Thursday, May 3, 2018

Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Hadirkan Ragam Soto & Sajian Tempo Doeloe Penggugah Selera

Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Stand KTD [Foto: Dok  Pri]

Menilik ragam kuliner Nusantara sepertinya tak akan ada habis-habisnya. Ada saja menu-menu baru bermunculan. Entah itu menu kelas resto maupun menu kelas bintang lima.

Patut diapresiasi bahwa, keberadaan menu-menu kuliner Nusantara telah menjadi pembicaraan panjang tak hanya di dalam negeri, tetapi merambah hingga mancanegara.

Tak ayal memang, negeri ini kaya dengan bahan pangan lokal berkelanjutan. Bahan-bahan tersebut mampu memberikan cita rasa berbeda di lidah penikmat kulinaria.

Berkenaan dengan kulinaria ini, setelah sebelumnya sukses menyelenggarakan Kompetisi Mie Nusantara tahun 2017 lalu, dengan diberikannya kesempatan pada pemenang untuk membuka usaha di Summarecon Mal Kelapa Gading, juga  sebagai dukungan JFFF bagi UKM dalam mengembangkan usahanya, di 2018 ini, Kampoeng Tempo Doeloe  mengangkat  Soto Nusantara yang sekaligus mendukung program Bekraf untuk mempromosikan Soto “A Spoonful of Indonesia Warmth” ke dunia.

Food Festival 5 April--6 Mei 2018
Food Festival mewakili industri kuliner, menghadirkan ragam makanan dan minuman khas nusantara, sekaligus aktivitas pertukaran antarbudaya mancanegara Kampoeng Tempo Doeloe serta Wine  & Cheese Expo. Tahun ini kembali lagi masih dengan konsep #RunForRun namun dengan nama baru, yaitu JFFF RUN yang semakin spesial dengan Grand Prize mengikuti Budapest Marathon.
 
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: T & C KTD [Foto: Dok Pri]

Food Festival dibuka dengan Kampoeng Tempo Doeloe (KTD) mulai 5 April hingga 6 Mei 2018 di La Piazza, yaitu area yang mewadahi lebih kurang 1.000 booth kuliner, 60%-nya peserta UKM. KTD telah menjadi favorit masyarakat karena sajian kuliner khas Nusantaranya yang sangat beragam, mencapai lebih kurang 200 menu.

Tema dekorasinya “Tropical Garden”, selaras dengan lokasi yang menjadi latar belakang JFFF, di antaranya Taman Wisata Alam Mangrove, Taman Suropati, dan Taman Langsat. Tujuannya untuk mengenalkan area hijau yang ada di Jakarta agar dikenal masyarakat.

KTD menghadirkan beberapa menu khas Betawai seperti Kerak Telor,Nasi Uduk, dan Rujak Juhi. Tahun ini, KTD mengangkat Soto Nusantara yang sekaligus mendukung program Bekraf untuk mempromosikan Soto “A Spoonful of Indonesian Warmth” ke dunia. Ada 10 jenis soto yang dapat kita cicipi di KTD 2018, yaitu Coto Makassar H. Daeng Tayang; Pallubasa Onta Makassar; Soto Betawi H. Mamat; Soto Kadipiro Yogyakarta; Soto Kesawan Medan; Soto Madura  Bpk. Ngatidjo; Soto Padang H. St. Mangkuto; Soto Jakarta Pak H. Yus; Soto Trisakti Solo; dan Tauto Bumbu Pekalongan.

Pedagang soto yang mendapat penjualan tertinggi akan mendapat peluang usaha di MKG. KTD juga mengadakan Kompetisi Desain Booth Soto yang berhadiah uang tunai senilai Rp30 juta.

Ayam Jontor Bakar Lele Jebret
Nah, sebelum saya bahas apa saja soto yang saya cobain di KTD ini, saya mau bercerita tentang menu lain yang juga sempat saya cobain. Ayam Jontor Bakar Lele Jebret. Nah, ayamnya bisa ayam pejantan juga ayam pedaging.


Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Ayam Jontor Bakar  Lele Jebret [Foto: Dok Pri]

Diracik dengan bumbu khas yang pedasnya bikin nampol. Untuk  yang suka pedas, hidangan ini menjadi surga tersendiri. Betapa tidak, makan makanan ini serasa di-tampol  berkali-kali  karena saking pedasnya.

