Apa
yang terbayang di benak Anda ketika mendengar kata Malaria? Takut? Bergidik? Atau
biasa-biasa saja? Untuk orang-orang sudah pernah mengidap penyakitnya, tentunya
akan bilang takut dan bergidik. Sementara, untuk mereka yang memang tidak pernah
terjangkit penyakit ini mungkin
biasa-biasa saja. Akan tetapi, waspada dan memperhatikan lingkungan sekitar itu
sangat penting.
Malaria
menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian
terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, juga ibu hamil. Selain
itu, malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat menurunkan
produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di sebagian besar wilayah
Indonesia.
Dalam
rangka pengendalian penyakit malaria banyak hal yang sudah maupun sedang
dilakukan baik dalam skala global maupun nasional. Malaria menjadi salah satu
indikator dari target Pembangunan Milenium (MDGs), ditargetkan untuk
menghentikan penyebaran dan mengurangi kejadian insiden malaria saat sekarang
yang dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan dan angka kematian
akibat malaria.
Global
Malaria Programme (GMP) menyatakan bahwa malaria merupakan penyakit yang harus
terus menerus dilakukan pengamatan, monitoring dan evaluasi, serta diperlukan
formulasi kebijakan dan strategi yang tepat.
Di
dalam GMP ditargetkan 80% penduduk terlindungi dan penderita mendapat pengobatan
Arthemisinin based Combination Therapy (ACT). Melalui Roll Back Malaria
Partnership ditekankan kembali dukungan tersebut. Karena pentingnya
penanggulangan Malaria, maka beberapa partner internasional, salah satunya
Global Fund, memberikan bantuan untuk pengendalian malaria. Dalam pengendalian
malaria, yang ditargetkan penurunan angka kesakitannya dari 2 menjadi 1 per
1.000 penduduk.
Program
eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No
293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju eliminasi
dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh
pulau terkover untuk terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari
penularan malaria sampai tahun 2030.
dokter Elizabeth Jane Soepardi, MPH, DSc, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia [Foto: Dok http://nakita.grid.id] |
Pada
hari Selasa (24/04/2018) Kementerian Kesehatan RI mengadakan temu blogger dalam
rangka hari Malaria Sedunia yang jatuh pada 25 April 2018. Bertempat di Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Kuningan, Jakarta
Selatan.
Hadir
pada kesempatan itu sekaligus pembicara, Ibu Dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH,
Dsc, selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik Kementerian Kesehatan RI.
“Seberapapun
besar dana yang dikeluarkan pemerintah, kalau pemberantasan malaria tidak
didukung oleh masyarakat, tentunya, penyakit malaria tidak akan pernah tuntas,”
ucap Dokter Jane saat pemaparannya di
hadapan para blogger pada Selasa (24/04/2018).
Bagaimana Komitmen Pemerintah Terhadap Penyakit Malaria?
Sebenarnya,
sejak presiden pertama negeri ini ada, hingga presiden sekarang, bahwa Soekarno
sendiri telah memulai program pemberantasan malaria yang dilakukan di
Yogyakarta dengan menyemprotkan DDT.
Di
era SBY pada 2009, program eliminasi malaria mulai dicanangkan. Dan di era Jokowi
pada 2014 bersama kepala negara di Asia Pasifik telah berkomitmen mencapai
eliminasi malaria pada 9th East Asia Summit tahun 20130.
Ini
artinya, pemerintah memang konsen untuk mengentaskan penyakit malaria yang
menjadi momok penyakit menular hampir di seluruh negara di dunia, terutama di Indonesia.
Apa Sih Malaria Itu?
Malaria berasal dari bahasa Italia, yang
artinya mal (buruk) dan area (udara). Jadi, secara harfiah punya
arti penyakit yang sering timbul di daerah dengan udara buruk akibat lingkungan
buruk. Selain itu, dapat diartikan sebagai penyakit infeksi dengan gejala demam
berkala yang disebabkan parasit Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan
oleh nyamuk Anopheles betina.
