Sebelum cerita saya
sampai ke Salatiga, sedikit “oleh-oleh” dari Santika Premier Semarang pada 28
Agustus 2017 lalu. Di sela-sela sampaian materi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
itu, salah satu narasumber yang biasa memberikan pengajaran bahasa di beberapa
media cetak & online, juga
memberikan pembekalan kepada para blogger Jakarta dan Semarang, Mas Anwar
Antari.
Sampaiannya kepada para
blogger mengenai penggunaan bahasa. Terkadang, penyampaian informasi kepada publik
masih terdapat salah kalimat. Banyak contoh yang diberikannya sebagai bekal
blogger untuk menuliskan kalimat yang benar. Seperti, perbedaan kata Pedestrian dan Trotoar. Kedua hal ini berbeda. Pedestrian, orangnya, sedangkan
trotoar, tempat jalan orangnya.
Ngobrolin Germas
ternyata tak akan pernah habis. Misalnya saja di Semarang, ternyata di Semarang
masih banyak penduduk yang hidup dengan gaya hidup tidak sehat. Salah satunya,
masih banyak warga yang buang air besar sembarangan. Menurut saya, BAB
sembarangan dapat menyebabkan bakteri E.coli
“berkeliaran”. Akibatnya, orang dapat terkena diare, tipus, dan penyakit
lainnya. Oleh karenanya, Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan Jawa Tengah
berkolaborasi memberantas hal ini.
Fokus kegiatan Germas di
Semarang ini ada pada tujuh hal, yaitu:
1. Melakukan aktivita fisik
2. Mengonsumsi sayur dan buah
3. Tidak merokok
4. Tidak mengonsumsi alkohol
5. Memeriksa kesehatan secara berkala
6. Membersihkan lingkungan
7. Menggunakan jamban
Pada dasarnya, warga
Semarang sangat mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat. Menjadi tugas
pemerintah kota untuk menggaungkan hal ini. Lintas sektoral pun dilakukan untuk
hal ini, terutama walikota, berupa penyiapan sarana aktivitas fisik, ruang
terbuka hijau untuk umum, car free day, jalur sepeda dan pejalan kaki,
pemanfaatan pekarangan untuk sayur dan buah, menciptakan kawasan tanpa rokok,
membuat kebijakan Germas daerah, serta membuat laporan kepada gubernur.
Semarang telah membuat
banyak tempat aktivitas fisik untuk memberikan kebermanfaatan kepada
masyarakat. Begitu pula dengan ruang terbuka hijau. Taman aktif di kota
Semarang ada sekitar 33 luas keseluruhan 41.152,10 m2 yang tersebar
di semua kecamatan di Semarang. Konsep taman tersebut dapat memberikan manfaat
ke warga, misalnya untuk olahraga, acara kelab, dan sebagainya.
Begitu pula dengan agenda
car free day. Semarang membuat aturan di kawasan Simpang Lima dan Jalan Pemuda
untuk Car Free Day yang dimulai pada pukul 5 hingga 9.30 WIB. Trotoar untuk
pedestrian pun banyak dibangun agar memberikan kenyaman pejalan kaki.
Nah, di beberapa
kelurahan, pekarangan warga dimanfaatkan untuk menanam sayur dan buah-buahan. Seperti
Kampung Agro Kelurahan Krapyak, Kelurahan Kandri, Kelurahan Kembangarum,
Kelurahan Purwosari, dan Kelurahan Tambak Rejo.
Antusiasme warga
Semarang juga ditunjukkan dengan adanya kawasan tanpa rokok. Hal tersebut
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda)
nomor 3 tahun 2013 tentang kawasan
tanpa rokok (KTR). Peraturan Walikota Nomor 29A tahun 2014 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Perda No 3 tahun 2013. SK Walikota Nomor 440/423/2015 tentang Penetapan Kawasan Tanpa rokok di Kota Semarang.
Dari hal-hal tersebut,
Pemkot Semarang mendapatkan penghargaan tertinggi dari Kementerian Kesehatan terhadap
komitmennya untuk membuat dan menegakkan aturan mengenai rokok, berupa
penghargaan Pastika Parama.
Nah, menurut walikota
Semarang, Germas yang dilakukan di kota Semarang fokus pada tiga tindakan preventif
dan promotif, mendorong aktivitas fisik teratur dan terukur, konsumsi sayur dan
buah, serta pemeriksaan dan deteksi dini penyakit. Kampanye yang dilakukan
Walkot Semarang menjadi peluru jitu untuk menggiatkan warganya agar hidup lebih
sehat.
