Monday, May 1, 2017

Kapan Lagi Bertemu Mereka?

Bentuk ikatan interpersonal yang lebih kuat dari satu asosiasi. Banyak ilmu yang membahas tentang hal yang satu ini, mulai dari komunikasi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi, maupun filsafat. Berbagai teori pertemanan sudah banyak dikemukakan, termasuk pula teori pertukaran  sosial, ekuitas, dialektika relasional, dan  gaya keterikatan.


Cerita teman itu tak akan pernah habis
Foto: Dok. http://souvenirsmadison.com
Nah, ada studi mengenai database “Kebahagiaan Dunia” yang menemukan bahwa orang-orang dengan pertemanan yang lebih dekat justru lebih bahagia. Memang, ada banyak bentuk pertemanan atau persahabatan, beberapa di antaranya mungkin berbeda dari satu tempat ke tempat lain, karakteristik pun hadir di banyak jenis ikatan pertemanan.

Seperti apa saja karakteristik itu? Contohnya seperti kasih sayang, simpati, empati, kejujuran, altruisme, saling pengertian. Menikmati kebersamaan dalam satu pekerjaan masing-masing, dan kemampuan menjadi diri sendiri, mengungkapkan perasaan kepada seseorang yang memang dipercaya, dan membuat kesalahan tanpa rasa takut terhadap penilaian  dari teman.  

Memang, tidak ada batasan praktis mengenai jenis orang yang dapat membentuk persahabatan atau pertemanan. Teman cenderung berbagi latar belakang, pekerjaan, atau minat yang sama dan memiliki demografi hampir sama atau serupa.

Dalam urutan perkembangan emosional seseorang, persahabatan terbentuk setelah ikatan orang tua dan sebelum ikatan pasangan. Di periode intervensi antara akhir masa kanak-kanak dan awal dewasa menuju penuh, teman seringkali menjadi satu hubungan yang penting dalam kehidupan emosional remaja, dan seringkali lebih hebat dari hubungan di kemudian hari. Tidak ada teman dalam hidup akan dapat merusak seseorang secara emosional.

Dari sisi pendekatan psikologi evolusioner terhadap perkembangan manusia, Dumbler telah menghasilkan sejumlah teori, teori tersebut diajukan oleh antropolog Inggris, Robin Dunbar. Dia berteori bahwa ada batas sekitar 150 orang dengan siapa manusia dapat menjaga hubungan sosial yang stabil.

Di dalam Ensiklopedia Diderot, ada konsep khusus awal tentang persabatan yang baik pada abad ke-18. Di dalam tulisannya itu berisi mengenai: Persahabatan tidak lain sebagai praktik menjaga perdagangan  yang layak dan menyenangkan dengan seseorang, apakah persahabatan atau pertemanan tidak lebih dari itu?

Pertemanan, disebutkan tidak terbatas pada istilah saja, melainkan  melewati batas yang sempit. Orang-orang yang membuat pengamatan tidak menganggap bahwa dua orang yang tidak berteman, atau tanpa teman, menjaga hubungan yang tidak ada dan tidak salah, justru hal itu akan memberi mereka kesenangan timbal balik.

Perdagangan yang mungkin dengan seorang pria atau wanita melibatkan pikiran atau hati. Nah, perdagangan itulah yang disebut kenalan, perdagangan  tempat hati mengambil minat karena kesenangan yang diperoleh dari pertemanan. Saya pribadi tidak melihat gagasan yang lebih akurat dan sangat sesuai untuk menjelaskan semua persahabatan itu dengan sendirinya dan termasuk propertinya.

Hingga sekarang, masih erat melekat dalam benak, sesiapa teman-teman saya saat masih bersama-sama dahulu. Mulai dari Sekolah Dasar hingga sama-sama menempuh pendidikan tinggi.

