikanlah “sesuatu” untuk pembaca. Baik itu ilmu pengetahuan, motivasi, hikmah hidup, hal-hal baru yang bermanfaat untuk pembaca meski hanya tulisan fiksi.

Semua imajinasi Anda dapat dikemas dalam sebuah cerita menarik dengan gaya Anda sendiri. Tulislah semua yang ada dan terlintas dalam pikiran Anda. Setelah selesai, coba Anda baca kembali dan saat dirasa masih ada hal-hal yang kurang mendukung atau mengganjal di pikiran, langsung hapus dan tulis kembali dengan kalimat atau kata yang menurut Anda lebih baik, enak, dan pas.
Jadi, jika Anda ingin menjadi penulis dari sekaranglah bergerak. Ambil pensil, pulpen, spidol, atau alat menulis apapun yang dapat Anda gunakan. Kertas kosong, buku diary, laptop, PC sekalipun, segeralah menulis!

Semakin sering Anda merangkai kata demi kata, suatu hari nanti Anda akan menemukan hal-hal yang mengagetkan saat kata itu terangkai menjadi kalimat dan hidup serta memukau. “Semua orang bisa menulis, tetapi tidak semua orang bisa menulis dengan baik dan benar.”

Ketika proses penulisan selesai, penulis dihadapkan lagi untuk menerbitkan buku. Mulai dari naskah tidak sesuai genre penerbit hingga harus bersaing dengan penulis senior. Berakhir kecewa!

Kini, tak sulit lagi menerbitkan buku.  Menerbitkan buku tak hanya di penerbit konvensional. Buku pun tak lagi hanya dapat dinikmati dari lembaran-lembaran kertas yang kita beli di toko buku. Teknologi digital berkembang semakin pesat. Kita dapat memanfaatkan aplikasi digital untuk menerbitkan buku melalui penerbit buku digital.

Dengan cara itu buku dapat lebih mudah diperoleh, diakses, dan dibaca banyak orang.
Tentu, hadirnya aplikasi itu membuat dan menerbitkan buku menjadi gampang. Melalui persiapan materi penulisan yang baik dan pemanfaatan aplikasi penerbitan digital, dapat memberikan peluang lebih besar untuk penulis yang ingin menerbitkan buku.
(Jun W-Chief  Editor Aksaramaya Publisher/Pustaka Maya)

SESAL KEMUDIAN TAK BERGUNA

Sudah lama tersimpan dalem kompi, akhirnya keluar juga. Ditambah lagi, udah lama ga ngeblog. Sekalian memperlancar jemari yang mulai kaku. Mengolahragakan pergelangan tangan yang mulai sakit-sakitan. Panggilan jiwa yang mulai meraung-raung harus segera diisi di bolong-bolong kecil otak. Untaian kalimat cerita berikut semoga jadi pembelajaran baik da berharga buat kita dan banyak orang. 

Di dalam sebuah hutan, hiduplah sepasang Rubah. Rubah itu memiliki seorang anak laki-laki. Mereka hidup bahagia dan dalam kedamaian. Rubah itu selalu mengajak anak laki-laki satu-satunya bercanda dan bersenda gurau. Saat malam, mereka sering bernyanyi dengan suara lantang. Akibatnya, penunggu hutan yang lainnya, merasa terusik.
Lion sebagai raja hutan, tidak tahan mendengar suara berisik dari keluarga Rubah tersebut. Raja hutan ribut dan mengamuk. Sepasang Rubah itu pun diserangnya secara membabi buta. Bapak Rubah melawan dengan sekuat tenaga. Saat masih berkelahi, Pak Rubah meminta kepada anaknya yang masih kecil untuk berlari menyelamatkan diri.


Begitu takutnya Rubah kecil itu. Dengan perasaan takut yang masih menyelimuti, Rubah kecil berlari sekuat tenaga. Sementara, ayah dan ibunya masih berkelahi sekuat tenaga melawan Raja Hutan yang bengis. Meskipun begitu, tetap saja kedua Rubah itu tidak mampu menghadapi Raja Hutan, mereka akhirnya tewas mengenaskan di tangan Raja Hutan. Sementara, Raja HUtan mengalami luka cukup parah.
Rubah kecil terus berlari hingga tenaganya habis. Di tengah jalan sang Rubah kecil jatuh pingsan. Kakinya luka-luka terkena duri dari dalam hutan. Ketika itu, lewatlah sepasang kerbau hutan. Mereka begitu iba melihat anak Rubah kecil itu kelelahan dan kaki luka terkena duri. Akhirnya, sepasang kerbau hutan itu menolong anak Rubah.

