Bentuk ikatan
interpersonal yang lebih kuat dari satu asosiasi. Banyak ilmu yang membahas
tentang hal yang satu ini, mulai dari komunikasi, sosiologi, psikologi sosial,
antropologi, maupun filsafat. Berbagai teori pertemanan sudah banyak
dikemukakan, termasuk pula teori pertukaran
sosial, ekuitas, dialektika relasional, dan gaya keterikatan.
Cerita teman itu tak akan pernah habis
Foto: Dok. http://souvenirsmadison.com
|
Nah, ada studi mengenai
database “Kebahagiaan Dunia” yang menemukan bahwa orang-orang dengan pertemanan
yang lebih dekat justru lebih bahagia. Memang, ada banyak bentuk pertemanan
atau persahabatan, beberapa di antaranya mungkin berbeda dari satu tempat ke
tempat lain, karakteristik pun hadir di banyak jenis ikatan pertemanan.
Seperti apa saja
karakteristik itu? Contohnya seperti kasih sayang, simpati, empati, kejujuran,
altruisme, saling pengertian. Menikmati kebersamaan dalam satu pekerjaan
masing-masing, dan kemampuan menjadi diri sendiri, mengungkapkan perasaan
kepada seseorang yang memang dipercaya, dan membuat kesalahan tanpa rasa takut
terhadap penilaian dari teman.
Memang, tidak ada
batasan praktis mengenai jenis orang yang dapat membentuk persahabatan atau
pertemanan. Teman cenderung berbagi latar belakang, pekerjaan, atau minat yang
sama dan memiliki demografi hampir sama atau serupa.
Dalam urutan
perkembangan emosional seseorang, persahabatan terbentuk setelah ikatan orang
tua dan sebelum ikatan pasangan. Di periode intervensi antara akhir masa
kanak-kanak dan awal dewasa menuju penuh, teman seringkali menjadi satu
hubungan yang penting dalam kehidupan emosional remaja, dan seringkali lebih
hebat dari hubungan di kemudian hari. Tidak ada teman dalam hidup akan dapat
merusak seseorang secara emosional.
Dari sisi pendekatan
psikologi evolusioner terhadap perkembangan manusia, Dumbler telah menghasilkan
sejumlah teori, teori tersebut diajukan oleh antropolog Inggris, Robin Dunbar.
Dia berteori bahwa ada batas sekitar 150 orang dengan siapa manusia dapat
menjaga hubungan sosial yang stabil.
Di dalam Ensiklopedia Diderot,
ada konsep khusus awal tentang persabatan yang baik pada abad ke-18. Di dalam
tulisannya itu berisi mengenai: Persahabatan tidak lain sebagai praktik menjaga
perdagangan yang layak dan menyenangkan
dengan seseorang, apakah persahabatan atau pertemanan tidak lebih dari itu?
Pertemanan, disebutkan
tidak terbatas pada istilah saja, melainkan
melewati batas yang sempit. Orang-orang yang membuat pengamatan tidak
menganggap bahwa dua orang yang tidak berteman, atau tanpa teman, menjaga
hubungan yang tidak ada dan tidak salah, justru hal itu akan memberi mereka
kesenangan timbal balik.
Perdagangan yang
mungkin dengan seorang pria atau wanita melibatkan pikiran atau hati. Nah, perdagangan itulah yang disebut kenalan,
perdagangan tempat hati mengambil minat
karena kesenangan yang diperoleh dari pertemanan. Saya pribadi tidak melihat
gagasan yang lebih akurat dan sangat sesuai untuk menjelaskan semua
persahabatan itu dengan sendirinya dan termasuk propertinya.
Hingga sekarang, masih
erat melekat dalam benak, sesiapa teman-teman saya saat masih bersama-sama
dahulu. Mulai dari Sekolah Dasar hingga sama-sama menempuh pendidikan tinggi.
