Sehat, lima huruf ini
memang mesti dijaga oleh siapapun. Benar memang apa yang dikatakan orang,
sayangi tubuh kita, karena tubuh mau dipakai lama. Bukan tubuh saja tentunya
yang mesti disayang. Akan tetapi, seluruh anggota tubuh, baik luar maupun
dalam.
Pentingnya general check
up setiap enam bulan sekali sangat diperlukan. Jangan sampai, penyakit hinggap
setelah terjadi gejala. Gejala yang sudah timbul sama saja artinya kita
terlambat mengetahui kondisi tubuh. Oleh karenanya, di saat-saat kita sehatlah
perlu mengontrol diri ke dokter.
Mengontrol diri ke
dokter tidak pada saat tubuh sedang di derita sakit. Tetapi, alangkah baiknya
rutin dilakukan. Sebagai bentuk antisipasi keadaan sejak dini agar tidak
terjadi hal-hal yang diinginkan. Kini, banyak beredar penyakit yang tidak
menular justru mematikan. Artinya, penyakit tidak menular pun dapat menjadi
pembunuh berdarah dingin.
PTM menjadi penyebab
kematian utama juga di tanah air. Dari itu, sebelum semua terlambat, segera
lakukan check up ke dokter. Ya, check up ini sebagai sarana kita untuk
mengetahui atau bahan evaluasi apakah ada gangguan dalam tubuh atau kesehatan
kita secara kronis di diri seseorang.
Check up diperlukan untuk
mengetahui kondisi. Karena banyak penyakit yang pada mulanya timbul tanpa tidak
ada gejala. Nah, perlu kita ketahui penyakit-penyakit kronis yang timbul tidak
bergejala pada mula sakit, yaitu peningkatan kadar lemak darah: kolesterol
tinggi, trigliserida tinggi, kadar kolesterol jahat (LDL), kadar kolesterol
baik (HDL) yang rendah.
Ada juga peningkatan
kadar asam urat, kadar gula darah tinggi, perlemakan hati dan hepatitis kronis,
serta anemia. Kenapa hal itu bisa terjadi? Ya, semua kembali pada pola makan
kita, terutama orang Indonesia.
Contohnya saja makan
bakso. Sebenarnya, bakso itu bukan makanan selingan. Akan tetapi, oleh orang
kita bakso dijadikan makanan selingan. Setelah makanan selingan itu, ditambah
lagi makan makanan berat. Nah, dari sinilah mulanya pemicu ragam penyakit
timbul.
Selain itu, konsumsi
serat orang Indonesia rendah. Ada 2005 berdasarkan riset dari RSM, kita dapat
melihat asupan serat berdasarkan kebutuhan.
Kebutuhan serat orang
kita itu idealnya 25 mg/hari. Tetapi, hal itu tidak sampai. Rata-rata di bawah
25 mg/hari. Hal ini sebagai salah satu pemicu penyakit tidak menular timbul.
Apalagi kalau sudah
berhubungan dengan kolesterol. Kalau kadar kolesterol dalam darah kita tinggi,
maka kolesterol akan menumpuk pada pembuluh darah, baik pembuluh darah jantung,
otak, juga ditimbun di hati, ditimbun di kandung empedu sehingga menjadi batu
kandung empedu. Risiko tinggi orang-orang seperti ini adalah penyakit jantung dan utamanya juga
terkena stroke.
Nah, bicara penyakit
jantung, bukan berarti penyakit ini tidak bisa ditolong. Sangat bisa ditolong. Jadi,
siapapun bisa menyelamatkan nyawa orang yang terkena penyakit jantung.
Pengetahuan dasar dan
pelatihan resusitasi jantung paru (CPR) yang tepatlah yang dapat menjadikan
siapa saja bisa membantu keselamatan korban henti jantung mendadak (heart arrest) dan membantu
meningkatkan hidup korban.
