Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Stand KTD [Foto: Dok Pri] |
Menilik ragam kuliner Nusantara sepertinya tak akan ada
habis-habisnya. Ada saja menu-menu baru bermunculan. Entah itu menu kelas resto
maupun menu kelas bintang lima.
Patut diapresiasi bahwa, keberadaan menu-menu kuliner
Nusantara telah menjadi pembicaraan panjang tak hanya di dalam negeri, tetapi
merambah hingga mancanegara.
Tak ayal memang, negeri ini kaya dengan bahan pangan
lokal berkelanjutan. Bahan-bahan tersebut mampu memberikan cita rasa berbeda di
lidah penikmat kulinaria.
Berkenaan dengan kulinaria ini, setelah sebelumnya sukses
menyelenggarakan Kompetisi Mie Nusantara tahun 2017 lalu, dengan diberikannya
kesempatan pada pemenang untuk membuka usaha di Summarecon Mal Kelapa Gading,
juga sebagai dukungan JFFF bagi UKM
dalam mengembangkan usahanya, di 2018 ini, Kampoeng Tempo Doeloe mengangkat
Soto Nusantara yang sekaligus mendukung program Bekraf untuk
mempromosikan Soto “A Spoonful of Indonesia Warmth” ke dunia.
Food Festival 5
April--6 Mei 2018
Food Festival mewakili industri kuliner, menghadirkan
ragam makanan dan minuman khas nusantara, sekaligus aktivitas pertukaran
antarbudaya mancanegara Kampoeng Tempo Doeloe serta Wine & Cheese Expo. Tahun ini kembali lagi
masih dengan konsep #RunForRun namun dengan nama baru, yaitu JFFF RUN yang
semakin spesial dengan Grand Prize mengikuti Budapest Marathon.
Food Festival dibuka dengan Kampoeng Tempo Doeloe (KTD) mulai 5 April hingga 6 Mei 2018 di La
Piazza, yaitu area yang mewadahi lebih kurang 1.000 booth kuliner, 60%-nya
peserta UKM. KTD telah menjadi favorit masyarakat karena sajian kuliner khas
Nusantaranya yang sangat beragam, mencapai lebih kurang 200 menu.
Tema dekorasinya “Tropical Garden”, selaras dengan lokasi
yang menjadi latar belakang JFFF, di antaranya Taman Wisata Alam Mangrove,
Taman Suropati, dan Taman Langsat. Tujuannya untuk mengenalkan area hijau yang
ada di Jakarta agar dikenal masyarakat.
KTD menghadirkan beberapa menu khas Betawai seperti Kerak
Telor,Nasi Uduk, dan Rujak Juhi. Tahun ini, KTD mengangkat Soto Nusantara yang
sekaligus mendukung program Bekraf untuk mempromosikan Soto “A Spoonful of
Indonesian Warmth” ke dunia. Ada 10 jenis soto yang dapat kita cicipi di KTD
2018, yaitu Coto Makassar H. Daeng Tayang; Pallubasa Onta Makassar; Soto Betawi
H. Mamat; Soto Kadipiro Yogyakarta; Soto Kesawan Medan; Soto Madura Bpk. Ngatidjo; Soto Padang H. St. Mangkuto;
Soto Jakarta Pak H. Yus; Soto Trisakti Solo; dan Tauto Bumbu Pekalongan.
Pedagang soto yang mendapat penjualan tertinggi akan
mendapat peluang usaha di MKG. KTD juga mengadakan Kompetisi Desain Booth Soto
yang berhadiah uang tunai senilai Rp30 juta.
Ayam Jontor Bakar
Lele Jebret
Nah, sebelum saya bahas apa saja soto yang saya cobain di
KTD ini, saya mau bercerita tentang menu lain yang juga sempat saya cobain.
Ayam Jontor Bakar Lele Jebret. Nah, ayamnya bisa ayam pejantan juga ayam
pedaging.
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Ayam Jontor Bakar Lele Jebret [Foto: Dok Pri] |
Diracik dengan bumbu khas yang pedasnya bikin nampol. Untuk yang suka pedas, hidangan ini menjadi surga
tersendiri. Betapa tidak, makan makanan ini serasa di-tampol berkali-kali karena saking
pedasnya.
Memang, pedas itu penambah selera makan. Jadi, sangat
cocok Ayam Jontor Bakar ini menjadi pendamping makan malam di Kampoeng Tempo Doeloe.