Ada banyak istilah untuk malaria, yaitu paludisme,
demam intermitens, demam Roma, demam Chagres, demam rawa, demam tropik, demam
pantai, dan ague. Dalam sejarah tahun 1938 pada Countess d’El Chincon,
istri Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari malaria dengan kulit pohon
kina, sehingga nama quinine digantikan dengan cinchona.
Penyebab Penyakit Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh Protozoa genus
Plasmodium. Terdapat empat spesies yang menyerang manusia yaitu:
·
Plasmodium falciparum (Welch, 1897) menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana
maligna/malaria tropika/malaria pernisiosa.
- Plasmodium vivax (Labbe, 1899) menyebabkan malaria vivax atau malaria tertiana benigna.
- Plasmodium ovale (Stephens, 1922) menyebabkan malaria ovale atau malaria tertiana benigna ovale.
- Plasmodium malariae (Grassi dan Feletti, 1890) menyebabkan malaria malariae atau malaria kuartana.
Selain empat spesies Plasmodium tersebut,
manusia juga bisa terinfeksi oleh Plasmodium knowlesi yang merupakan
plasmodium zoonosis dengan sumber infeksi kera.
Penyebab terbanyak di Indonesia dari Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax. Untuk Plasmodium falciparum menyebabkan
komplikasi berbahaya, sehingga disebut juga malaria berat.
Apabila seseorang terkena gigitan nyamuk
Anopheles, maka orang tersebut akan terjangkit penyakit malaria dan dapat
menularkan ke orang yang tidak sakit. Oleh karenanya, orang-orang yang tidak
terkena malaria, sebaiknya berhati-hati terhadap orang yang menderita penyakit
malaria.
Intervensi malaria pada manusia menurut
dokter Jane adalah dengan menghilangakn parasit pada manusia dengan menemukan
kasus dan mengobati hingga tuntas. Selain itu mencegah gigitan nyamuk yang
beredar di malam hari dengan memasang kelambu, reppelen, tanaman pengusir
nyamuk, dan sebagainya. Atau dengan membunuh larva nyamuk, mengurangi populasi
nyamuk melalui manajemen lingkungan penyemprotan menggunakan insektisida di
dinding rumah.
Tanda-Tanda Gejala Malaria
Jangan anggap enteng ketika Anda atau anggota
keluarga Anda menderita demam menggigil secara berkala sakit kepala. Wajah tampak
pucat dan lemah karena kurang darah. Juga terjadi mual dan muntah, nafsu makan
pun berkurang dan terkadang mengalami diare.
Gejala-gejala tersebut patut kita khawatirkan
dengan segera melakukan pemeriksaan ke tenaga medis setempat. Sebelum terlambat,
lebih baik mencegah. Karena banyak dampak atau akibat yang akan ditimbulkan
jika penanganannya terlambat dilakukan.
Lama kelamaan daya tahan tubuh semakin
menurun begitu pun semangat kerja. Kalau terjadi pada anak-anak pertumbuhan
otaknya akan terganggu. Sementara untuk ibu hamil, akan mengalami keguguran
hingga kematian. Pun kalau melahirkan bayi yang dilahirkan prematur dan berat
bayi sangat rendah.
Malaria dapat menghilangkan kesadaran
penderitanya bahkan hingga hilang ingatan. Napas bergerak cepat, pingsan,
hingga koma. Ujung-ujungnya meninggal dunia. Antisipasi secara dini penyakit
ini menjadi keniscayaan semua pihak. Keterlibatan warga tentunya sangat
diharapkan. Pemerintah tidak juga lepas tangan.
Pemeriksaan laboratorium (mikroskopis) atau
RDT (Rapid Diagnostic Test) diperlukan. Obat yang digunakan berupa ACT
(Artemisinin Based Combination Theraphy) dengan jenis
Dihidroartemisinin-Piperakuin ditambah primakuin.