Pada Kamis (14/07/2017)
saya mengikuti pelatihan CPR dan AED bersama Philips Indonesia di Ballroom
Jakarta Theatre satu hari penuh. Sebelumnya, diawali diskusi yang santai tetapi
benar-benar menggugah saya untuk tahu
lebih jauh mengenai CPR ini.
dr. Jetty R.H. Sedyawan, Sp.JP (K), FIHA, FACC [Foto: DokPhilips] |
Hadir di kesempatan itu
salah satu dokter ahli jantung senior, dr.Jetyy R.H. Sedyawan, Sp.JP (K), FIHA,
FACC. Beliau merupakan Sekjen PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia), dr. Erizon Safari, MKK, sebagai Kepala Unit Ambulans
Gawat Darurat (AGD) dari Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta, dan Presdir Philips
Indonesia, Bapak Suryo Suwignyo.
dr. Erizon Safari, MKK [Foto: DokPhilips] |
Ya, melihat data dari
Kemenkes pada 2014 bahwa diperkirakan ada 10 ribu orang per tahun atau 30 orang
per hari kena henti jantung mendadak. Data yang sama juga memperlihatkan bahwa
frekuensi SCA meningkat seiring peningkatan penyakit jantung koroner (PJK) dan
stroke. Sekitar 23 juta kematian pada 2030. Data PERKI di 2016 menemukan angka
henti jantung mendadak berkisar 300
hingga 350 ribu kejadian setiap tahun. Nah, hal ini dapat ditolong
dengan melakukan pertolongan pertama dengan CPR.
Menurut dokter Jetty,
ada masa emas (golden period) seseorang yang terkena henti jantung mendadak.
Kalau orang yang terkena Heart Arrest ditolong pada masa-masa tersebut,
kemungkinan besar korban bisa terselamatkan dan tidak terjadi kerusakan pada
otak. Akan tetapi, jika lewat dari masa tiga menit, justru akan semakin besar
risiko seseorang mengalami kerusakan otak dan tidak dapat diselamatkan.
Jadi, memang perlu
penanganan cepat untuk korban henti jantung mendadak ini. Apalagi, jika hal itu
terjadi di tempat umum dan kita sebagai first responder (orang yang perta
menemukan korban dan menolongnya karena punya pengetahuna tentang CPR) menjadi
satu kunci dalam menyelamatkan lebih banyak nyawa. “Hal inilah yang perlu
disadari oleh masyarakat, bahwa semua orang bisa menyelamatkan nyawa,” ucap
dokter Jetty.
Kemampuan kita mengenali
kasus emergensi menjadi langkah pertama yang diperlukan dalam menentukan
tindakan yang tepat. Kita lebih sadar terhadap situasi darurat berdasar
indikator tertentu seperti suara yang tidak biasa, melalui penciuman, penglihatan,
penampilan, dan tingkah laku.
Memang, akan terjadi
kesulitan saat kita harus mengenali perubahan tingkah laku atau perubahan
penampilan yang tidak biasa. Nah, apalagi saat kita harus memberikan bantuan
napas buatan untuk orang yang tidak kita kenal. Banyak alasannya, entah takut
terjadi penularan penyakit.
Ada pelindung mulut,
seperti pelindung wajah, dan masker resusitasi yang akan membatasi mulut dan
hidung kita dari korban yang sakit atau terluka.
Tidak sia-sia saya
mengikuti pelatihan CPR yang diadakan oleh Philips ini. CPR ini memiliki
cara-cara yang siapapun dapat melakukannya. Sebelum melakukan praktik, saya,
rekan-rekan blogger, dan media diberikan slide penjelasan. Hal itu membantu
memberikan gambaran kepada kami agar jelas dan tahu cara juga teknik CPR.
Nah, CPR ini memberikan
penekanan pada dada sebanyak 30 tekanan dengan kecepatan 100-120 kali/menit
dengan kedalaman pada dewasa 5-6 cm. Sementara itu, anak-anak sekitar 5 cm, dan
bayi 4 cm. selanjutnya memberikan bantuan napas sebanyak dua kali dengan napas
normal.
