Friday, September 8, 2017

Dari Semarang Ke Salatiga GERMAS Semakin Bergema




Sebelum cerita saya sampai ke Salatiga, sedikit “oleh-oleh” dari Santika Premier Semarang pada 28 Agustus 2017 lalu. Di sela-sela sampaian materi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat itu, salah satu narasumber yang biasa memberikan pengajaran bahasa di beberapa media cetak & online,  juga memberikan pembekalan kepada para blogger Jakarta dan Semarang, Mas Anwar Antari.
 
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat [Foto: DokPri]
Sampaiannya kepada para blogger mengenai penggunaan bahasa. Terkadang, penyampaian informasi kepada publik masih terdapat salah kalimat. Banyak contoh yang diberikannya sebagai bekal blogger untuk menuliskan kalimat yang benar. Seperti, perbedaan kata Pedestrian dan Trotoar. Kedua hal ini berbeda. Pedestrian, orangnya, sedangkan trotoar, tempat jalan orangnya. 

Ngobrolin Germas ternyata tak akan pernah habis. Misalnya saja di Semarang, ternyata di Semarang masih banyak penduduk yang hidup dengan gaya hidup tidak sehat. Salah satunya, masih banyak warga yang buang air besar sembarangan. Menurut saya, BAB sembarangan dapat menyebabkan bakteri E.coli “berkeliaran”. Akibatnya, orang dapat terkena diare, tipus, dan penyakit lainnya. Oleh karenanya, Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan Jawa Tengah berkolaborasi memberantas hal ini.

Fokus kegiatan Germas di Semarang ini ada pada  tujuh hal, yaitu:
1.    Melakukan aktivita fisik
2.    Mengonsumsi sayur dan buah
3.    Tidak merokok
4.    Tidak mengonsumsi alkohol
5.    Memeriksa kesehatan secara berkala
6.    Membersihkan lingkungan
7.    Menggunakan jamban

Pada dasarnya, warga Semarang sangat mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Menjadi tugas pemerintah kota untuk menggaungkan hal ini. Lintas sektoral pun dilakukan untuk hal ini, terutama walikota, berupa penyiapan sarana aktivitas fisik, ruang terbuka hijau untuk umum, car free day, jalur sepeda dan pejalan kaki, pemanfaatan pekarangan untuk sayur dan buah, menciptakan kawasan tanpa rokok, membuat kebijakan Germas daerah, serta membuat laporan kepada gubernur.

Semarang telah membuat banyak tempat aktivitas fisik untuk memberikan kebermanfaatan kepada masyarakat. Begitu pula dengan ruang terbuka hijau. Taman aktif di kota Semarang ada sekitar 33 luas keseluruhan 41.152,10 m2 yang tersebar di semua kecamatan di Semarang. Konsep taman tersebut dapat memberikan manfaat ke warga, misalnya untuk olahraga, acara kelab, dan sebagainya.

Begitu pula dengan agenda car free day. Semarang membuat aturan di kawasan Simpang Lima dan Jalan Pemuda untuk Car Free Day yang dimulai pada pukul 5 hingga 9.30 WIB. Trotoar untuk pedestrian pun banyak dibangun agar memberikan kenyaman pejalan kaki.
Nah, di beberapa kelurahan, pekarangan warga dimanfaatkan untuk menanam sayur dan buah-buahan. Seperti Kampung Agro Kelurahan Krapyak, Kelurahan Kandri, Kelurahan Kembangarum, Kelurahan Purwosari, dan Kelurahan Tambak Rejo. 

Antusiasme warga Semarang juga ditunjukkan dengan adanya kawasan tanpa rokok. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 3 tahun 2013 tentang kawasan tanpa rokok (KTR).  Peraturan Walikota Nomor 29A tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda No 3 tahun 2013. SK Walikota Nomor 440/423/2015 tentang Penetapan Kawasan Tanpa rokok di Kota Semarang.

Dari hal-hal tersebut, Pemkot Semarang mendapatkan penghargaan tertinggi  dari Kementerian Kesehatan terhadap komitmennya untuk membuat dan menegakkan aturan mengenai rokok, berupa penghargaan Pastika Parama. 

Nah, menurut walikota Semarang, Germas yang dilakukan di kota Semarang fokus pada tiga tindakan preventif dan promotif, mendorong aktivitas fisik teratur dan terukur, konsumsi sayur dan buah, serta pemeriksaan dan deteksi dini penyakit. Kampanye yang dilakukan Walkot Semarang menjadi peluru jitu untuk menggiatkan warganya agar hidup lebih sehat.