Memang, pedas itu penambah selera makan. Jadi, sangat cocok Ayam Jontor Bakar ini menjadi pendamping makan malam di Kampoeng Tempo Doeloe. Berani coba? Rasakan sensasi hebat dari cabenya yang aduhai bikin bibir makin jontor.

Tahu Gejrot Rujak Beubeuk
Nyoba-nyoba Tahu Gejrot dan Rujak Beubeuk khas Cirebon. Ini termasuk sajian unik. Tahu khusus yang digoreng lantas diberi bumbu berupa gula jawa yang ditambah asam atau cuka, geprekan  bawan  merah, bawang putih, dan juga cabe rawit.


Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Tahu Gejrot [Foto: Dok Pri]

Lantas diberi potongan tahu. Potongan tahu itu tadi di-gejrot  atau ditekan-tekan dengan menggunakan anak cobek bersama bumbu. Nah, sensasi rasa manis, asam, dan pedas, dan tentunya segar keluar dari percampuran bumbu tersebut.



Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Bumbu Tahu Gejrot [Foto: Dok Pri]

Sajian Tahu Gejrot ini pantas buat pendamping camilan. Saya jadi ingat masa-masa kecil dulu, kalau makan tahu goreng  dicocol kecap dan cabe rawit ulek. Rasa yang keluar sangat beda dan khas.

Nah, karena Kampoeng Tempo Doeloe sekarang lagi ngenalin soto hingga tingkat dunia sebagai makanan khas Indonesia, saya coba beberapa soto yang dihadirkan di sini. Mau tahu soto apa saja yang saya coba? Ini dia...

Soto Padang H. St. Mangkuto
Ini merupakan Soto Padang H.St. Mangkuto menjadi salah satu Soto Padang yang ada di Jakarta umumnya dan Kampoeng Tempo Doeloe khususnya yang memang enak. Rasa yang hadir sangat otentik. Sudah ada sejak 30 tahun silam.
 
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Soto Padang H. St. Mangkuto [Foto: Dok Pri]
Isiannya berupa bihun, daging sapi yang yang dibuat kering mirip dendeng, dan perkedel kentang. Memang, paling enak jika ditambah dengan kerupuk paru atau telur asin. Yang khas dari  Soto Padang H. St. Mangkuto ini adalah kerupuk merah yang memang melegenda sebagai pelengkapnya.

Soto Padang H. St. Mangkuto ini menjadi soto  yang sangat legendaris. Memang, di tempat asalnya hanya menjual soto tidak ada menu-menu lain yang dijual.

Kelebihannya terasa dari kuahnya yang leat dan gurih dengan bumbu-bumbu racik yang khas. Daging sotonya terasa lembut dan enak. Sambalnya pun tidak terlalu pedas. Ini yang mampu membangkitkan selera makan saya ketika berkunjung ke KTD.

Soto Padang H. St. Mangkuto ada di daerah Pasar Baru, tepatnya di Jalan Pintur Air Raya No. 26 Pasar Baru, Jakarta. Telepon (021) 3857357, dan Kelapa Gading, Jalan Boulevard Raya BI J-4 No. 6 Kelapa Gading, Jakarta Utara, Telepon (021) 4524920.. Untuk harganya sendiri tidak sampai menguras kantong. Ada rasa ada harga.

Tauto Bumbu Pekalongan
Nah, ini perpaduan rasa yang unik. Ada rasa manis, asin, dan segar. Tauto sebagai kolaborasi masakan antara soto dengan kuah tauco yang menjadi ciri khas menu dari Pekalongan.

Dagingnya dapat berasal dari daging kerbau atau sapi dipadu dengan kelezatan sambal goreng tauco. Otomatis, ini akan mengingatkan Anda yang di perantauan khususnya orang-orang dari Pekalongan, rindu kampung halaman tatkala suapan tauto masuk ke dalam mulut Anda.


Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Tauto Bumbu Pekalongan [Foto: Dok Pri]

Takk heran kalau kuliner yang merupakan perpaduan antara  budaya Tionghoa dan India ini menyatu dan jadi incaran banyak orang.  Tauto sendiri asalnya dari Caudo, yaitu soto yang memang ciri khas Tiongkok dan Tauco, bumbu yang berasal dari  India.
Biasanya, kita sering mendengar, orang-orang yang berasal dari luar Pekalongan menyebutnya dengan Soto Pekalongan.

Khasnya Tauto Bumbu Pekalongan ini menggunakan Soun, kemudian ditambah bumbu sambal goreng tauco dari bahan dasar kedelai  dan daging kerbau bukan daging sapi.  

