Wuahahahah… saya ngakak dulu kalau ditanya drama atau film yang sering ditonton masa kecil. Bagaimana tidak, ini drama merupakan pelopor telenovela pertama kali hadir di TVRI. Hahaha.. Bagaimana tidak, angkatan 70-an atau 80-an, kenallah telenovela ini. Saya pikir ini telenovela abadi. Apalagi kalau bukan, “Little Missy”. Kalau anak-anak sekarang sih nyebutnya Telenovela.
Nah, yang tahu drama ini jadi pengen ngaca kan ya… hahaha… jadi inget umur. Ini drama memang ngehits banget di zamannya. Waktu itu, TV masih hitam putih. Bahkan, karena belum nyambung listrik, nonton TV pake AKI. Jadi, dicolokin kabel ke AKI persis kayak orang ngecas batre HP. Hahaha…
Little Missy ini ceritanya buat turun naik emosi juga. Itu kalau saya cerita sekarang. Tapi dulu, pun berlaku hal yang sama. Fans drama ini kebanyakan emak-emak yang kalau sudah nonton, sambil nyerocos. Penonton lebih jago dari pemain filmnya sendiri. Hahahaha… ngakak-ngakak saya kalau pas lagi nonton terus dengerin emak-emak pada berhosip-hosip. Aiih… kalau itu drama tayang, ramelah rumah.
Missy ini hebat aktingnya. Nah, dia juga jadi sutradara dan produser berhasil di Brasil. Dunia pun memujinya karena kalau melakoni peran benar-benar total. Ini salah satu tokohnya. Mungkin ada yang pernah nonton ini dan tahu tokoh lainnya? Ya, tokoh lainnya itu seperti Rudolfo. Sayangnya, Rudolfo ini sudah menghadap Sang Illahi sekitar 7 tahun silam. Selain aktor, Rudolfo (Marcos Paulo) ini juga sebagai seorang sutradara.
Ada juga Tuan Baron Araruna yang kumisnya melintang, hahaha… Lucu-lucu kalau mengingat drama yang satu ini. Pemeran Ibunya Little Missy, Nyonya Candida, ternyata masih aktif hingga sekarang main film. Meski sudah tua. Ada banyak juga telenovela yang setelah Little Missy ini lahir. Seperti Marimar, Esmeralda, juga ada Maria Cinta yang Hilang. Ah, kalau diingat-ingat, ga berasa, sudah tua. Hihihi.
Oya, Little Missy ini mampu bertahan selama tiga tahun di lho di TVRI, mulai tahun 1988 hingga 1991. Ternyata, di negara asalnya Brasil, Little Missy rupanya sudah tayang dua tahun lebih awal dari di Indonesia. Jadi, kalau mau diingat-ingat lagi, kisah Little Missy ini bercerita tentang cinta Missy bersama anak tuan tanah yang kaya, yaitu Baron dan Candida dengan Rudolfo, ternyata anak hasil hubungan gelap ayahnya dengan salah seorang budaknya.
Nah, selain Little Missy juga ada drama yang benar-benar melegenda banget, Rumah Masa Depan. Rumah Masa Depan ini hadir sekitar tahun 1985. Waktu itu saya masih piyik. Sekarang sih bangkotan.
Rumah Masa Depan ini dibintangi oleh Aminah Cendrakasih. Waktu itu peran beliau sebagai Ibu Sukri. Ada pula Septian Dwicahyo sebagai Bayu, Andi Ansi menjadi Gerhana, Dedi Oetomo sebagai Pak Sukri. Tokoh yang tak kalah legend banget waktu itu Mak Wok yang diperankan oleh Wolly Sutinah. Nah, ga seru kan kalau nonton drama ga ada biang-biang keroknya.
Di Rumah Masa Depan ini, Mieke Wijaya yang berperan sebagai Ibu Suwito-lah biang keroknya. Hobinya ngegosipin keluarga Pak Sukri dan Kepala Desa Cibeureum Kabupaten Cianjur. Mieke Wijaya orang kaya di desa tersebut. Tapi lagunya sombong banget. Di Rumah Masa Depan ini banyak petikan pelajaran yang bisa diambil.
Yang namanya gosip akan tetap beredar dalam kehidupan, nyata atau maya. Pintar-pintar menyiasati saja. Begitu pula orang kaya sombong. Tak sedikit pula orang kaya, baik hati, dan tidak sombong.
Oiya,
ada pula tokoh Sangaji yang berkacamata dan dikenal cerdas, meski tak mengenyam
bangku sekolah. Ini menjadi inspirasi saya kala itu. Meski anak desa yang hanya
jualan koran dan buku, tetapi pengetahuannya luar biasa karena rajin baca. Ada
satu adegan yang membuat takjub ketika Sangaji ikut lomba cerdas cermat.
Sangaji sebagai sosok yang tidak bersekolah, tetapi mampu memenangkan kejuaraan
tersebut. Bawaannya kalem, tenang, dan sangat bersahaja.
Dari
Rumah Masa Depan, kita beralih sejenak mengenang sosok gadis kecil Jepang hidup
penuh liku-liku. Apalagi kalau bukan serial Oshin. Oshin ini juga sangat
membekas hingga sekarang untuk saya, kenapa?
