Showing posts with label Craft. Show all posts
Showing posts with label Craft. Show all posts

Monday, February 13, 2017

Blogger & Crafter Jogja Berjumpa dalam Satu Wadah: Clutch Bag Daluang

Kriya Indonesia kali ini singgah di kota Jogjakarta. Ya, kota dengan segudang seniman dan banyak julukan ini menjadi salah satu tempat tujuan workshop jahit Kriya Indonesia dan Mesin Jahit BROTHER,”Clutch Bag Daluang”. Peserta berasal dari kalangan Blogger dan Crafter Jogja serta daerah sekitar Jogja. Antusias yang ingin mengikuti workshop ini tak tanggung-tanggung, melebihi dari target yang ditetapkan KI. Oleh karenanya, peserta  mau tidak mau harus diseleksi yang memang benar-benar tertarik.

Workshop Jahit Clutch Bag Daluang
untuk para Blogger dan Crafter Jogja
Foto: Dok. KI
Lima puluh peserta terpilih, yang dibagi menjadi 25 Blogger dan 25 Crafter dengan dua sesi. Sesi pertama dikhususkan untuk Blogger dan sesi kedua untuk para Crafter. 

Salah satu sisi Pesona Jogja tempat berlangsungnya workshop
Foto: Dok.Pribadi
Pelaksanaan workshop jahit clutch bag ini dilakukan pada 4 Pebruari 2017 bertempat di Pesona Jogja Homestay.

Blogger Jogja antusias mendengar penjelasan tentang kain kulit kayu
Foto: Dok. Pribadi
Antusias peserta terutama dari Blogger sangat terlihat tatkala Tim Kriya Indonesia mulai memperkenalkan apa itu daluang, pohon Saeh, dan salah satu yang memperkenalkannya adalah seorang yang memang ahli di bidangnya, konservator, dan juga pemerhati naskah-naskah kuno yang ditulis di atas kertas daluang. Beliau adalah Profesor Isamu Sakamoto.

Profesor Isamu Sakamoto ahli kertas (daluang) dari Jepang
Foto: Dok. Pribadi
Pada kesempatan itu pula, Founder Kriya Indonesia juga mengenalkan sedikit sejarah mengenai kain kulit kayu, yang di Jawa dikenal dengan nama daluang, dluwang, atau druwang ini. Sejarah mencatat, bahwa kain kulit kayu sudah ada sejak zaman megalitikum yang hingga kini masih berlangsung. Tempat berlangsung pembuatan kain kulit kayu yang masih ada hingga hari ini ada di Provinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di Lembah Bada dan daerah-daerah sekitar Palu lainnya.

Astri Damayanti FKI dalam penjelasannya
Foto: Dok. Pribadi
“Kain kulit kayu ini menjadi sebuah tradisi panjang sejarah Indonesia yang sudah ada sejak zaman megalitikum. Hingga kini, pembuatannya masih berlangsung yang terdapat di Sulawesi Tengah, tepatnya di Lembah Bada”, ucap Founder Kriya Indonesia, Astri Damayanti.

Kain kulit kayu,  jarang memang terdengar dan dipakai dalam dunia pertekstilan di Indonesia. Dari sinilah Kriya Indonesia memperkenalkan lebih jauh kepada Blogger dan Crafter Jogja, bahwa kain kulit kayu ini bisa dijahit dengan rapi dan bagus. Dari sisi ekonomi, kain kulit kayu punya peluang yang sangat besar dan harga yang dapat bersaing di pasaran.
Hasil olahan kain kulit kayu: Kutu Baru Astri Damayanti
Foto: Dok. Pribadi 
Pada kesempatan itu pula, Profesor Sakamoto menyampaikan bahwa Indonesia menjadi satu-satunya negara di dunia yang masih memproduksi kain kulit kayu. Oleh karena itu, dari para blogger dan crafter inilah kain kulit kayu harus terus didengungkan dan  diinformasikan untuk dapat disebarluaskan ke publik. Tujuannya tak lain agar mereka peduli. Karena di beberapa daerah bahkan negara (luar negeri), pohon yang menghasilkan kain kulit kayu masih terus ditanam dan dikembangkan.

Pohon Saeh (Broussonetia papyrifera (L)) penghasil kain kulit kayu/kertas dalung
Foto: Dok. Pribadi
Sementara, representatif BROTHER Jogja, Mas Danny menyampaikan, bahwa pada hari ini (4/2/2017), dan hanya di kesempatan ini saja, harga mesin jahit BROTHER GS2700 dapat dibeli on the spot dengan potongan diskon yang lumayan besar. Harga mesin jahit BROTHER GS 2700 hanya dilepas dengan harga 2,4 juta saja per unit. Siapapun yang membeli pada hari itu diberikan pelatihan cara menggunakan mesin jahit BROTHER.