Obat tersebut diminum setelah makan hingga habis berdasarkan takaran atau dosis
yang diberikan. Dengan jenis penyakit seperti Malaria Tropikana (Falsiparum)
hanya tiga hari, Malaria Tertiana (Vivax) hingga 14 hari untuk mencegah
terjadinya kambuh. Jjika obat habis dan belum sembuh, penderita harus segera
datang ke layanan kesehatan setempat.
Bagaimana Pemeriksaan Malaria?
Untuk memeriksa seseorang terjangkit malaria
atau tidak, mesti dilakukan pemeriksaa.
Pemeriksaan melalui sediaan darah. Dapat dilakukan dengan cara berikut.
1.
Menggunakan mikroskop
Hal
ini untuk mendapati parasit malaria pada sediaan darah yang perlu waktu 1-2
jam.
2.
Menggunakan RDT
RDT berguna
untuk mendeteksi antigen parasit malaria yang memerlukan waktu hanya 20-30
menit saja.
Nah, nyamuk malaria menggigit korban di malam
hari, baik ketika orang tersebut ada di
dalam rumah maupun di luar rumah. Anopheles saat menggigit dengan posisi tubuh
menungging.
Perlu ekstra hati-hati terhadap nyamuk malaria
Nyamuk ini dapat kita temukan di genangan air seperti rawa-rawa, laguna, muara
sungai, tambak, saluran irigasi, persawahan, bahkan mata air.
Mencegah lebih baik dari mengobati, ini
menjadi hal yang paling tepat untuk tidak saja malaria. Akan tetapi, mencegah
penyakit malaria tidak serta merta hadir begitu
saja. tidak juga peran penuh pemerintah. Masyarakat mesti turut serta
ambil bagian, terutama membersihkan
lingkungan agar tidak menjadi sarang nyamuk dengan menggerakan masyarakat
lainnya melalui pembersihan lingkungan, mengeringkan air tergenang, juga
membersihkan lumut pada mata air dan danau.
Mengurangi pembiakan nyamuk dengan menebar
bibit ikan pemakan jentik (ikan kepala
timah, nila merah, gapi-gapi, mujair dan sebagainya) ke kolam, lagun, dan air
tergenang. Juga bisa menebar larvasida atau racun jentik. Tak kalah penting
menanam tanaman pengusir nyamuk.
Untuk menghindari dan mencegah nyamuk malaria
agar tidak menggigit disarankan untuk tidur menggunakan kelambu, memakai obat
anti nyamuk, memasang kawat kasa pada
lubang angin atau ventilasi rumah. Menggunakan obat anti nyamuk oles juga dapat
dilakukan. Ketika keluar rumah di malam hari, hendaknya menggunakan baju dan
celana panjang atau sarung.
Banyak tanaman atau tumbuhan pengusir nyamuk
yang dapat dipakai. Seperti serai, zodia, rosmeri, lavender, tahi ayam atau
marigold, juga kecombrang. Nah, bunga atau tanaman ini mampu meminimalisir
nyamuk di sekitar rumah kita karena adanya kandungan minyak atsiri yang
terdapat di dalamnya.
Dokter Jane berpesan untuk para travel
blogger atau siapapun itu yang akan berwisata atau melakukan perjalanan ke
daerah endemik malaria, untuk mencegah terjangkit malaria sebelum menghinggap,
dengan cara minum obat doksisiklin 1 x 1
kapsul per hari. Mulai dua hari sebelum berangkat ke daerah malaria hingga
empat minggu setelah keluar dari daerah.
Nah, traveler mesti mengetahui ABC pencegaha
malaria, yaitu:
A: Awas dan perhatikan
faktor yang menyebabkan risiko,cara penularan, cara pencegahan, masa inkubasi
gejala dan tanda.
B: Biasakan menghindari
gigitan nyamuk selama di daerah endemik
dengan menggunakan kelambu saat tidur, tidak keluar malam kalau tidak terpaksa.
