Rekan-rekan Blogger Bersama Prudential Indonesia & Dompet Dhuafa [Foto: Dok Pri] |
Ekonomi Islam menjadi ekspresi model ekonomi berdasar
akidah dan syariat Islam yang punya cakupan luas juga target yang jelas.
Karakteristik sentral yang membedakannya dengan sistem ekonomi konvensional
adalah asas atau acuan dasar yang dipakai, yaitu al-Quran dan Hadits Nabi,
selain acuan-acuan lain yang bersifat interpretatif dari para ulama Islam.
Sebagian kalangan menyatakan bahwa sisi humanisme ekonomi
menjadi pembeda lain antara ekonomi Islam dan ekonomi ala kapitalisme yang
berpangkal pada pengayaan individu. Islam memandang bahwa wakaf tidak bisa
hanya bersifat ibadah, tetapi juga memiliki dimensi moral-psikologis, sosial
dan ekonomi.
Keceriaan kami di KIB DD Desa Cirangkong Kec. Cijambe-Subang [Foto: Dok Pri] |
Bicara wakaf, kini menjadi salah satu alternatif sumber
ekonomi yanga dapat dikelola secara profesional, baik oleh lembaga
penyelenggara wakaf, maupun perusahaan profesional.
Secara etimologis wakaf berasal dari kata waqafa-yaqifu-waqfan,
mengandung arti menghentikan atau menahan (al-habs). Secara terminologis
wakaf sebagai menahan harta dari jangkauan kepemilikan orang lain. Menurut
Kompilasi Hukum Islam (KHI) wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau
kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya
dan melembagakannya untuk selama-lamanya yang dipakaikan untuk kepentingan
ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai ajaran Islam.
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,
wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya yang digunakan untuk keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum.
Nah, salah satu lembaga wakaf yang hadir di tengah-tengah
masyarakat dan terbilang cukup lama adalah Dompet Dhuafa. Dompet Dhuafa sebagai
lembaga filantropi Islam bersumber dana melalui zakat, infak, sedekah, dan
wakaf (ZISWAF), serta dana halal lainnya yang berfokus pada pemberdayaan kaum
dhuafa melalui pendekatan budaya dengan kegiatan filantropis (humanitarian) dan
wirausaha sosial profetik. Dompet Dhuafa (DD) yang berupaya mewujudkan
masyarakat berdaya yang bertumpu pada sumber daya lokal secara adil.
Mini trip ke Kebun Buah Naga tanah wakaf DD di Subang [Foto: Dok Pri] |
Wakaf menjadi salah satu filantropi Islam yang dijalankan
DD untuk menggalang beragam kebermanfaatan dengan pihak lain. Begitu pun dengan
Prudential Indonesia, sebagai salah satu perusahaan asuransi terbesar di dunia
dan Indonesia, melalui PRUSyariah-nya membuat wakaf memiliki nilai dan tempat. Prudential
Indonesia menjalin kerjasama dengan DD melalui wakaf untuk kemaslahatan umat.
Sejalan dengan salah satu tagline Prudential Indonesia,
yaitu #WeDoGood yang ketika saya mengikuti mini trip ke Subang untuk melihat
Kebun Indonesia Berdaya DD dari hasil
tanah wakaf, dalam acara #WeDoGoodCamp. We Do Good sendiri merupakan komitmen baru Prudential Indonesia
di tahun 2019 bahwa perusahaan akan mewujudkan kebajikan melalui program CSR dan PRUSyariah.
We Do Good = berbuat kebaikan, tak hanya itu, tetapi
bagaimana komitmen Prudential Indonesia bisa berbagi dengan sesama, salah
satunya melalui wakaf. Bagaimana cara berwakaf?
Mas Bobby, salah satu perwakilan Prudential Indonesia
dalam sambutannya mengatakan, bahwa di tahun 2019 ini Prudential punya komitmen
baru salah satunya #WeDoGood (perusahaan mewujudkan kebajikan). Salah satu
kebajikan itu adalah berwakaf. Sekarang, sesuai peraturan baru dari OJK dan
MUI, saat ini berwakaf dapat dilakukan melalui asuransi.
Jadi, pada tanggal 1 Februari 2019 lalu, Prudential telah
meluncurkan satu program wakaf. Memang, selama ini banyak orang berpikir bahwa
wakaf diasosiasikan dengan orang membeli tanah atau sesuatu. Tidak harus punya uang banyak dulu baru bisa
berwakaf, sebenarnya hal ini yang memang harus diterapkan.
Dengan adanya program wakaf dari Prudential, Anda tidak
harus punya uang banyak untuk berwakaf. Jadi, Anda bisa berwakaf melalui manfaat
asuransi PRUSyariah-nya. Manfaat wakaf itu apa sih sebenarnya?
Nah, bukti nyata dari program wakaf ini adalah apa yang
dilakukan oleh DD melalui Kebun Indonesia Berdaya. Kebun tersebut merupakan
hasil wakaf yang dikelola DD secara profesional. DD juga menjadi salah satu
partner Prudential Indonesia. Nah, untuk Anda yang ingin menyalurkan wakaf
melalui Prudential Indonesia, nantinya akan dikelola secara profesional oleh
partner Prudential Indonesia tersebut.
Apa manfaat wakaf dan yang bisa diberikan untuk
kemaslahatan masyarakat sekitar, dalam
keterangannya, Mas Kohar (representatif DD) menjelaskan bahwa di Kebun
Indonesia Berdaya ini banyak ditanami buah naga, nenas, jambu kristal, dan
lain-lain. Buah naga memang jadi buah
unggulan dengan dua warna, yaitu merah dan putih.