Mas Danny Representatif BROTHER Jogja
Foto: Dok. Pribadi 
Kehebohan Blogger mulai terlihat tatkala mulai mengenal bagian-bagian mesin. Di antara para blogger Jogja tersebut ada yang memang sudah familiar dengan mesin juga belum. Rata-rata hanya perlu pengenalan sebentar saja, selebihnya mereka pun mulai beradaptasi dengan cepat.

Antusias Blogger Jogja saat FKI mempraktikkan cara memasukkan benang ke mesin Jahit BROTHER
Foto: Dok. Pribadi 
Kesulitan dari mereka ketika memasukkan benang ke dalam jarum. Ini karena belum terbiasa saja. Lama kelamaan mereka terbiasa dan bisa. Karena masih pemula, rata-rata jahitan mereka memang masih ada yang miring kiri kanan.

Akan tetapi, sebelum menjahit secara serius, Astri Damayanti mengenalkan terlebih dahulu teknik menjahit lurus. Sebagai pemanasan untuk para blogger menjahit lebih lanjut nantinya. Tombol-tombol mesin jahit BROTHER pun mulai mereka perhatikan satu per satu dan dipraktikkan. Sebelumnya menjahit di atas kain kulit kayu, mereka mencoba terlebih dahulu di atas potongan kain. Namun, beberapa di antara para blogger itu pun ada yang langsung menjahit di atas kain kulit kayu. Dan hasil jahitan mereka pun rata-rata rapid dan bagus.   

Agar tidak saling berdesakan satu sama lain, blogger dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama untuk menjahit dan bagian kedua menggambar di kertas daluang (kain kulit kayu) sebelum mereka mengikuti workshop menjahit secara bergantian.

Untuk itu, Neng Tanti Doodle-lah yang memberikan cara-cara menorehkan goresan di atas kertas daluang tersebut. Hasil coretan para blogger Jogja ini bagus-bagus dan menarik. Doodle yang diperkenalkan oleh Neng Tanti Doodle ini merupakan teknik dasar menggambar. Doodle sendiri merupakan coretan bebas yang diekspresikan dalam berbagai media, salah satunya kain atau kertas.

Neng Tanti Doodle sedang memberikan penjelasan menarik garis Doodle
Foto: Dok. Pribadi
Secara bergantian para blogger yang telah selesai menjahit, mengikuti workshop doodle dan sebaliknya. Minat para blogger menggali ilmu dan keterampilan tak terhalang jarak. Ada blogger yang datang dari Solo, bahkan dari Surabaya. Inilah yang disebut kecintaan pada profesi. Jarak bukan halangan untuk mengejar dan mengetahui yang belum pernah mereka dapati.
Salah satu hasil Doodle peserta di Daluang yang dijahit dibuat Clutch Bag
Foto: Dok. Pribadi
Setelah sesi menjahit dan doodle bersama blogger selesai, selanjutnya photo session. Kebersamaan yang hanya beberapa jam itu mampu menyatukan mereka, bahkan mempertemukan mereka yang selama ini hanya kenal di dunia maya, kini bertatap muka di dunia nyata. Antusias mereka dengan acara ini.
Para Blogger Jogja foto bersama setelah workshop usai
Foto: Dok. Pribadi
Representatif BROTHER Jakarta, Maya Budi Santoso,  pada kesempatan itu pula menyampaikan ucapan terima kasih kepada para blogger yang telah bersedia hadir mengikuti workshop menjahit clutch bag kain kulit kayu.

“Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman blogger Jogja yang sudah bersedia hadir di workshop ini. Ini menjadi satu kesempatan lagi, BROTHER dan Blogger menjalin kerjasama. Kesempatan ini menjadi satu momentum kita, bahwa dari  rekan-rekan semualah BROTHER menjadi dikenal. Sukses untuk kita semua”, tutur Maya.

Untuk sesi berikutnya, adalah bagian dari Crafter Jogja. Crafter Jogja ini tak perlu waktu lama untuk menjahit. Rata-rata mereka bahkan pemilik toko kerajinan. Ya, dari namanya saja sudah tak asing, Crafter (perajin). Hasil-hasil yang mereka kerjakan pun lebih bagus. Memang, rerata mereka baru menggunakan mesin jahit BROTHER untuk menjahit di workshop tersebut.