Berani coba? Rasakan sensasi hebat dari cabenya yang aduhai bikin bibir makin
jontor.
Tahu Gejrot Rujak
Beubeuk
Nyoba-nyoba Tahu Gejrot dan Rujak Beubeuk khas Cirebon.
Ini termasuk sajian unik. Tahu khusus yang digoreng lantas diberi bumbu berupa
gula jawa yang ditambah asam atau cuka, geprekan bawan
merah, bawang putih, dan juga cabe rawit.
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Tahu Gejrot [Foto: Dok Pri] |
Lantas diberi potongan tahu. Potongan tahu itu tadi di-gejrot atau ditekan-tekan dengan menggunakan anak
cobek bersama bumbu. Nah, sensasi rasa manis, asam, dan pedas, dan tentunya
segar keluar dari percampuran bumbu tersebut.
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Bumbu Tahu Gejrot [Foto: Dok Pri] |
Sajian Tahu Gejrot ini pantas buat pendamping camilan. Saya
jadi ingat masa-masa kecil dulu, kalau makan tahu goreng dicocol kecap dan cabe rawit ulek. Rasa yang
keluar sangat beda dan khas.
Nah, karena Kampoeng Tempo Doeloe sekarang lagi ngenalin soto hingga tingkat dunia
sebagai makanan khas Indonesia, saya coba beberapa soto yang dihadirkan di sini. Mau tahu soto apa saja yang saya coba? Ini dia...
Soto Padang H.
St. Mangkuto
Ini merupakan Soto Padang H.St. Mangkuto menjadi salah
satu Soto Padang yang ada di Jakarta umumnya dan Kampoeng Tempo Doeloe
khususnya yang memang enak. Rasa yang hadir sangat otentik. Sudah ada sejak 30
tahun silam.
Isiannya berupa bihun, daging sapi yang yang dibuat
kering mirip dendeng, dan perkedel kentang. Memang, paling enak jika ditambah
dengan kerupuk paru atau telur asin. Yang khas dari Soto Padang H. St. Mangkuto ini adalah
kerupuk merah yang memang melegenda sebagai pelengkapnya.
Soto Padang H. St. Mangkuto ini menjadi soto yang sangat legendaris. Memang, di tempat
asalnya hanya menjual soto tidak ada menu-menu lain yang dijual.
Kelebihannya terasa dari kuahnya yang leat dan gurih
dengan bumbu-bumbu racik yang khas. Daging sotonya terasa lembut dan enak.
Sambalnya pun tidak terlalu pedas. Ini yang mampu membangkitkan selera makan
saya ketika berkunjung ke KTD.
Soto Padang H. St. Mangkuto ada di daerah Pasar Baru,
tepatnya di Jalan Pintur Air Raya No. 26 Pasar Baru, Jakarta. Telepon (021)
3857357, dan Kelapa Gading, Jalan Boulevard Raya BI J-4 No. 6 Kelapa Gading,
Jakarta Utara, Telepon (021) 4524920.. Untuk harganya sendiri tidak sampai
menguras kantong. Ada rasa ada harga.
Tauto Bumbu
Pekalongan
Nah, ini perpaduan rasa yang unik. Ada rasa manis, asin,
dan segar. Tauto sebagai kolaborasi masakan antara soto dengan kuah tauco yang
menjadi ciri khas menu dari Pekalongan.
Dagingnya dapat berasal dari daging kerbau atau sapi
dipadu dengan kelezatan sambal goreng tauco. Otomatis, ini akan mengingatkan
Anda yang di perantauan khususnya orang-orang dari Pekalongan, rindu kampung
halaman tatkala suapan tauto masuk ke dalam mulut Anda.
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Tauto Bumbu Pekalongan [Foto: Dok Pri] |
Takk heran kalau kuliner yang merupakan perpaduan
antara budaya Tionghoa dan India ini
menyatu dan jadi incaran banyak orang.
Tauto sendiri asalnya dari Caudo, yaitu soto yang memang ciri khas
Tiongkok dan Tauco, bumbu yang berasal dari
India.
Biasanya, kita sering mendengar, orang-orang yang berasal
dari luar Pekalongan menyebutnya dengan Soto Pekalongan.
