Monday, November 21, 2016

Jakarta Street Food Festival: Makanan Boleh Kaki Lima Tapi Rasa Bintang Lima



Waaw! Itu kata yang keluar dari mulut saya tatkala merasakan dan melihat sendiri ragam kuliner negeri ini di ajang Jakarta Street Food Festival. Untuk keempat kalinya, helatan ini di gelar di area Kelapa Gading yang menjadi ikon pusat kuliner, tepatnya di La Piazza , Summarecon Kelapa Gading.

Jakarta Street Food Festival, La Piazza Kelapa Gading
Foto: Dok. Pribadi
Ini merupakan gelaran festival kuliner yang menyajikan ragam kuliner jajanan mengambil konsep makanan kaki lima atau street food. Otentik, tak hanya berasal dari negeri sendiri, tetapi juga dari beberapa negara di dunia. Jakarta Street Food Festival digelar mulai tanggal 11 hingga 27 November 2016.

Jakarta Street Food Festival kali ini tak hanya menghadirkan kuliner saja, akan tetapi ada hal baru yang dimunculkan, apa itu? Ya, arena Pasar Malam yang lengkap. Lengkap karena hadir beragam permainan dan pernak-pernik khas pasar malam. Hal itu sangat pas untuk keluarga. Arena Pasar Malam itu juga menghadirkan jajanan ringan yang dapat dinikmati bersama keluarga. Pasar Malam itu hadir lebih lama, mulai 11 November hingga 11 Desember 2016.

Hmm… langkah kaki saya rasanya ingin segera menjejak di JSFF, La Piazza. Saya ingin berburu makanan-makanan pinggir jalan yang aduhai. Ya, tak berselang lama, perburuan kuliner kaki lima segera saya lecutkan.
Gerai sate Taichan di Jakarta Street Food Festival
Foto: Dok. Pribadi
Ada satu jenis sate yang menggoda mata saya. Sate itu, di kalangan anak muda ibukota jadi pembicaraan hangat dan ngetrend. Dibuat dari daging ayam tanpa kulit. Dipotong-potong dadu berukuran sekitar 1 x 1 cm. Sausnya terbuat dari cabe merah ditambah sedikit air dan bumbu-bumbu yang aduhai pedasnya dan membuat alat pencecap saya ingin nambah.
Sate Taichan Babe sebelum dicampur saus
Foto: Dok. Pribadi
 “Sate ini dapat dibuat oleh siapa saja dengan nama yang sama. Tidak ada Franchise dari nama sate tersebut. Berasal dari nama Jepang, Taichan. Dapat dimakan dengan lontong juga nasi. Untuk yang tidak suka pedas, kami menyediakan bumbu Jepangnya”, ucap Abigail sang pemilik yang ternyata berasal dari Tegal tersebut.
Gabriel, salah seorang pemilik sate Taichan Babe
Foto: Dok. Pribadi
Satu porsi sate Taichan terdiri atas sepuluh tusuk sate, delapan potong lontong, bawang goreng, dan saus cabe atau saus original (sesuai selera). Mengapa sate ini begitu laris? Ya, sate dengan cita rasa pedas dan bumbu-bumbu di dalam sausnyalah yang membuat orang ketika mengunyah ingin tambah lagi. Harga satu porsi relatif murah, hanya Rp27.000.

Sate Taichan setelah dicampur saus cabai. Rasanya...Nendang!
Foto: Dok. Pribadi
Mungkin saya memang sedang lapar mata dan lapar perut. Setelah menyantap sate Taichan yang bikin  mulut megap-megap, lidah saya tak ingin berhenti sampai di situ saja. Gulai Balungan Sapi Bon Bon jadi incaran saya. Melihat dengan mata kepala sendiri, balung ( Jawa = tulang) yang masih berisi daging di sekitarnya dengan potongan relatif besar, memacu gastronomi saya untuk minta asupan.

Gerai Gulai Balungan Sapi Bon Bon di Jakarta Street Food Festival
Foto: Dok. Pribadi
Gulai Balungan Sapi Bon Bon dengan cita rasa gurih memang pas di makan saat perut dalam kondisi benar-benar lapar. Apalagi ditambah dengan sambal cabe rawit hijau dan merah. Selera makan makin menjadi-jadi.
Gulai Balungan Sapi Bon Bon dengan rasa aduhai
Foto: Dok. Pribadi
Isi satu porsi lumayan padat, terdiri atas tiga potong balung iga, lontong yang dibuat terpisah, potonga kentang goreng, irisan bawang daun, tomat, irisan tomat, sambal, dan acar yang terdiri dari potongan nenas, ketimun yang diambil kulit hingga daging dipotong dadu, dan bengkuang potong dadu pula berbumbu cabai dihaluskan dan diberi sedikit gula.
Kuah gulai balung ini pun terasa wiwiwawaw  di lidah saya. Bagaimana tidak, campuran rempah dan cabe merah yang lumayan pedas segar mewarnai rongga mulut saya.

Ditambah lagi balung iga yang dipresto, saat ditarik dari tulang belulangnya cukup empuk. Meski terkadang ada juga beberapa daging balung iga yang “bersitegang” dengan gigi geligi saya. Satu porsi dihargai hanya Rp38.000 saja. Murah, kan?