Crafter Jogja mendengarkan penjelasan dari FKI Astri Damayanti & Prof. Sakamoto
Foto: Dok. Pribadi
Meskipun para crafter ini baru menggunakan mesin jahit BROTHER, karena memiliki dasar menjahit, jadi cepat beradaptasi. Ya, semangat Crafter dan Blogger Jogja ini menjadi trigger factor  untuk blogger dan crafter lain.

Akhir workshop untuk Crafter pun dilanjut dengan sesi foto bersama dengan BROTHER dan Kriya Indonesia. Di tangan-tangan terampil merekalah kain kulit kayu disebarluaskan untuk diketahui. Indonesia yang sangat kaya, jangan sampai kain kulit kayu merana tak punya nyawa.

Crafter Jogja foto bersama usai workshop
Foto: Dok. Pribadi
Sakamoto dan Kriya Indonesia pun sangat berharap banyak dari Blogger dan Crafter untuk menyebarluaskan informasi kain kulit kayu secara massal. Semoga!


Wednesday, January 25, 2017

STABILO-DOODLE On Bogor Railway Station

STABILO merupakan pembuat stationary asal Jerman untuk kebutuhan menulis, mewarnai,  juga kosmetik. Menjadi produsen terbesar di dunia untuk spidol, pulpen, pena, juga Stabilo Boss. Alat-alat tulis ini kebanyakan digunakan untuk kebutuhan kantor, sekolah, juga kuliah.

STABILO  men-doodle di Stasiun Bogor
Foto: Dok. Pribadi
Meski telah memiliki nama, tetapi STABILO tak ingin berhenti mendengungkan dan menghasilkan bentuk-bentuk lain dari beragam alat tulis yang sudah ada. Mereka terus melakukan terobosan agar lebih dikenal lagi masyarakat luas.

Sebagaimana kita ketahui, STABILO didirikan sebagai perusahaan Grossberger & Kurz Bleistiftfabrik atau perusahaan pensil di Nuremberg pada 1855 bersama produsen pensil lain seperti Staedtler dan Faber-Castell, karena daerah tersebut dilingkupi oleh grafit dan tanah liat tambang.

Marker, salah satu produk STABILO
Foto: Dok. Pribadi
Kemudian diakuisisi oleh keluarga Schwanhäusser pada 1865. Mengambil bagian pertama dari nama keluarga, perusahaan ini berganti nama menjadi Schwan Bleistift Fabrik dan mulai menggunakan logo angsa sebagai salah satu merek dagang yang paling pertama. Pada 1909 Dermatograf Kosmestik pena telah diciptakan, yang terutama digunakan oleh ahli bedah untuk menandai kulit. Selama beberapa waktu, Schwan memiliki tiga merek; pensil premium Stabilo untuk pengguna yang paling menuntut kekuatan pensil, pensil Othello untuk pasar missal, dan Swano pensil bebas bahan beracun untuk anak-anak.

Contoh Pensil produk STABILO
Foto: Dok. Pribadi
Mulanya, nama perusahaan ini adalah Schwan Bleistift Fabrik lantas berganti nama menjadi Schwan-Stabilo pada 1976 untuk menghormati keluarga Schwanhäußer. Pada 1992, Schwan-Stabilo dibagi menjadi dua perusahaan terpisah, yaitu Schwan-Stabilo Kosmetik dan Schwan-Stabilo (alat tulis).

Kantor pusat perusahaan ini berada di Heroldsberg, Jerman dan memiliki tiga anak perusahaan produksi: 1) Weissenburg di Bayern, Jerman tempat stabilo diproduksi, didirikan pada 1986; 2) Johor Bahru, Malaysia tempat bolpoin diproduksi, didirikan pada  1976 sebagai Swan Malaysia; 3) ÄŒeský Krumlov, Republik Ceko, tempat pensil berbasis kayu diproduksi, didirikan pada 1992.

Untuk meluaskan informasi kepada masyarakat, STABILO menggandeng Doodler cantik asal Tangerang, Tanti Amelia. Tanti Amelia, mempelajari doodle secara mendalam sejak tahun 2011. Selama ini dirinya, memang fokus mengerjakan ilustrasi (sketsa) gambar biasa. Dia membuat ilustrasi pertama kali ketika berada di Palembang. Saat itu Budenya (Jawa-red) minta dibuatkan desain baju, padahal usianya kala itu masih sangat belia, 11 tahun.