Soto Betawi H. Mamat
Soto ini memang sangat khas Betawi. Isiannya dapat dipilih sendiri, mulai dari murni daging, campuran tetelan, atau kikil daging, juga babat. Semua daging pilihannya tidak akan pernah mengecewakan.

Daging, tetelan, kikil, dan babatnya direbus lama sehingga rasanya empuk tetapi tidak hancur. Sementara itu, kuahnya cukup kental dengan rasa gurih. Kenikmatan sejati itu berasal dari kuah tersebut yang ditaburi irisan daun bawang, bawang goreng, tak ketinggalan emping.
 
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Soto Betawi H. Mamat, rasanya khas [Foto: Dok Pri]
Kuah dengan rempah-rempah asli Indonesia menjadi bahan utama di soto ini. Aromanya wangi dengan  perpaduan  warna yang kontras antara kuah bersantan atau bisa juga menggunakan kuah yang berasal dari susu.

Tak bisa disangkal memang, soto ini menjadi kebanggaan warga asli Jakarta dengan cita rasa yang tetap melekat di lidah.

Coto Makassar atau Coto Mangkasara
Coto Makassar menjadi salah satu hidangan soto favorit di Kampoeng Tempo Doeloe. Sajian ini berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan dengan varian isi berupa daging sapi yang dimasak bersama kaldu sapi  .

Coto biasanya disajikan dalam mangkuk. Di dalamnya berisi beragam daging dan disiram kuah berwarna hitam. Hitamnya berasal paduan bumbu asli Nusantara dan tradisional seperti serai, lengkuas, bawang putih, bawang merah, kacang tanah, jintan, ketumbar, juga pala.

Hal yang memang tidak ada di Coto Makassar ini adalah, tidak ada campuran telur atau sayuran semisal irisan kol atau tauge. Selain itu, sajian yang uniknya juga adalah pemberian daun bawang dan bawang goreng yang terpisah. Sebenarnya tidak langsung dijadikan satu dalam hidangan.
 
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Coto Makassar/Coto Mangkasara [Foto: Dok Pri]
Fungsi bawang yang diberikan tak lain untuk mencegah tekanan darah. Karena Coto Makassar lebih banyak berisi daging dibanding sayuran. Satu hal lagi yang perlu kita perhatikan ketika makan Coto Makassar adalah saat makan ketupatnya tidak bisa sembarangan.

Karena Coto Makassar ini penuh dengan kuah, jadi cara makannya ketupat dibelah dua kemudian disendok dan dimasukkan ke dalam mulut. Selanjutnya, baru kita mengunyah ketupat diikuti dengan memasukkan kuah coto dan daging yang belakangan disantap.

Nah, kan cara makannya saja sudah unik ya. Jadi, kalau yang bukan  orang Makassar, biasanya memasukkan ketupat (buras)-nya langsung ke dalam mangkuk coto.

Soto Trisakti
Jika diperhatikan  secara saksama, Soto Trisakti  ini hampir mirip dengan Soto Bandung, karena kuahnya yang bening. Mungkin saja dari isiannya yang berbeda. Soto Trisakti Solo sebagai soto khas Solo yang sudah berdiri sejak tahun 1962 dan telah melewati beberapa generasi. Meskipun begitu, cita rasanya tidak berubah.
 
Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: Soto Trisakti Solo tampak depan [Foto: Dok Pri]
Isinya berupa toge, bawang goreng, daging sapi, tomat, daun seledri, juga nasi. Nah, penyajiannnya ada beberapa cara. Pertama, nasi bisa langsung dicampur dengan soto atau dibuat terpisah.

Ditambah dengan kecap manis, jeruk nipis potong, dan sambal tentu menambah selera makan  semakin memuncak. Kalau dilihat lebih dekat lagi, ketika kita berjalan sebelum menyandarkan badan ke tempat duduk, kita bisa melihat uap yang keluar  dan memberikan aroma sedap membangkitkan selera makan. Aromanya sungguh wangi.


Kampoeng Tempo Doeloe La Piazza Kelapa Gading: [Atas] Tampak atas; [Bawah] Tampak samping [Foto: Dok Pri]

Bagaimana? Tinggal dua hari lagi lho Kampoeng Tempo Doeloe  di La Piazza, Kelapa  Gading, Jakarta Utara ini ada. Akan berakhir pada 6 Mei 2018. Sudah pada datang dan nyobain menu-menunya belum? Nyesel lho kalau nanti kelewatan. Ayooo buruan!!!