Pemkot Semarang pun
gencar melakukan kampanye Germas kepada warganya, seperti
• Sosialisasi GERMAS dalam rangkaian kegiatan TMMD ke 99
• Sosialisasi GERMAS kepada Dharma Wanita DKK
• Siaran Radio tentang Peningkatan Konsumsi Buah & Sayur
• Edukasi GERMAS & Pelayanan Kesehatan di Car Free Day Simpang Lima
• Sosialisiasi melalui media promosi Kesehatan (Leaflet, Banner, Spanduk)
• Penandatanganan Komitmen Bersama GERMAS Hidup Sehat oleh OPD, Linsek,
Perwakilan Institusi Pendidikan, & masyarakat
• Gencar pula menyuarakan melalui channel media social yang dimiliki pemkot,
seperti twitter, facebook, juga instagram.
Nah, terkait Germas ini
pula, Pemkot Semarang punya rencana yang mesti dilakukan, yaitu:
• Membuat Instruksi Walikota tentang Penerapan GERMAS
• Sosialisasi secara massif tentang GERMAS melalui berbagai media (cetak,
elektronik, medsos, dll)
• Membuat Rencana Aksi Daerah (RAD) Germas di Kota Semarang
Pemkot Semarang punya harapan, Germas tak hanya sekadar slogan,
mesti ada indikator proses yang jelas
serta sistematis. Monitoring dan evaluasi pun harus ada dan berjenjang dari pusat ke daerah dan dukungan
dari anggaran pusat.
Salatiga
Penuh Warna
Dari Semarang, perjalanan Germas bersama Kementerian Kesehatan,
Blogger Jakarta, dan Blogger Semarang diteruskan ke Salatiga. Saya jadi randevu
kota Salatiga 17 tahun silam. Udaranya kala itu sejuk. Ada tempat favorit di
dekat pasar untuk makan nasgor kambing yang pedasnya, masya Allah. Tergantung
request sih! Juga ting ting gepuk yang jadi camilan tiap malam di mess. Ya itu
dulu, Salatiga kini beda. Ceritanya nanti aja diterusin. Masih on the track
untuk ceritakan saat-saat Germas.
Taman Tingkir, Salatiga, sayang huruf "A"-nya hilang [Foto: DokPri] |
Perjalanan saya menuju salah satu Puskemas yang menjadi
percontohan di Kecamatan Tingkir, yaitu Puskesmas Sidorejo Kidul. Di bawah
pimpinan Dokter Desi Vebriana Pananingrum, puskemas ini menjadi salah satu
puskesmas yang banyak dikunjungi pasien. Puskesmas ini memiliki misi untuk
meningakatkan kualitas pelayanan kessehatan, meningkatkan kemandirian
masyarakat di bidang kesehatan, dan menjalin kerjasama lintas sector yang
harmonis dan dinamis.
Bersama Camat Tingkir, Ibu Nunuk Dartini, S.Pd, M.Si. |
Dengan motto “Ramah petugasnya, unggul pelayanannya”
memiliki tata nilai tanggung jawab, ramah, unggul, sopan, dan terpercaya. Tak
heran jika puskesmas ini maju dan dikenal banyak orang.
Rekan-rekan Blogger Jakarta & Semarang di Puskesmas Sidorejo Kidul [Foto: DokPri] |
Dari pos pelayanannya sendiri, dapat diketahui bahwa
puskesmas ini memiliki tempat yang menjadi kebutuhan masyarakat di sekitar
kecamatan Tingkir, yaitu:
1. Puskesmas
1
2. Pustu
4
3. Posyandu
Balita 71
4. Posyandu
Lansia 27
5. Pusling
7
6. Poskestren
4 dan
7. Pos
UKK 5
Puskesmas Sidorejo Kidul [Foto: DokPri] |
Kepala Puskesmas Sidorejo Kidul dr. Desi Vebiana Pananingrum [Foto: DokPri] |
Selain itu, Puskesmas Sidorejo Kidul juga punya ruang
atau tempat konsultasi gizi, ruang vaksin, apotek, loket pendaftaran pasien,
dan lainnya. Puskesmas yang beralamat di Jalan Tritis Mukti 1 Salatiga ini menjadi salah satu puskesmas unggul di
tengah-tengah kota Salatiga yang memikat mata. Ya, yang sehat tetap sehat, yang
sehat tidak sakit, yang sakit menjadi sehat. Inilah paradigma yang diterapkan
oleh Puskesmas ini. Semoga, Puskesmas ini menjadi pemicu untuk
puskesmas-puskesmas lain yang ada di kota Salatiga. Sukses ya Bu Dokter Desi.
Beberapa ruang di Puskesmas Sidorejo Kidul [Foto: DokPri] |