Tanti Amelia--Neng Doodle sedang doodling dengan STABILO
Foto: Dok. Pribadi
Lantas, pada 1994, dirinya mulai menekuni dunia gambar menggambar secara serius ketika di Nestle, saat sang boss pindah ke negara Swiss, dia membuat gambar Pabrik Permen. Kenapa Tanti Amelia boleh dibilang tergila-gila dengan gambar? Sepenggal kalimat terucap langsung dari bibirnya, “Aku, sejak mulai bisa bicara permintaanku pertama kali adalah spidol. Aku suka banget sama spidol”.

Tak dapat dipungkiri bahwa bakat yang terus menerus digali, lama kelamaan memunculkan sesuatu yang spektakuler. Melihat cara Neng—biasa Tanti Amelia disapa—menorehkan  setiap goresan alat tulis STABILO, goresan-goresan itu seolah bernyawa dan memiliki kekuatan. Doodle yang dibuatnya pun terasa hidup. Ini kali ya yang memang disebut BAKAT!
Mba Neng Doodle bersama para blogger pserta doodle
Foto: Dok. Pribadi
Untuk yang belum tahu mungkin, doodle merupakan gambar yang cukup simpel, akan tetapi punya makna yang mewakili bentuk-bentuk yang tak begitu nyata. Hal itu dapat kita lihat di lukisan abstrak dinding gua, coretan di buku catatan sekolah, atau di tembok-tembok rumah tepi jalan karena ulah iseng anak-anak yang tak punya niat masuk kelas alias bolos.

Alexander Puskhin memenuhi buku catatannya dengan banyak coretan sketsa tangan dan kaki teman-temannya. Pushkin membuat doodle dalam berbagai kesempatan. Beberapa doodle-nya pun dibuat film animasi oleh Andrei Khrzhanovsky dan Yuriy Norshteyn pada 1987 dengan judul My Favorit Time.

Pemenang Nobel  (sastra, 1913) penyair Rabindranath Tagore membuat sejumlah besar coretan di naskahnya. Penyair dan juga seorang dokter, John Keats mencoret-coret di pinggiran catatan medisnya; Sastrawan lain seperti Samuel Beckett dan Sylvia Plath juga membuat doodle. Matematikawan, Stanislaw Ulam mengembangkan Ulam spiral untuk visualisasi bilangan prima dan mencoret-coret catatannya saat menghadiri presentasi  membosankan di sebuah konferensi matematika. Banyak Presiden Amerika (termasuk Thomas Jefferson, Ronald Reagan dan Bill Clinton) pun membuat coretan-coretan selama pertemuan berlangsung. Di buku catatan Leonardo da Vinci pun ditemukan beberapa doodle dan gambar.
Salah satu doodling peserta
Foto: Dok. Pribadi
Doodling kali ini mengambil tempat di Stasiun Bogor dengan tema yang disesuaikan pula dengan tempatnya. Pada kesempatan itu, hadir Kepala DAOPS I Stasiun Bogor, Bapak John Berto beserta staf, Founder Kriya Indonesia Astri Damayanti beserta Tim, Komunitas Tau Dari Blogger, M. Sobari; perwakilan dari STABILO sebagai sponsor utama, Pak Rey dan Mba Irene, dan peserta doodle yang kebanyakan para blogger.

Pak Rey berkaos Oranye perwakilan dari STABILO
Foto: Dok. Pribadi
Sebelum para peserta membuat doodle, mereka diajak berkeliling stasiun Bogor oleh Kepala DAOPS 1 Stasiun Bogor. Mereka melihat ruang VIP stasiun bogor yang berada di  lantai atas. Setelahnya, mereka kembali ke ruang VIP bawah untuk memulai doodling.

Kepala DAOPS 1 Stasiun Bogor (memegang Mik) Bapak John Berto
Foto: Dok. Pribadi
Tanti Amelia mengawali pembuatan doodle dengan menorehkan garis sesuka hati pada kertas di satu white board. Sementara, para peserta (blogger) mengikuti dan membuat coretan sesuai keinginan mereka pula. Masing-masing peserta berkreasi menciptakan doodle sebagus yang mereka inginkan.  

Torehan garis Neng Doodle seolah bernyawa
Foto: Dok. Pribadi
Ada banyak torehan-torehan bermakna doodle yang dibuat peserta. Mba Neng pun kembali menunjukkan kebolehannya. Sembari peserta membuat doodle, dia membacakan setiap bentuk goresan peserta tersebut. “Doodle itu juga dapat menunjukkan watak seseorang lho”, ucap Mba Neng.