Ada Muhammad Saudi teman
satu kelas dan satu bangku. Saat kelas enam SD, badannya lumayan besar dan rambutnya berwarna
kemerah-merahan. Anaknya jarang banget marah. Seringnya mancing ikan sepat di
selokan. Terkadang, dia menghampiri main ke rumah saya. Kami jalan bersama-sama
ke sungai, berenang, dan mancing ikan. Kalau ada anak-anak lain yang coba
mengganggu saya, dia maju paling depan belain.
Sekolah Menengah
Pertama mengingatkan saya pada teman-teman yang mulai ABG (kata bahasa
anak-anak sekarang). Pola tingkah yang buat guru senang, marah, juga nahan
emosi. Teman satu bangku saya ini selalu ceria, namanya Faturrahman. Saya kasih
gelar ke Fatur--biasa saya panggil—Kirbi (Keriting biri-biri), hahaha… Soalnya,
rambutnya mirip banget dengan bulu domba biri-biri. Ikal-ikal dan sulit
disisir. Mungkin kalau lalat hinggap atau masuk ke rambutnya udah ga bisa
keluar lagi, alias mati saking rapat dan kerasnya itu rambut.
Kami bersaing dalam
beberapa mata pelajaran, terutama bahasa Inggris. Saya tidak pernah ikut kursu
bahasa Inggris secara formal, tetapi dia ikut. Tetapi, meski begitu, kami
saling berbagi pelajaran dan memberi tahu untuk yang tidak tahu. Fatur juga
suka bantuin teman-teman yang kesulitan dalam pelajaran bahasa Inggris.
Masa-masa paling indah
masa-masa di SMA, kata lagu Obbie Mesakh. Ya, kenapa coba? Di SMA, pernah satu
kelas dihukum jemur bareng-bareng gegara loncat pagar. Maksudnya mau merayakan
ulang tahun teman, itu pas guru yang ngajar di jam itu tidak ada. Inisiatif dari
salah satu teman yang semuanya ikut saja.
Di SMA satu teman sebangku saya, namanya Ahmad
Fadli. Badannya kerempeng, wajahnya agak lonjong, dan perawakannya agak pendek,
rambutnya juga keriting biri-biri. Saya dan dia, kalau sudah dapat soal Fisika,
orang yang duluan selesai ngerjain. Kami, meski satu bangku persaingan belajar
tetap jalan, tetapi bersaing sehat tentunya. Fadli agak pendiam dan kalau sudah baca buku, tekunnya
minta ampun. Diganggu orang pun dia cuekin, terus aja baca.
Menginjak masuk kuliah,
nah, di sini kan duduknya sendiri-sendiri. Saya punya beberapa teman dekat yang
baik dan selalu support. Apalagi saat krisis dompet datang melanda. Ditambah
pula, fotokopian bahan saat duit ngepas di badan. Hahaha… bukan cowok matre lho
ya…
Ya, Herfrika salah
satunya. Saya biasa panggil Lika. Anaknya imut dan cantik mirip Yuni Shara.
Baik banget sama saya. Kalau saya lagi bokek untuk fotokopi, dia dengan senang
hati memberi dan ga pernah minta kembali. Kini, dia menikah dengan orang
Yordania dan tinggal di sana. Sudah jarang-jarang pulang ke Indonesia.
Ada juga Puji Budi
Setia Asih. Punya rambut pirang-pirang gimana gitu, pakai kaca mata yang relatif
tebal. Kami sering bertukar catatan kuliah untuk saling melengkapi atau
mengoreksi kalau-kalau ada yang terlewat. Anaknya cukup cerdas, selepas kuliah,
dia sambung ke Belanda untuk ambil S2 dan ke Amerika untuk S3. Tuntas dalam
waktu yang terbilang cepat. Kini, Puji menjadi salah satu peneliti Genetika di
Lembaga Eijkman RSCM.
Mungkin satu saat
nanti, saya dan mereka-mereka dapat dipertemukan kembali dengan wajah-wajah
yang sudah berubah, rambut mulai dua warna, tenaga tak lagi sekuat dulu muda.
Masing-masing menenteng “buntut” yang entah berapa jumlahnya. Semoga.
#ODOP9