Pemkot Semarang pun gencar melakukan kampanye Germas kepada warganya, seperti
      Sosialisasi GERMAS dalam rangkaian kegiatan TMMD ke 99
      Sosialisasi GERMAS kepada Dharma Wanita DKK
      Siaran Radio tentang Peningkatan Konsumsi Buah & Sayur
      Edukasi GERMAS & Pelayanan Kesehatan di Car Free Day Simpang Lima
      Sosialisiasi melalui media promosi Kesehatan (Leaflet, Banner, Spanduk)
      Penandatanganan Komitmen Bersama GERMAS Hidup Sehat oleh OPD, Linsek, Perwakilan Institusi Pendidikan, & masyarakat
      Gencar pula menyuarakan melalui channel media social yang dimiliki pemkot, seperti twitter, facebook, juga instagram.

Nah, terkait Germas ini pula, Pemkot Semarang punya rencana yang mesti dilakukan, yaitu:
      Membuat Instruksi Walikota tentang Penerapan GERMAS
      Sosialisasi secara massif tentang GERMAS melalui berbagai media (cetak, elektronik, medsos, dll)
      Membuat Rencana Aksi Daerah (RAD) Germas di Kota Semarang

Pemkot Semarang punya harapan, Germas tak hanya sekadar slogan, mesti ada indikator proses yang jelas serta sistematis. Monitoring dan evaluasi pun harus ada dan berjenjang dari pusat ke daerah dan dukungan dari anggaran pusat. 

Salatiga Penuh Warna
Dari Semarang, perjalanan Germas bersama Kementerian Kesehatan, Blogger Jakarta, dan Blogger Semarang diteruskan ke Salatiga. Saya jadi randevu kota Salatiga 17 tahun silam. Udaranya kala itu sejuk. Ada tempat favorit di dekat pasar untuk makan nasgor kambing yang pedasnya, masya Allah. Tergantung request sih! Juga ting ting gepuk yang jadi camilan tiap malam di mess. Ya itu dulu, Salatiga kini beda. Ceritanya nanti aja diterusin. Masih on the track untuk ceritakan saat-saat Germas.

Taman Tingkir, Salatiga, sayang huruf "A"-nya hilang [Foto: DokPri]
Perjalanan saya menuju salah satu Puskemas yang menjadi percontohan di Kecamatan Tingkir, yaitu Puskesmas Sidorejo Kidul. Di bawah pimpinan Dokter Desi Vebriana Pananingrum, puskemas ini menjadi salah satu puskesmas yang banyak dikunjungi pasien. Puskesmas ini memiliki misi untuk meningakatkan kualitas pelayanan kessehatan, meningkatkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan, dan menjalin kerjasama lintas sector yang harmonis dan dinamis.

Bersama Camat Tingkir, Ibu Nunuk Dartini, S.Pd, M.Si.
Dengan motto “Ramah petugasnya, unggul pelayanannya” memiliki tata nilai tanggung jawab, ramah, unggul, sopan, dan terpercaya. Tak heran jika puskesmas ini maju dan dikenal banyak orang. 

Rekan-rekan Blogger Jakarta & Semarang di Puskesmas Sidorejo Kidul [Foto: DokPri]
Dari pos pelayanannya sendiri, dapat diketahui bahwa puskesmas ini memiliki tempat yang menjadi kebutuhan masyarakat di sekitar kecamatan Tingkir, yaitu:
1.    Puskesmas 1
2.    Pustu 4
3.    Posyandu Balita 71
4.    Posyandu Lansia 27
5.    Pusling 7
6.    Poskestren 4 dan
7.    Pos UKK 5

Puskesmas Sidorejo Kidul [Foto: DokPri]
Ternyata, di puskesmas Sidorejo Kidul ini  juga punya tempat untuk berobat kejiwaan. Jarang-jarang ditemui dalam satu puskemas yang hampir lengkap seperti ini. Urutan  kerja yang cukup sistematis, dengan pelayanan ramah memang menjadi andalan di puskesmas ini. Keren!

Kepala Puskesmas Sidorejo Kidul dr. Desi Vebiana Pananingrum [Foto: DokPri]
Selain itu, Puskesmas Sidorejo Kidul juga punya ruang atau tempat konsultasi gizi, ruang vaksin, apotek, loket pendaftaran pasien, dan lainnya. Puskesmas yang beralamat di Jalan Tritis Mukti 1 Salatiga ini  menjadi salah satu puskesmas unggul di tengah-tengah kota Salatiga yang memikat mata. Ya, yang sehat tetap sehat, yang sehat tidak sakit, yang sakit menjadi sehat. Inilah paradigma yang diterapkan oleh Puskesmas ini. Semoga, Puskesmas ini menjadi pemicu untuk puskesmas-puskesmas lain yang ada di kota Salatiga. Sukses ya Bu Dokter Desi.



Beberapa ruang di Puskesmas Sidorejo Kidul [Foto: DokPri]