Neng Doodle saat diabadikan
Video: Dok. Pribadi
Ada doodle yang menunjukkan bahwa seseorang itu tegas, lembut, juga diantaranya. Mba Neng tak sekadar men-doodle, tetapi dia juga mempelajari watak dan karakter goresan tersebut. Dengan adanya hal ini, semoga Doodle dan Mba Neng Doodle terus berkarya dan menghidupkan doodle di negeri ini.


Tim KRIYA INDONESIA bersama STABILO
Foto: Dok. Pribadi


Sunday, January 22, 2017

Marlo Kitchen by Chef Norman: Bersama Kriya Indonesia, Brother, & Stabilo Berkarya dengan Konsep


Kriya Indonesia kali ini berbagi ilmu dan pengetahuan bersama netizen journalist (Blogger) Bandung. Mengambil tempat di Marlo Kitchen by Chef Norman, Jalan Tamblong 48--50 kota Bandung pada 14 Januari 2017. Kriya Indonesia yang digawangi oleh Nur Astri Damayanti, berbagi pengetahuan membuat outer kimono. Sebagai master pengajar, Astri biasa disapa, memberikan tips seputar pembuatan outer kimono untuk pemula (Blogger Bandung) dengan cara-cara yang sangat mudah dan sederhana.

Marlo Kitchen by Chef Norman
Foto: Dok. Pribadi
Astri  yang juga sebagai Founder Kriya Indonesia merupakan sosok yang telah malang melintang di dunia per-kriya-an di Indonesia sebagai master pengajar. Buku-buku keterampilannya pun banyak diterbitkan di beberapa penerbit besar dan ternama di Indonesia. Beliau pun dikenal juga sebagai master hantaran karena buku-buku seputar hantaran pengantin dan bentuk-bentuk hantaran banyak dibuat dan diterbitkan pula.

Astri Damayanti Founder Kriya Indonesia
Foto: Dok. Pribadi
Tak heran jika ilmu dan pengetahuannya sebagai seorang master pengajar ditambah pula konsentrasinya untuk mengupas dan mengulas kriya di Indonesia membuatnya semakin ahli di bidangnya. Berbahagianya Blogger Bandung pada hari itu mendapatkan pengetahuan langsung dari ahlinya. Para Blogger diberikan bahan/dasar bersama pola yang sudah dibentuk untuk dijahit menjadi outer kimono.

Pembuatan Outer Kimono oleh Blogger Bandung
Foto: Dok. Astri Damayanti on Instagram
Bahan yang telah dipotong mengikuti pola lantas dijahit dengan menggunakan mesin jahit Brother beragam tipe. Brother menjadi partner setia Kriya Indonesia selama dua tahun belakangan dan sangat mendukung kegiatan ini. Ini  merupakan kali keenam Brother melangsungkan kegiatan bersama Kriya Indonesia.


Maya Budi Santoso Representatif  BROTHER INDONESIA
Foto: Dok. Astri Damayanti on Instagram
Dalam sambutannya, representatif Brother Indonesia, Maya Budi Santoso menyampaikan, “Siapa saja, baik pemula maupun yang mahir, dapat menggunakan mesin jahit Brother dengan sangat mudah. Mengikuti panduan yang ada tak perlu belajar berlama-lama untuk menjahit. Semua langsung bisa dipraktikkan”.

Pada perhelatan itu, beragam merek mesin Jahit Brother dapat dipakai dan dicoba oleh para Blogger. Mulai tipe GS 25000, GS 2700, hingga tipe Micky Mouse. Masing-masing mesin mesin tersebut memiliki keunggulannya. Nah, yang unik dan menarik adalah tipe Micky Mouse. Mengapa disebut Micky Mouse? Itu karena, Brother mendapatkan lisensi langsung dari produsen Micky Mouse untuk membuat bordir  Micky Mouse di mesin tersebut. Jadi, bagi yang menyukai Micky Mouse dapat membuat tipe bordir Micky Mouse dan sejenisnya melalui mesin jahit Brother.

Tanti Amelia Doodler dalam sambutannya
Foto: Dok. Pribadi
Setelah outer kimono selesai dijahit, lantas Tanti Amelia bersama Stabilo menorehkan goresan-goresan cantik di kain tersebut. Tanti Amelia menjadi salah satu perempuan yang memiliki konsentrasi dalam painting atau lebih dikenal dengan “Neng Tanti Doodle”. Lukisan-lukisannya ditorehkan dalam berbagai media, mulai dari kertas gambar, kanvas, porselen, terakhir pada salah satu kain/kertas peninggalan zaman neolitikum yang hingga sekarang masih tetap ada dan berlangsung hingga kini yang berada di Lembah Bada, Palu-Sulawesi Tengah, yaitu kain kulit kayu.