Kebun Indonesia Berdaya DD ini merupakan bentuk yang diikhtiarkan
melalui dana wakaf. Jadi, kalau selama ini mungkin Anda hanya familiar wakaf dengan
masjid, makam, atau pesantren, wakaf bisa dalam bentuk lain.
Manfaat wakaf sendiri akan terus berkelanjutan dan
tersebar untuk umat dan dirasakan banyak orang. Memang, DD sendiri akan concern
untuk mengoptimakan wakaf-wakaf produktif yang akan kerjasama dengan banyak
pihak, salah satunya Prudential Indonesia.
Untuk wakaf juga Anda tidak harus menunggu punya banyak
tanah, punya rumah, atau lainnya. Dengan program Prudential Indonesia, Anda
bisa langsung berwakaf yang bisa dikelola langsung oleh DD.
Contohnya kebun buah naga yang merupakan hasil tanah
wakaf dengan luas 10 hektar. Buah naga yang ada di Kebun Indonesia berdaya ini
berbuah dari Januari hingga Maret dan edisi buah terakhir.
Di sela-sela acara Kohar juga menyampaikan bahwa untuk
berbuat baik tidak harus menunggu. Dengan program-program yang dilakukan DD dan
Prudential Indonesia, semua bisa dilakukan dan jangan takut berbagi. Kenapa
#JanganTakutBerbagi?
Masih banyak orang yang sungkan atau takut untuk berbagi,
padahal berbagi punya makna sangat luas. Di acara #WeDoGoodCamp pun saya bisa
berbagi cerita dengan teman-teman lain, agar mereka juga ikut merasakan hal
yang sama.
Ya, ketika dana wakaf dikelola secara baik dan benar,
dana tersebut justru dapat membantu perekonomian masyarakat setempat. Dengan
kehadiran Kebun Indonesia Berdaya DD dari hasil wakaf tersebut, warga sekitar
sangat merasakan hasil atau manfaat yang diberikan.
Saya mau cerita sedikit ya aktivitas bareng teman-teman
blogger, Prudential Indonesia, dream.co.id, dan teman-teman DD selama di Subang.
Jadi, begitu sampai, kami sudah disambut dengan sajian jus buah naga dan nenas
Subang yang manis aduhai itu. Kemudian, makan “ala Subang” seperti liwetan
gitu.
Dalam geraian nasi
timbel, ikan mas goreng, ayam goreng/panggang, sambal leuncak, tumis kangkung,
sambal, tahu/tempe goreng, dan lalapan khas Sunda. Ini jadi makan paling enak
dan nikmat, soalnya di Jakarta hampir tidak pernah ditemukan, hal-hal begini
lebih banyak ditemui di desa.
Makan siang ala Subang di KIB Dompet Dhuafa [Foto: Dok Teman] |
Selepas dari makan berganti baju kaos yang sudah
disiapkan panitia, dan mendengarkan beberapa penjelasan dari representatif
Prudential Indonesia dan DD. Sempat diguyur hujan dan pindah ke “barak” untuk
mendengarkan lanjutan penjelasan dari program Prudential melalui Mas Bobby dan
DD.
Di sini serunya, gerimis masih melanda, saya dan
teman-teman blogger tapi mesti metik buah naga. Di tengah gerimis berderai, jas
hujan sekali pakai sudah berikan panitia, juga keranjang berikut gunting petik
plus caping.
Metik buah naga di KIB DD Subang [Foto: Dok Pri] |
Di tengah-tengah hujan itu, saya temukan rasa asyik
memetik buah naga setelah sebelumnya representatif DD menjelaskan tentang KIB
(Kebun Indonesia Berdaya) dan tentang buah naga itu sendiri.
Ngomong-ngomong, sebelumnya saya sempat bertanya satu
kilo buah naga di KIB berapa ke representatif DD. Satu kilo ternyata IDR 20K.
Relatif murah. Kalau saya beli di Jakarta sekitar IDR 30K s.d. IDR 35K.
Kebun Indonesia Berdaya hasil wakaf DD [Foto: Dok Pri] |
Puas metik-metikin buah naga, saatnya menimbang. Ahaaa…
berapa timbangan buah naga yang saya peroleh? Sepuluh kilogram. Lumayan buat
olahraga gantiin barbel. Buah naga yang dipetik dari pohonnya langsung ini
memang beda rasanya. Saya langsung coba, maniiiis dan fresh banget. Tapi sayang
sih, nenasnya ga bisa metik. Pas ngeliat
masih muda-muda gitu. Tapi tetap ya, judulnya “Metik Ganas…” (hahaha).
Oya, selain metik buah naga, saya dan teman-teman blogger
juga foto-foto di spot kecenya KIB. Juga yang tak kalah serunya main
panah-panahan. Sambil manah asmara (hahaha). Ternyata memanah ini
gampang-gampang susah. Seru deh intinya di KIB bersama Prudential Indonesia dan
DD ini.
Salah satu kesenangan permainan, memanah di KIB DD [Foto: Dok Teman] |
Waktu terus bergulir di tengah deraian hujan. Tepat pukul
16.30 kami tinggalkan KIB untuk entah kapan lagi bisa saya kunjungi. Ada kesan
mendalam yang tak bisa saya lupakan. Kearifan, keteduhan, dan kenyamanan yang
tak bisa saya temui di Jakarta. Wakaf ini menjadi ladang amal saya kelak.
Terima kasih Prudential Indonesia dan DD! Majulah wakaf Indonesia untuk berdaya demi
kemaslahatan umat. Aamiin.
Kebun Nenas di KIB DD dari tanah wakaf [Foto: Dok Pri] |