Dua kali pemberian napas
itu untuk melihat dan meningkatkan hasil yang lebih baik. Dengan kompresi dada
hal itu dapat melancarkan aliran darah. Dari penelitian diperoleh, bahwa
penderita henti jantung dapat bertahan hidup meningkat pada saat first aider
memberikan kompresi dada dibanding tidak memberikan kompresi dada.
Dengan kecepatan minimal
100-120 kali/menit untuk mempertahankan darah di dalam tubuh dan menjaga
kualitas penekanan dada tetap baik. Kalau kita melakukan penekanan dada dengan
kecepatan lebih dari 120 kali/menit atau
kurang dari 100 kali/menit maka sirkulasi darah di tubuh akan menurun dan
penekanan dada jadi tidak efektif.
Beberapa peserta CPR sesaat sebelum pelatihan CPR/AED [Foto: DokPri] |
Oleh karena itu, ada
rumusan yang mesti dilakukan first aider ketika menolong korban henti jantung
mendadak ini.
1. Danger (Bahaya): Pastikan lingkungan di sekitar korban
aman utamanya untuk kita dan orang-orang sekitar. Mesti ada pertanyaan:
·
Apakah lingkungan
korban aman
·
Apa
yang terjadi
·
Berapa
jumlah korban
·
Apakah ada
orang yang dapat memberikan pertolongan
Jangan sampai ada
bahaya-bahaya lain yang justru dapat mengancam keselamatan jiwa kita sebagai
penolong.
2. Response (Cek Respon)
Hal ini dilakukan ketika
penolong make sure bahwa kondisi di
sekitar korban aman. Ada penilaian tingkat kesadaran korban:
·
Alert:
korban sadar dengan keberadaannya (respons tertinggi)
·
Verbal:
korban masih merespons dengan panggilan suara
·
Pain:
korban baru bisa merespons dengan pemberian rasa sakit (respon rendah)
·
Unrespon:
Tidak ada respons sama sekali atau tidak sadar.
Oleh karena itu, kalau
kita bertemu dengan kondisi korban, pertama kali yang dilakukan mesti menepuk
bahu korban dan tanya kondisi korban. Ini untuk dewasa. Sedangkan untuk melihat
bayi sadar atau tidak dengan menepuk telapak kaki atau gosok punggungnya.
Kalau kondisi kesadaran
korban menurun, maka minta segera
bantuan (aktivasi EMS, minta kotak P3K,
dan AED). Cek napas korban dengan cara melihat pergerakan dada atau perut korban
selama 5-10 detik. Kalau tidak bernapas segera RJP/CPR diawali dengan kompresi
dada.
3. Kompresi dada
Kalau seseorang berhenti
denyut jantungnya, mesti segera diberikan RJP. RJP/CPR ini sebagai bentuk
kombinasi tindakan kompresi dada dan bantuan napas. Saat jantung tidak
berdetak, kompresi dada diperlukan untuk sirkulasi darah yang membawa oksigen. Biar
kompresi efektif, korban mesti dalam kondisi telentang dan berada di permukaan
yang rata dank eras.
Berikut langkah-langkah
kompresi dada untuk orang dewasa.
a. Berlutut di samping korban sejajar dengan area dada. Letakkan
tumit tangan pada pertengahan dada (pertengahan bagian bawah tulang sternum). Dukung
tangan yang dominan dengan tangan lainnya. Pastikan pundak berada di atas tumit
tangan dengan kedua siku tegak lurus. Pakai beban tubuh untuk menekan dada
jangan pakai otot lengan.
b. Posisi tubuh sangat penting ketika kompresi dada. Penekanan
pada titik tekan yang lurus (vertical) akan membantu kita mendapat kedalam yang
tepat dan mengurangi kelelahan saat
RJP/CPR.
c. Berikan 30 kali penekanan dada. Tekan yang kuat dan cepat
dengan kecepatan minimal 100-120 kali/menit. Saat memberikan kompresi hitung
dengan suara yang keras dimulai dari satu s.d. 30. Push hard, push fast selama
melakukan kompresi dan jaga ritme kompresi pada setiap kompresi.
d. Kedalaman kompresi 5 cm atau tidak lebih dari 6 cm untuk
dewasa atau ½ tebal dada. Anak-anak dalamnya kompresi 5 cm. pergerakan naik
turun dari dada dilakukan dengan pelan dan halus atau diayun pastikan dada
kembali lagi mengembang sempurna sehingga efektivitas kompresi tetap terjaga.