Doodle menggunakan STABILO pada Outer Kimono dan dijahit dengan Mesin Jahit BROTHER
Foto: Dok. Astri Damayanti on Instagram
Tanti juga mengajarkan kepada para blogger bagaimana hand lettering,  menyapukan kuas di daluang dengan penuh makna dan arti. Begitu pula dengan outer kimono yang dibuat bersama Kriya Indonesia. Melalui warna-warna cantik Stabilo, jari jemari Tanti memainkan setiap tarikan garis penuh makna dan keindahan. Mungkin inilah yang disebut bakat dan diasah terus menerus sehingga semakin menampakkan hasilnya.

Pak Rey Representatif STABILO INDONESIA
Foto: Dok. Pribadi
Pada kesempatan itu pula, representatif Stabilo Pak Rey menyampaikan sambutannya, “Selama ini, kalau kita melihat spidol atau alat tulis yang berwarna-warni jika tidak jeli banyak mengandung polisilen dan toluene. Kedua zat tersebut tercium berbau wangi. Itu merupakan zat kimia berbahaya. Sementara, Stabilo tidak menggunakan kedua bahan tersebut sebagai campuran zatnya”.

Stabilo dengan Tagline “Free Your True Colors” merupakan alat tulis dan menggambar pilihan, terutama pilihan para juara. Produk buatan Jerman ini aman digunakan untuk menulis dan menggambar oleh siapa pun dan kapan saja. Stabilo punya ragam pilihan dan bentuk, contohnya saja pensil (Stabilo exam Grade Series) darker, faster, dan stronger. Jadi, kalau kita menggunakan pensil dari Stabilo, kekuatan, kecepatan, dan warna yang lebih hitam tak perlu diragukan lagi.

Produk STABILO menurut kategori
Foto: Dok. www.stabilo.com
Begitu pula dengan Stabilo Marker-nya. Stabilo Marker ini paling aman dan bebas racun dan dapat digunakan untuk menulis di whiteboard marker dengan pilihan ujung kepala berbentuk  Chisel (Tip  1+ 5 mm); dan Bullet (Tip 2,5 + 3,5 mm). Selain itu, ada juga Stabillo Permanent Marker. Nah, Stabilo ini juga sudah bersertifikat DMR, OMR, dan SMR. DMR (Digital Mark Reader); OMR (Optical Mark Reader); SMR (… Mark Reader).

STABILO FINELINER
Foto: Dok. www.stabilo.com
Sementara itu, ada banyak jenis atau model Stabilo untuk menulis, mulai dari FineLiner, RollerBall & GelRoller, Ballpoint, Pen, Pencil, Marker, dan sebagainya. Semua disesuaikan dengan fungsinya. Nah, intinya, menggunakan Stabilo untuk berbagai kesempatan itu akan memberikan kesan tersendiri. Apalagi dengan warna-warna yang menyegarkan mata, tidak beracun, dan ramah lingkungan.

ZPada kesempatan yang sama juga, pemilik Marlo Kitchen, Abu Marlo menyampaikan bahwa,  Marlo Kitchen mempunya program untuk anak-anak jalanan yang ada di kota Bandung. Anak-anak jalanan tersebut sengaja dikumpulkan oleh Abu Marlo untuk dibina melalui program menjahit.

Abu Marlo pemilik Marlo Kitchen dalam sambutannya
Foto: Dok. Pribadi

“Anak-anak jalanan yang kami kumpulkan, kami bina dengan beragam keterampilan, salah satunya menjahit. Program ini sengaja kami buat agar mereka tidak lagi turun ke jalan dan punya bekal untuk ke depannya”, tutup Marlo.  

Blogger Bandung bersama Kriya Indonesia, BROTHER, STABILO & Marlo Kitchen
Foto: Dok. Pribadi



Sunday, December 4, 2016

Painting on Daluang? Why Not?!


God gives everybody talents. And how they use it and create their own brain for visualized every moment in their life. Do not gripe for anything. Enjoy for every story as much as possible. Here, I wanna say what I got sometimes ago. That’s about painting on Daluang. This is for the first time I made it. Who doesn’t know Daluang?  