Kalau keluar malam karena terpaksa gunakan baju lengan panjang dan terang serta
memakai lotion antinyamuk.
C: Cek darah segera ke
tanaga kesehatan kalau ada gejala demam selama
di tempat singgah hingga satu bulan setelah kemabli dari daerah endemik
dan ceritakan riwayat perjalanan kita ke tenaga medis bersangkutan.
Pemerintah kian gencar untuk mengeliminasi
malaria dari Indonesia.Apa sih sebenarnya eliminasi yang dimaksud? Ya,
eliminasi malaria sebagai upaya menghentikan penularan malaria setempat dalam
satu wilayah geografi tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria impor
serta sudah tidak ada vektor di wilayah tersebut, sehingga tetap diperlukan
kegiatan kewaspadaan untuk mencegah
penularan kembali.
Tantangan Eliminasi Malaria
di Indonesia
Untuk mengeliminasi malaria di negeri ini
tidak berarti mulus-mulus saja. Ada saja tantangan untuk mencapai eliminasi menuju
tahun 2030 , yaitu:
- Adanya perbedaan tingkat endemisitas malaria di Indonesia yang sangat bervariasi mulai dari yang tinggi tingkat endemisitas hingga tak adanya penularan malaria yang tersebar menurut kabupaten, kecamatan, dan desa bahkan sampai ke dusun dan satuan terkecil masyarakat di pedesaan/kelurahan.
- Tersedianya nyamuk penular malaria yang cukup banyak, baik yang dipengaruhi sesuai habitat Asia, Australia dan berada di antara kedua kawasan tersebut.
- Infrastuktur kesehatan yang masih belum merata di berbagai daerah terutama di daerah yang sangat terpencil di pedalaman maupun yang berada di kepulauan terpencil.
- Tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan kesehatan yang sangat berbeda menurut kemampuan sumberdaya alam di masing masing wilayah.
- Sumberdaya tenaga kesehatan yang tersedia dan keterampilannya dalam mengelola program dan kemampuan teknis untuk mengeliminasi malaria.
- Dukungan penelitian untuk menopang kegiatan eliminasi malaria yang masih lebih banyak berada di kawasan barat Indonesia.
- Dukungan peraturan perundang-undangan menuju eliminasi yang masih terbatas dalam mengarahakan masyarakat untuk berperilaku mendukung upaya eliminasi malaria di Indonesia.
- Perpindahan penduduk yang cukup tinggi antar-daerah dan antar-pulau yang mengakibatkan pengendalian malaria perlu lebih waspada tentang jalur perpindahan penduduk tersebut.
- Indonesia berbatasan dengan negara-negara yang mempunyai tingkat endemisitas malaria tinggi, antara lain Timor Leste dan Papua New Guinea.
Tindak Lanjut Menuju
Eliminasi Malaria di Indonesia:
Untuk menuju eliminasi tahun 2030 diperlukan peran
serta semua wilayah Kabupaten dan Kota dengan penularan malaria dapat bergerak
bersama sama menyelesaikan permasalahan malaria d iwilayahnya sesuai tahapan
yang ada. Untuk itu diperlukan tindak lanjut sebagai berikut.
- Pelatihan tenaga di Provinsi untuk melakukan pemetaan tahapan eliminasi di Kabupaten/Kota.
- Melakukan pemetaan Kabupaten/kota untuk mengetahui status dalam tahapan eliminasi.
- Komitmen daerah dalam pelaksanaan tahapan-tahapan pengendalian malaria di Kabupaten secara berkesinambungan.
- Komitmen yang menyangkut kebijakan daerah yang mendukung, perencanaan, alokasi penganggaran, dukungan legislasi dan pengawasan, dukungan swasta dan partisipasi masyarakat.
Ayo kita sukseskan Hari Malaria Sedunia pada 25 April 2018. Ready to Beat Malaria: Bebas Malaria, Prestasi Bangsa. #AkhiriMalaria