4. Airway (Jalan napas)
Kalau sudah beri penekanan 30 kali untuk dada, buka jalan napas dengan
metode Head Tilt-Chin Lift atau Jaw Thrust. Caranya:
a. Taruh satu tangan di dahi korban dan tengadahkan kepala
korban
b. Letakkan ujung jari di bawah dagu korban dan angkat dagu
korban. Posisi ini akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
5. Breathing (Napas bantuan)
Berikan dua kali bantuan
napas secara normal. Setiap tiupan dilakukan selama satu detik dan terlihat
dada terangkat.
a. Tekan dahi korban ke belakang dan dorong dagu ke atas
untuk membuka jalan napas.
b. Tutup hidup dengan ibu jari dan telunjuk dan mulut korban
dengan mulut penolong serapat mungkin.
c. Tiup sekitar satu detik untuk membuat dada terangkat. Lalu
diikuti dengan tiupan berikutnya.
Lanjutkan siklus 30 kali kompresi dada dan dua kali bantuan napas buatan
selama dua menit atau lima siklus. Setiap dua menit lakukan pengecekan napas
lagi. Satu siklus ini ada 30 kali penekanan dada dan dan dua kali bantuan
napas. Dalam 24 detik dan meminimalkan interupsi saat melakukan penekanan dada.
Nah, pada saat bagaimana CPR dihentikan? CPR akan dihentikan ketika pasien
memberi respon atau bernapas, biasanya respons dengan batuk. Penolong sudah tak
sanggup menolong. Kalau bantuan medis atau tim ahli tiba dan melakukan tindakan
lanjutan, dan jika sudah ada keputusan dari dokter yang akan bertanggung jawab.
Nah, dari sini juga kita bisa menolong untuk dua orang penolong. Yang menolong
pertama bisa melakukan kompresi dan penolong kedua melakukan napas buatan. Setiap
dua atau lima menit, penolong pertama dan penolong kedua bertukar posisi untuk
menghindari kelelahan saat CPR.
Dalam menolong korban, kita juga dapat menggunakan alat yang bernama AED
(Automated External Defibrillators). Ini merupakan alat yang diproduksi oleh
Philips. Tentunya, menjadi perusahaan teknologi kesehatan Philips punya peran
penting di tanah air untuk menaikkan kualitas kesehatan masyarakat kita.
Philips telah melakukan pelatihan CPR untuk karyawannya juga.
Sebelumya, “Saya ikut pelatihan CPR. Di sini diajarkan teknik dasar CPR
yang mereplikasi pernapasan vital dan fungsi jantung. Di Philips, kami
mendukung banyak orang untuk bisa menjadi penolong. Dari sini, kami berharap
peserta bisa menginspirasi orang lain untuk menjadi first responder,” ucap
Suryo Suwignjo, Presdir Philips Indonesia.
Nah, alat AED ini mesti ada di kantor-kantor atau instansi. Melalui pelatihan
yang tepat dan punya latar belakang pendidikan di bidang kedokteran atau yang
pernah mendalami pelatihan CPR, dapat memberikan kesempatan hidup untuk orang
lain dalam menghentikan jantung dadakan.
Ternyata, hal serupa juga dilakukan Negara Singapura, Korea, dan kini di
Indonesia. “Siapapun bisa menyelamatkan nyawa orang yang terkena henti jantung
mendadak. Dengan pelatihan CPR/AED, tentunya dapat membuat angka hidup menjadi
lebih baik. Mengetahui cara melakukan CPR dan menggunakan defibrillator dapat
menyelamatkan nyawa,” pungkas Pak Suryo Suwignjo.