Kepala Museum Tekstil Jakarta, Esti Utami dalam laporannya
Foto: Dok. Pribadi

Sebelumnya, tidak banyak yang saya ketahui tentang Daluang, Tapa, atau pun Fuya. Sekilas, flashback sebentar untuk apa yang saya peroleh sebelum mengikuti melukis, menggambar, atau apapun namanya itu di atas Daluang bersama seorang wanita yang memiliki bakat terpendam dalam bidang lukis/gambar, Tanti Amelia. Bakat yang terpendam itu dia asah terus menerus sehingga akhirnya seperti sekarang. Dia bisa memberikan dan meneruskan keterampilan yang dimilikinya kepada seluruh crafter blogger yang ingin tahu lebih jauh cara atau teknik melukis di atas kertas yang saya bilang spesial dan mahal, yaitu kertas Daluang.

Kain kulit kayu (Fuya) terakhir buatan Mama Asa Lembah Bada
Foto: Dok. Pribadi
Experience ini sebagai bentuk kerja nyata yang tak akan pernah saya lupakan dalam hidup. Diberi kesempatan yang tak ternilai oleh Museum Tekstil, Ibu Misari untuk melihat lebih jauh kehidupan Megalitikum yang hingga hari ini masih berlangsung. Apa itu? Ya, pembuatan kain kulit kayu di satu lembah yang sangat mendunia dan hanya dimiliki Indonesia, yaitu Lembah Bada.

Pesona Lembah Bada
Foto: Dok. Pribadi
Di Lembah inilah semua kekayaan alam telah Tuhan berikan untuk memakmurkan kehidupan masyarakat di sana dengan cara mengolah kulit pohon Malo, Bea, atau Saeh. Kulit-kulit kayu yang sudah dikuliti mereka perlakukan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan kain kulit kayu yang boleh dibilang cukup rancak. Proses panjang pembuatannya tak menyurutkan langkah mama-mama di sana untuk melestarikan tradisi megalitikum tersebut.

Dari Lembah Bada-lah saya mulai mengenal apa itu Fuya (kain kulit kayu) untuk sebutan yang ada di Sulawesi. Sementara, jika kita beranjak dan menelusuri literatur penulisan daerah lainnya dengan nama berbeda. Fuya sudah ada di Sulawesi sejak zaman neolitikum. Sejarah kulit kayu di daerah ini tidak tertandingi dan secara mengejutkan berusia lebih tua dari tempat lain di dunia. Ini merupakan keajaiban bahwa teknik tradisional telah bertahan sangat lama di Sulawesi Tengah. Di Sulawesi yang memiliki sejarah panjang kulit kayu, tetap disebut fuya.

Fuya dari Lembah Bada, Sulawesi Tengah
Foto: Dok. Pribadi
Penelitian mengenai kulit kayu Indonesia yang dilakukan negara lain secara bertahap telah mengungkapkan sejarah dan rute penyebaran teknik kulit kayu. Pada waktu bersamaan, penelitian tentang asal usul dan sejarah Daluang, bahan yang digunakan untuk membuat wayang beber, satu bentuk seni yang menjadi kebanggaan Indonesia, tidak mengalami kemajuan sama sekali.
Kertas Daluang Kang Mufid, Bandung
Foto: Dok. Pribadi
Bagaimana dengan Tapa? Tapa tidak dikenal di Jawa maupun di Sulawesi.  Akan tetapi, sebutan tapa dipakai oleh orang-orang di seluruh dunia. Itu sebutan yang paling banyak berada di daerah Hawaii dan Meksiko (daerah Kepulauan Pasifik). Tapa diperkenalkan pertama kali oleh pelaut bernama Marcopolo.

Sementara di Jawa, lebih dikenal dengan nama Daluang, Daluwang, atau Druwang, sedangkan di Bali diberi nama Ulantaga. Perlu diketahui, pemakaian kain kulit kayu di daerah Jawa lebih kepada untuk tulisan dan dikenal dengan Daluang atau Dluwang itu tadi. Dalam bahasa Jawa, “Druwang” memiliki arti, yaitu kertas. Sebagian naskah-naskah kuno yang didapat di Pulau Jawa banyak yang ditorehkan di atas kertas kulit kayu atau daluwang.

Melalui Kriya Indonesia bersama painter Tanti Amelia, kembali saya beroleh kesempatan untuk menorehkan hasil imajinasi ke dalam bentuk lukisan di atas kertas Daluang. Melukis menjadi satu aktivitas yang sangat mengasyikan dan mampu mengejawantahkan imajinasi-imajinasi liar yang terarah pada satu media.

Museum Tekstil menjadi tempat yang sangat nyaman tatkala melukis berlangsung. Helatan ini digelar pada Kamis, 1 Desember 2016 bersama Kartini Blue Bird dan Crafter Blogger. Melukis di atas daluang ini sekaligus mengakhiri Beaten Bark Exhibition: Hidden Treasure: Tapa, Fuya, Daluang di Museum Tekstil Jakarta.