“Ibu, ayo kita tolong dan bawa pulang anak Rubah kecil malang itu”, kata Bapak Kerbau.
“Iya Pak, kelihatannya dia tidak jahat!” jawab Ibu Kerbau.

Anak Rubah kecil itu dibawa pulang dan diasuh dengan penuh suka cita oleh sepasang Kerbau hutan hingga sembuh. Memang, kebetulan sekali, keluarga Kerbau belum memiliki anak. Akhirnya, keluarga Kerbau mengangkat anak Rubah itu menjadi anak mereka.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Rubah kecil yang malang itu, sekarang tumbuh menjadi dewasa dan berbadan kekar. Dia juga sangat rajin membantu kedua orang tuanya, meski itu orang tua angkat. Oleh karena itu, keluarga Kerba Hutan begitu mencintai dan menyayanginya.
Hidup dalam kedamaian dan ketenangan selama bertahun-tahun, tanpa disangka, induk kerbau melahirkan anak kerbau kecil yang sehat dan cerdas. Begitu senangnya keluarga kerbau hutan, termasuk juga Rubah. Mereka begitu bergembira akan kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga itu.

Beberap bulan sudah berlalu, Ibu Kerbau harus membantu sang suami berladang. Mereka menanam padi di sawah. Ketika itu, Ibu dan Bapak kerbau menitipkan anaknya yang masih kecil kepada Rubah. Rubah pun dengan setia menunggui adik angkatnya itu dengan riang gembira.
Begitu setianya sang Rubah menunggui adik angkatnya. Jangankan hewan-hewan ganas yang akan mengganggu, nyamuk dan hewan kecil lainnya dia usir. Oleh karenanya, bayi kerbau itu dapat beristirahat dengan tenang dan tidur nyenyak.

Menjelang siang, Induk dan Bapak Kerbau pulang dari ladangnya. Akan tetapi, keduanya sangat kaget dan terkejut melihat dari kejauhan anak angkat mereka berlari kencang bersimbah keringat.

“Paaaak, bapaaak! Ibuuuuuu! Cepaat pulang!” teriak Rubah sekencang-kencangnya.
“Apa yang terjadi” tanya Induk Kerbau dengan tatapan curiga saat melihat begitu banyak darah di moncong dan hidung Rubah.
“Ada apa engkau berlari-lari ke ladang? Bukankah kami memintamu menunggui adik di rumah?”. Jangan-jangan… Oh! Apakah engkau melahap adikmu sendiri?”
“Kurang ajar!”
“Tid… tidak pak, bu…!”
“Pak, mulutnya banyak darah, jangan-jangan anak kita sudah dimakannya. Hajar saja dia Pak. Benar-benar anak Rubah tidak tahu balas budi!” kata Induk Kerbau.

Tanpa menungu dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Kerbau memukul dan menghajar anak Rubah dengan kayu balok, sehingga anak Rubah itu jatuh pingsan dan terkapar di tanah. Begitu amarahnya Bapak Kerbau, anak Rubah itu dilempar ke dalam sungai yang mengalir deras.

“Pak, cepat lihat bayi kita!” Induk Kerbau meminta suaminya untuk segera melihat anak mereka.
Mereka tergesa-gesa berlari menuju rumah.
Apa yang ditemukan Induk dan Bapak Kerbau itu? Ternyata bayi mereka masih tidur dengan nyenyaknya. Anak mereka selamat dan tidak kurang apapun juga. Di dekat anak Kerbau itu terlihat bangkai Ular Piton yang sangat besar dengan kepala hampir remuk dan badan tercabik-cabik.
“Oh Tuhan,…jadi, Rubah itu telah menyelamatkan anak kita dari lilitan Ular Piton yang besar ini”, kata Induk Kerbau.

“Oooh Bu… bu… kita telah bertindak tanpa berpikir dan bertanya terlebih dahulu kepada Rubah”, ucap Bapak Kerbau kepada istrinya dengan raut wajah menyesal. Mereka berdua segera berlari menyusuri aliran sungai ketika anak Rubah itu mereka lemparkan. Akan tetapi, usaha mereka sia-sia. Rubah yang malang itu tidak dapat ditemukan lagi. Apakah sudah mati tenggelam atau hanyut dibawa aliran sungai yang deras itu. Tidak ada yang tahu.