Monday, April 24, 2017

Isra Mi’raj: Night Journey of Prophet Mohammad Meeting with Allah


Isra dan Mi'raj, juga dikenal sebagai Al Isra 'wal Miraj, diamati pada hari ke-27 bulan Rajab, bulan ketujuh dalam kalender Islam. Inilah peristiwa lebih dari 15 abad lalu ketika Allah SWT memperjalankan Rasulullah Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, dan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha.

Isra Mi'raj, sebuah perjalanan agung Rasulullah SAW
Foto: Dok. http://pre15.deviantart.net/
Kalau kita ingat-ingat kembali peristiwa Isra Mi’raj yang dialami oleh Rasulullah ketika itu, bahwa beliau sedang mengalami masa-masa duka cita. Mengapa? Karena Rasulullah ditinggal oleh dua orang yang beliau kasihi dan cintai di dalam hidupnya. Siapa itu? Istrinya, Siti Khadijah dan kakeknya, Abu Thalib. Hal yang paling menyedihkan lagi, Rasulullah juga baru diusir oleh penduduknya sendiri dari Thaif. Bayangkan saja, kondisi beliau pada saat itu benar-benar dirundung malang.

Namun, Rasulullah tetap teguh pada pendiriannya. Beliau terus berdoa kepada Allah SWT untuk dapat tetap ikhlas dan tabah menerima beragam ujian berat tersebut. Allah SWT memang teramat sayang kepada beliau. Doa-doa yang diucapkan olehnya diijabah oleh Allah SWT.

Pemecahan masalah yang dihadapi Rasulullah diberikan jalan terang oleh Allah SWT dengan  Isra Mi’raj. Pada Isra Mi’raj inilah Rasulullah menjadi pemimpin anbiya, nabi, dan rasul mulai dari Adam as.

Di peristiwa Isra Mi’raj ini pulalah Rasulullah mendapat perintah salat lima waktu. Salat tersebut menjadi bentuk kewajiban umat Islam, menjadi tiang agama, juga pemecah masalah umat Islam saat-saat sedang menghadapi masalah berat duniawi.

Mi’raj, yang diyakini sebagai naik ke Surga. Umat Muslim pada waktu itu merayakan Isra Mi’raj dengan melantunkan doa-doa pilihan pada malam hari. Di beberapa banyak negara muslim, mereka menerangi kota-kota dengan lampu listrik dan lilin.

Perjalanan Rasulullah menuju  Sidratul Muntaha menggunakan kendaraan yang  kecepatannya melebihi kecepatan kilat, tunggangan Rasulullah itu bernama Buraq. Makhluk ini sangat ajaib, bentuknya seperti kuda bersayap. Buraq memiliki badan yang bersih dan sangat mengkilap. Larinya pun super cepat. Ada yang mengatakan bahwa badan Buraq berwarna putih.

Tetapi, inti dari Isra Mi’raj untuk saya pribadi adalah ujian seberapa besar dan kuat keimanan kita tidak digoyahkan dengan hal-hal yang melenakan. Peristiwa Isra Mi’raj ini menjadi tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang ditunjukkan untuk umat Islam di muka Bumi yang benar-benar diyakini kebenarannya.

Untuk saya, peringatan hari besar Islam dapat dijadikan satu alat agar dapat meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Penerapannya dalam kehidupan sehari-hari lebih meningkatkan perbuatan baik antarmanusia dan manusia (khususnya saya) kepada Allah SWT, hablumminannaas dan hablumminnallah.

Petikan pelajaran berharga dari Isra Mi’raj ini bagaimana saya belajar sebanyak-banyaknya untuk mencintai Rasulullah yang telah memberikan banyak teladan kepada umatnya. Tinggal umatnya saja, apakah akan terus istiqomah di jalanNya atau melenceng dari ajaranNya.

Insya Allah, dengan Isra Mi’raj ini akan lebih mendekatkan diri saya kepada Allah SWT, melakukan kewajiban yang sudah Rasulullah titipkan tidak saja kepada saya, tapi umat muslim sedunia. Mempelajari tinggalan “Sakti” beliau, Kitabullah dan Sunnah Rasul.  Mengambil tata cara sikap dan toleransi Rasulullah untuk coba saya aplikasikan dalam  hidup dan bersosialisasi.

Pernahkah kita renungkan tentang hidup Rasulullah junjungan. Beliau rela hidup dalam kesederhanaan mempertahankan kehormatan. Melewati malam-malam panjang dan kelam dalam keadaan lapar. Bahkan segenap keluarganya pernah tak memperoleh satu pun makanan. Bahkan tak pernah menikmatinya dari atas meja  makan. Tidur pun terkadang Rasulullah beralaskan tikar kasar yang terbuat dari kulit dan rerumputan.

Kulit dan rerumputan tersebut membekas pada punggungnya. Dan satu hal, Rasulullah tak pernah kenyang di dalam hidupnya. Bahkan, jika kita tahu pernah tiga purnama tak ada satu pun makanan. Rasulullah menjadi junjungan dan teladan untuk saya secara  pribadi. Uswah umat manusia sedunia, salawat dan salam saya sampaikan untuk beliau. Amin.