Oshin,
sosok gadis kecil yang mau bekerja apa saja, terpenting bisa menghidupi seluruh
keluarganya. Dari kerja di salah satu penjual toko beras hingga mengasuh bayi. Salutnya
lagi, Oshin baru akan makan, setelah keluarga tempat dia bekerja seluruhnya
sudah makan. Itupun makan dari sisa keluarga Kayo dan seadanya.
Kisah
pilu yang berhasil menguras air mata ini juga terpampang dari adegan, ketika
Oshin satu per satu dengan sabar mengambil butir-butir beras satu per satu yang jatuh, kemudian dibawa
pulang ke kampung untuk dimasak dan makan bersama keluarganya.
Akan
tetapi, Oshin tetaplah Oshin kala itu,seorang gadis kecil penuh keriangan
menjalani kehidupan. Saat beranjak dewasa, Oshin pun menikah dengan seorang
lelaki bernama Ryuzo. Dari sinilah, Oshin dan Ryuzo membuka usaha, yaitu toko
klontong, hingga akhirnya toko itu berkembang pesat dan maju.
Saya
juga baru tahu sekarang ini, ternyata kisah Oshin ini satu kisah nyata seorang
pedagang besar (retail) di Jepang. Ada pelajaran berharga yang bisa dicontoh,
menumbuhkan sikap pantang menyerah akan berdampak positif dan nyata dalam
kehidupan seseorang.
Kita
tinggalkan sejenak Oshin yang bisa buat nangis bombay yaa… Lanjut ke salah satu
drama besutan Depdikbud dan Deppen
(hahaha… Deppen masih ada di zaman saya, hihihi). Ya, ada yang masih ingat tidak
tentang drama seri ACI, Aku Cinta Indonesia. Hehehe… ini singkatan dari nama
Amir, Cici, dan Ito.
Nah,
ketiga toko ini punya karakter sendiri-sendiri dan tentunya menjadi ciri khas
di zamannya. Ketiga orang ini menjadi contoh teladan untuk teman-teman di
sekolah SMP-nya kala itu. Ternyata, SMP-nya itu berlokasi di SMP Negeri 3
Depok.
Ada
satu tokoh yang sering membuat mereka
bersitegang. Tokoh antagonis yang diciptkan sang sutradara itu bernama Wati.
Sosok Wati ini selain culas juga judesnya ga ketulungan, dan sangat tidak
disukai teman-teman sekolahnya.
Dari
serial drama ACI ini ada lho pelajaran yang bisa diambil, terutama nilai-nilai
kepribadian dari seseorang (anak dan remaja). Ada nilai kerja keras, semangat
bekerjasama, tanggung jawab, toleransi, saling membantu, tentunya juga nilai
sportif dan bersaing sehat.
Nah,
nilai-nilai seperti itu sekarang acapkali ditinggalkan karena demi kepentingan
pribadi. Oleh karenanya, nonton drama atau film juga tak asal nonton. Tetapi,
bagaimana ada pesan yang bisa diambil dan dijalankan untuk kehidupan.
Hmm…
apalagi ya kira-kira drama atau film yang ngehitz di zaman saya lagi? Oya, ada
film, “Hoom pimpah alaihum gambreng….
Unyil kucing!” Ini mah film sepanjang
zaman saya pikir. Sampai sekarang pun masih diputar dengan beragam versi. Si
Unyil sosok yang baik hati, memberikan nilai-nilai kebijaksanaan dalam
pergaulan.
Tokoh-tokoh
di film Si Unyil juga beragam, ada Pak Ogah, yang kalau dimintai tolong, selalu
bilang, “Cepek dulu doong.” Ada pula Usro, dengan kepala plontos licinnya, Mei
Lan, Bu Bariah, Pak Raden, Ucrit, dan masih banyak lagi. Film abadi nih Unyil. Tidak
membosankan, anak-anak saya juga suka lihatnya.
Ada
yang masih ingat drama serial Losmen? Hahaha… saya paling hapal dengan tokoh yang
bernama Bu Broto. Hahahah...Ada juga tokoh Mba Pur, diperankan oleh Ida Leman, Mang Udel, juga da Dewi Yull
berperan sebagai Jeng Sri.
Hahaha…
Losmen sebagai bentuk drama yang memang
asli Indonesia punya dan tayang di TVRI pada 1980-an. Bercerita tentang Pak
Broto yang sudah pensiun dan buka usaha penginapan (Losmen) di Yogya untuk
mengisi hari tuanya. Seru ceritanya. Mau lihat drama ini lagi ah, kangen ke
Jaman old. Hahaha… nah ga tau ya kalo generasi sekarang. Bolehlah berbagi,
jangan-jangan saya juga nonton drama dan film generasi saat ini. Hihihi.
Tetapi,
sekarang-sekarang ini saya tidak pernah lagi nonton televisi. Kebanyakan nonton
streaming Youtube. Jadi, ga begitu paham drama-drama sekarang yang beredar di
jagat pertelevisian.
Tambahin yaa kalau kita seumuran... hahaha... :)