Khasnya Tauto Bumbu Pekalongan ini menggunakan Soun,
kemudian ditambah bumbu sambal goreng tauco dari bahan dasar kedelai dan daging kerbau bukan daging sapi.
Soto Betawi H.
Mamat
Soto ini memang sangat khas Betawi. Isiannya dapat
dipilih sendiri, mulai dari murni daging, campuran tetelan, atau kikil daging,
juga babat. Semua daging pilihannya tidak akan pernah mengecewakan.
Daging, tetelan, kikil, dan babatnya direbus lama sehingga
rasanya empuk tetapi tidak hancur. Sementara itu, kuahnya cukup kental dengan
rasa gurih. Kenikmatan sejati itu berasal dari kuah tersebut yang ditaburi
irisan daun bawang, bawang goreng, tak ketinggalan emping.
Kuah dengan rempah-rempah asli Indonesia menjadi bahan
utama di soto ini. Aromanya wangi dengan
perpaduan warna yang kontras
antara kuah bersantan atau bisa juga menggunakan kuah yang berasal dari susu.
Tak bisa disangkal memang, soto ini menjadi kebanggaan
warga asli Jakarta dengan cita rasa yang tetap melekat di lidah.
Coto Makassar
atau Coto Mangkasara
Coto Makassar menjadi salah satu hidangan soto favorit di
Kampoeng Tempo Doeloe. Sajian ini berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan
dengan varian isi berupa daging sapi yang dimasak bersama kaldu sapi .
Coto biasanya disajikan dalam mangkuk. Di dalamnya berisi
beragam daging dan disiram kuah berwarna hitam. Hitamnya berasal paduan bumbu
asli Nusantara dan tradisional seperti serai, lengkuas, bawang putih, bawang
merah, kacang tanah, jintan, ketumbar, juga pala.
Hal yang memang tidak ada di Coto Makassar ini adalah,
tidak ada campuran telur atau sayuran semisal irisan kol atau tauge. Selain itu,
sajian yang uniknya juga adalah pemberian daun bawang dan bawang goreng yang
terpisah. Sebenarnya tidak langsung dijadikan satu dalam hidangan.
Fungsi bawang yang diberikan tak lain untuk mencegah
tekanan darah. Karena Coto Makassar lebih banyak berisi daging dibanding
sayuran. Satu hal lagi yang perlu kita perhatikan ketika makan Coto Makassar
adalah saat makan ketupatnya tidak bisa sembarangan.
Karena Coto Makassar ini penuh dengan kuah, jadi cara
makannya ketupat dibelah dua kemudian disendok dan dimasukkan ke dalam mulut.
Selanjutnya, baru kita mengunyah ketupat diikuti dengan memasukkan kuah coto
dan daging yang belakangan disantap.
Nah, kan cara makannya saja sudah unik ya. Jadi, kalau
yang bukan orang Makassar, biasanya
memasukkan ketupat (buras)-nya langsung ke dalam mangkuk coto.
Soto Trisakti
Jika diperhatikan
secara saksama, Soto Trisakti ini
hampir mirip dengan Soto Bandung, karena kuahnya yang bening. Mungkin saja dari
isiannya yang berbeda. Soto Trisakti Solo sebagai soto khas Solo yang sudah
berdiri sejak tahun 1962 dan telah melewati beberapa generasi. Meskipun begitu,
cita rasanya tidak berubah.
Isinya berupa toge, bawang goreng, daging sapi, tomat,
daun seledri, juga nasi. Nah, penyajiannnya ada beberapa cara. Pertama, nasi
bisa langsung dicampur dengan soto atau dibuat terpisah.
Ditambah dengan kecap manis, jeruk nipis potong, dan
sambal tentu menambah selera makan
semakin memuncak. Kalau dilihat lebih dekat lagi, ketika kita berjalan
sebelum menyandarkan badan ke tempat duduk, kita bisa melihat uap yang
keluar dan memberikan aroma sedap
membangkitkan selera makan. Aromanya sungguh wangi.
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: [Atas] Tampak atas; [Bawah] Tampak samping [Foto: Dok Pri] |
Bagaimana?
Tinggal dua hari lagi lho Kampoeng Tempo Doeloe
di La Piazza, Kelapa Gading,
Jakarta Utara ini ada. Akan berakhir pada 6 Mei 2018. Sudah pada datang dan nyobain
menu-menunya belum? Nyesel lho kalau nanti kelewatan. Ayooo buruan!!!