 Tak berhenti hanya sekadar menikmati sate Taichan Babe dan Gulai Balung Sapi Bon Bon. Mata dan lidah ini terus mengamati kira-kira yang dapat dilahap dengan jilatan dan sedotan dan berasa manis dan dingin. Pilihan jatuh pada Ice Lava You. Selintas, tatkala diucapkan seperti Ai (s) lav yu (I Love You). Bongkahan es dihancurkan dengan mesin penghancur khusus es. Sebelum es ditumpuk dan diberi sirup beberapa warna, bagian bawah es diberi jelly. Kemudian disiram dengan sirup warna-warni yang manis. Ada juga yang dibalut dengan cokelat meleleh yang kemudian padat karena suhu dingin es.
Ice Lava You, rasanya bikin meleleh
Foto: Dok. Pribadi
Uniknya,  es ini seperti gunung dan terlihat besar, ditambah lagi dengan wadah untuk pegangannya dibuat dari karton yang diberi hiasan dan bunga-bunga cantik. Ini mungkin sebagai salah satu stragegi marketing Ice Lava You untuk memperoleh pelanggan. Boleh juga idenya. Satu porsinya dibanderol dengan harga Rp25.000 saja. Puas lhoo… nyeruput es porsi besar dengan harga segitu.

Gastronomi saya masih penasaran ingin mencoba menu lainnya. Pilihan jatuh  pada icip-icip milik Boss Madyang (Mas Rahab Ganendra). Namanya unik, singkat, dan mudah diingat, apalagi kalau bukan SIKEMON. Ya, SIKEMON ini tak lain adalah Singkong Keju Montok. Benar! Bahannya sudah pasti singkong. Tetapi singkongnya direbus terlebih dahulu dan diberi bumbu, kemudian digoreng.

Singkong Keju Montok, montok padat isinya
Foto: Dok. Pribadi
Setelah digoreng, ditiriskan beberapa saat untuk menurunkan minyak yang berada dalam singkong. Mulailah singkong ditata rapi dalam wadah bundar sempurna, ditaburi keju parut dan disiram mayonnaise dengan warna putih dan oranye. Soal rasa, nendang di mulut saya. Wadah bulat dengan diameter sekitar 10 cm itu penuh berisi singkong bercita rasa glamor. Karenanya disebut montok (penuh).

Singkong unik ini memberi perhatian lebih kepada saya, mengapa? Singkong, di tangan-tangan dan otak kreatif dapat disulap menjadi makanan berkelas.  Hebat! SIKEMON relatif murah juga enak, dihargai hanya Rp25.000 saja. Di dalam wadahnya sudah seperti mau tumpah saking montoknya.

Mencecap selanjutnya adalah SAGO. Jangan main-main dengan yang satu ini. Meski namanya singkat, tetapi sudah melanglang buana hingga mancanegara. Dari Indonesia hingga Singapura, juga ada di Hongkong sana. Ada beberapa aneka masakan yang dibuat, antara lain Red Bean Soup (Sup Kacang Merah), Black Glutineous rice (Beras Ketan Hitam), Ce Hun Tiau (semacam bubur campur dari kacang merah, beras ketan, bubur jali, dan salah satu jenis kue dicampur santan kental), juga Snow White Sago.

Black Glutinous Rice SAGO, perpaduan rasa gurih yang lezat
Foto: Dok. Pribadi
Pilihan saya jatuh pada bubur ketan hitam dan sup kacang merah. Sup kacang merah, kacangnya sangat lembut tetapi masih utuh terbungkus  dalam eksokarpus kulit. Sementara itu, endokarpus kacang sangat lembut dan lumer di lidah. Saya menduga-duga dengan kelembutan yang terjadi pada kacang merahnya itu. Benar dugaan saya, kacang merahnya direbus dalam jangka waktu cukup lama, sekitar dua jam. Lantas ditambahkan gula dan garam kemudian didiamkan beberapa dalam keadaan tertutup.

Penyajiannya dilakukan dalam keadaan hangat dengan diberi santan kental yang sedikit bergaram. Hal itu untuk menambah dan penyeimbang cita rasa dari kacang yang manis. Jadi, terdapat perpaduan rasa gurih saat kedua bagian itu bercampur di mulut.

Sementara itu, kita ketahui bahwa ketam hitam memiliki tekstur hampir mirip dengan beras biasa. Tetapi, beras ketan lebih cepat mengeluarkan lendir kental saat dimasak. Jika salah memasak, akan mentah di bagian dalamnya dan berasa keras. Apa yang saya rasakan saat ketan hitam ini singgah di lidah? Ya, rasa lembut perpaduan gurih santan yang memanjakan lidah saya. Satu lagi kuliner kaki lima negeri ini melanglang buana hingga ke Hongkong dan Singapura.  

Nah, untuk yang pertama kali baca tulisan ini àShifu Shao Kao, pasti belibet. Kalau dari negeri asalnya, Cina, nama ini merupakan nama jajanan sate pinggir jalan, seperti Cakue, Donat, Pisang Goreng, atau gorengan di pinggir jalan di Indonesia.

Shifu Shao Kao (Sate pingir jalan khas Cina) di Jakarta Street Food Festival
Foto: Dok.Pribadi
Sate-sate dari Shifu Shao Kao ini juga beragam. Ada sate daging, sosis, usus (jeroan) ayam, daging ayam, bakso. Otak-otak, kulit ayam,  sayap ayam, telur gulung, mantau, jamur Enoki, jamur Shimeji, Kangkung, Kucai, PakChoi, juga Jagung. Masing-masing sate harganya bervariasi, mulai Rp4.000—Rp10.000. Bumbu sate-sate ini bisa dipesan pedas atau biasa saja.
Aneka sate di Shifu Shao Kao
Foto: Dok. Pribadi

Arrghh… rasanya orbita saya tak pernah puas-puasnya belanja food street ini. Tetapi pencecap dan gastronomi saya mulai berteriak untuk segera beristirahat. Apa mau dikata. Sejenak menenangkan lambung dan gigi geligi dari asupan. Saya masih penasaran dengan food street lainnya. Mumpung masih ada waktu menjelang tanggal 27 November 2016, meluncur yuk ke La Piazza Kelapa Gading. Food Street yang menantang!!