Monday, October 15, 2012

Biar Tua Tapi Bahagia




Siapa sih yang ingin tua?
Ahaaa… tua itu pasti dan tak dapat dihindari! Tua seiring perjalanan waktu dan usia. Banyak perubahan yang terjadi, mulai dari fisik hingga perubahan kejiwaan. Yang tadinya kuat, gagah perkasa, ganteng, cantik dan cekatan, akhirnya gerakan mulai melambat, keriput menggelayut, bahkan berjalan pun sudah mulai menggunakan kaki ke-3 (baca tongkat).Pembicaraan pun mulai bergeser. Yang tadinya super sibuk dengan pekerjaan, sekarang bicara berbau penyakit. Keluhan seputar kesehatan pun sering muncul baik disadari atau tidak.
Sudah semestinya, terkadang timbul rasa khawatir dalam diri dengan datangnya masa tua. Anyak hal yang menyebabkan masa tua seseorang terlihat tidak bahagia atau bahagia. Pikiran berkecamuk, seribu pertanyaan muncul di saat datangnya masa tua seseorang.
Benar adanya, tak seorangpun ingin melalui masa tuanya tanpa kebahagiaan. Begitu banyak makhluk di dunia, terutama manusia yang ingin menikmati masa tuanya dengan sebuah nilai kebahagiaan yang dikumpulkan saat-saat muda dahulu. Memetik hasil tanpa ada gangguan dan ketakutan dari  pihak manapun juga.
Flash back: Perjalanan panjang selama hidup yang sudah dilalui seseorang, membuat orang tersebut ingin mengumpulkan dalam satu rangkaian kata “Bahagia”.
Di mana letak bahagia sesungguhnya? Banyak interpretasi bahagia untuk seseorang. Ada yang bilang, “Saya sudah tua, alangkah bahagia jika melihat anak-anak berkumpul jadi satu bersama orang tua dan menikah”. Ada pula yang bilang di saat memasuki usia senja, “Bahagia rasanya bila dapat pergi ke tanah suci bersama orang-orang yang dicintai”.
Di usia tua, ada sebagaian orang yang tak ingin terlihat tua dalam penampilan. Itu juga sebagai salah satu hal yang dapat membuat seseorang bahagia. Bisa saja menyenangkan diri di salon, pergi bermain golf bersama istri tercinta, berlibur ke luar negeri, atau sekadar jalan-jalan berdua bersama pasangan di taman bunga, why not?!
Nah, ukuran kebahagiaan itu relatif untuk setiap orang. Jadi, kebahagiaan itu ada di dalam diri orang itu sendiri. Anny Djati W, memaparkan panjang lebar dan memukau dari perjalanan dan pengalaman hidup yang pernah dilalui. 

Judul buku: Biar Tua Tapi Bahagia
Penulis: Anny Djati W
Ukuran buku: 14 x 21 cm
Hlm: 152 Hlm
Tahun terbit: 2012
Penerbit: CAM, Jalan Raya Jambore No. Z2 Cibubur, Jakarta Timur

MAU DIBAWA KE MANA?

Hmm... sebenernya serius ato ga ya? Kalo serius nanganinnya tentu akan benar-benar terstruktur dan baik. Ada kejelasan yang pasti dari setiap langkah yang diambil. Bagaimana tidak seperti mengambang atau sengaja diambangkan. Entahlah, cuma dia sama Tuhan yang tahu ke mana sebenarnya arah yang diinginkan.
Gw jadi inget salah satu lagu dari daerah Minang yang bunyi liriknya, "Malangnyo badan cinto digantuang indak batali".

Beuuuh... embeeeeeeerrr sakitnya. Yah, perumpamaannya kira-kira seperti itu. Jedoooorrr...!!! Kalo itu cerita cinta, ini cerita sebenarnya beda. Cuma, kira-kira intinya sih sama. Masalahnya ga ada kejelasan. Mau maju, maju... kagak yah kagak. Coba??? Repot ga tuh?! Yang "di bawah2nya" udah niat pengen maju sama-sama, biar tetap dikenal orang, tapi  kok yang "di atas" seperti nyalahin yang di bawah terus ya? (Introspeksi diri deh kita2 yang di bawah).

Biar deh apa maunya yang di atas. Yang di bawah sudah berusaha sekuat badan jiwa dan raga. Kalo hasilnya masih "ga sreg alias ga co2k" di cocok2in aja. Sebenernya sih urusannya sangat mudah dan gampang. Owwwh... jadi inget ucapannya almarhum mantan Rektor UI pertama kali, kalo ga salah Prof. Dr. SIS (Slamet Iman Santoso), beliau bilang, "Orang pintar itu menyederhanakan masalah rumit".

Beneeeeeeer banget pak! Sangat setuju dengan ucapan itu. Bagaimana tidak, terlihat dari cara berpikir seorang profesor yang benar-benar profesor sejati. Masalah rumit serumit-rumitnya, mampu dia sederhanakan hanya beberapa langkah. Cara berpikirnya pun begitu memukau. Sungguh runut dan tidak jelimet. Lhaa ini?? Jadi bingung sendiri "yang di bawah" terhadap "yang di atas". Apa yang di bawah terlalu bodoh untuk menerjemahkan maunya yang di atas? Atau yang di atas terlalu "kaya" dengan perintah yang tidak jelas?? Wallahu a'lam.

Semoga Allah SWT membuka mata hati, pikiran, dan cara pandang "yang di atas" terhadap "yang di bawah".
Kalo ga kebuka juga?? Dicongkel kali yaah.