Ada Muhammad Saudi teman satu kelas dan satu bangku. Saat kelas enam SD, badannya  lumayan besar dan rambutnya berwarna kemerah-merahan. Anaknya jarang banget marah. Seringnya mancing ikan sepat di selokan. Terkadang, dia menghampiri main ke rumah saya. Kami jalan bersama-sama ke sungai, berenang, dan mancing ikan. Kalau ada anak-anak lain yang coba mengganggu saya, dia maju paling depan belain.

Sekolah Menengah Pertama mengingatkan saya pada teman-teman yang mulai ABG (kata bahasa anak-anak sekarang). Pola tingkah yang buat guru senang, marah, juga nahan emosi. Teman satu bangku saya ini selalu ceria, namanya Faturrahman. Saya kasih gelar ke Fatur--biasa saya panggil—Kirbi (Keriting biri-biri), hahaha… Soalnya, rambutnya mirip banget dengan bulu domba biri-biri. Ikal-ikal dan sulit disisir. Mungkin kalau lalat hinggap atau masuk ke rambutnya udah ga bisa keluar lagi, alias mati saking rapat dan kerasnya itu rambut.

Kami bersaing dalam beberapa mata pelajaran, terutama bahasa Inggris. Saya tidak pernah ikut kursu bahasa Inggris secara formal, tetapi dia ikut. Tetapi, meski begitu, kami saling berbagi pelajaran dan memberi tahu untuk yang tidak tahu. Fatur juga suka bantuin teman-teman yang kesulitan dalam pelajaran bahasa Inggris.

Masa-masa paling indah masa-masa di SMA, kata lagu Obbie Mesakh. Ya, kenapa coba? Di SMA, pernah satu kelas dihukum jemur bareng-bareng gegara loncat pagar. Maksudnya mau merayakan ulang tahun teman, itu pas guru yang ngajar di jam itu tidak ada. Inisiatif dari salah satu teman yang semuanya ikut saja.

Di SMA  satu teman sebangku saya, namanya Ahmad Fadli. Badannya kerempeng, wajahnya agak lonjong, dan perawakannya agak pendek, rambutnya juga keriting biri-biri. Saya dan dia, kalau sudah dapat soal Fisika, orang yang duluan selesai ngerjain. Kami, meski satu bangku persaingan belajar tetap jalan, tetapi bersaing sehat tentunya. Fadli agak  pendiam dan kalau sudah baca buku, tekunnya minta ampun. Diganggu orang pun dia cuekin, terus aja baca.

Menginjak masuk kuliah, nah, di sini kan duduknya sendiri-sendiri. Saya punya beberapa teman dekat yang baik dan selalu support. Apalagi saat krisis dompet datang melanda. Ditambah pula, fotokopian bahan saat duit ngepas di badan. Hahaha… bukan cowok matre lho ya…

Ya, Herfrika salah satunya. Saya biasa panggil Lika. Anaknya imut dan cantik mirip Yuni Shara. Baik banget sama saya. Kalau saya lagi bokek untuk fotokopi, dia dengan senang hati memberi dan ga pernah minta kembali. Kini, dia menikah dengan orang Yordania dan tinggal di sana. Sudah jarang-jarang pulang ke Indonesia.

Ada juga Puji Budi Setia Asih. Punya rambut pirang-pirang gimana gitu, pakai kaca mata yang relatif tebal. Kami sering bertukar catatan kuliah untuk saling melengkapi atau mengoreksi kalau-kalau ada yang terlewat. Anaknya cukup cerdas, selepas kuliah, dia sambung ke Belanda untuk ambil S2 dan ke Amerika untuk S3. Tuntas dalam waktu yang terbilang cepat. Kini, Puji menjadi salah satu peneliti Genetika di Lembaga Eijkman RSCM.
Mungkin satu saat nanti, saya dan mereka-mereka dapat dipertemukan kembali dengan wajah-wajah yang sudah berubah, rambut mulai dua warna, tenaga tak lagi sekuat dulu muda. Masing-masing menenteng “buntut” yang entah berapa jumlahnya. Semoga.


#ODOP9