Pada kesempatan itu hadir pula Wakil Deputi Bidang Kebudayaan, Bapak Usmayadi Rameli, Peneliti Kain/Kertas Kulit Kayu Prof. Isamu Sakamoto, Kepala Museum Tekstil Esti Utami, dan Representatif Blue Bird, Ibu Nova. Sebelum workshop dimulai, Kepala Museum Seni, Ibu Esti Utami menyampaikan laporan kegiatan yang dilangsungkan. “Pameran ini bertujuan untuk mengangkat kain kulit kayu hingga mendunia. Kain kulit kayu menjadi kebanggaan bangsa ini. Oleh karenanya perlu dijaga dan dilestarikan,” ucapnya.

Workshop melukis di atas kertas Daluang ini dibuka oleh Asisten Deputi Bidang Kebudayaan, Bapak Usmayadi yang sekaligus menutup pameran Beaten Bark.  Beliau mengatakan, bahwa “Kain kulit kayu menjadi satu tradisi negeri ini yang perlu dijaga dan dipelihara agar tidak punah”.

Asisten Deputi Bidang Kebudayaan, Bapak Usmayadi Rameli
Foto: Dok. Pribadi
Sementara itu, Ibu Nova selaku representatif Blue Bird menyampaikan bahwa, “Peran wanita (Kartini-Kartini Blue Bird) sangat diharapkan agar tradisi kain kulit menjadi satu tradisi yang terus terpelihara hingga akhir zaman. Di tangan-tangan terampil Kartini Blue Bird inilah tradisi kain kulit kayu ini nantinya akan tetap terus dijaga dan diwariskan ke anak cucu”.
Ibu Nova, Representatif  Kartini Blue Bird
menyerahkan lukisan dari Daluang kepada Prof. Sakamoto
Foto: Dok. Pribadi
Pada kesempatan yang sama pula, Asisten Deputi Bidang Kebudayaan menerima penyerahan lukisan dari Ibu Tanti Amelia; Prof. Isamu Sakamoto menerima penyerahan lukisan dari Representatif Blue Bird, Ibu Nova. Sedangkan Kepala Museum Tekstil, Ibu Esti Utami menerima penyerahan lukisan dari Founder Kriya Indonesia, Astri Damayanti.
Founder Kriya Indonesia, Astri Damayanti menyerahkan lukisan dari Daluang
kepada Kepala Museum Tekstil, Ibu Esti Utami
Foto: Dok. Pribadi
Tanti Amelia, menyerahkan lukisan dari Daluang
kepada Asisten Deputi Bidang Kebudayaan, Bpk. Usmayadi
Foto. Dok. Pribadi
Untuk selanjutnya, acara lukis melukis ini dimulai. Peserta diberikan seperangkat alat melukis berupa pensil, penghapus, kertas gambar, kuas, gelas plastik berisi air, dan kertas Daluang. Menyakinkan diri sebelum menorehkan kuas di atas daluang, untuk mengetes gambar di kertas gambar yang diberikan.

Beberapa peralatan melukis
Foto: Dok. Pribadi
Saya coba menggambar jerapah di atas kertas gambar. Setelah yakin, selanjutnya saya pindahkan melukis di atas Daluang. Setiap tarikan garis dengan penuh kehati-hatian saya torehkan di daluang. Jika pun menorehkan garis yang salah, masih bisa dihapus. Akan tetapi, saya harus berhati-hati jangan sampai kerta daluang basah terkena siraman air. Karena teksturnya yang mudah robek jika terkena cairan.


Proses menggambar Jerapah di kertas Daluang
Foto: Dok. Pribadi
Kemudian torehan cat akrilik satu demi satu warna mulai saya tancapkan. Tak banyak bermain warna untuk gambar Jerapah saya itu. Hanya cokelat dan hitam. Sementara warna rumput saya padupadankan dengan warna hijau, kuning, putih, dan kecokelatan. perpaduan dari warna-warna yang sudah saya campurkan punya kesan tersendiri. Gambar itu seolah-olah hidup dan berkata-kata. Jadilah Jerapah model saya dalam satu bingkai indah bersama Daluang.

Lukisan Jerapah yang sudah jadi di atas kertas Daluang
Foto: Dok. Pribadi
Agh, Daluang punya cerita panjang yang akan tetap saya kenang sepanjang zaman. Daluang menjadi mahal. Tak sekadar mahal karena dijual. Tetapi, mahal karena mulai terjegal. #SaveDaluang

Keceriaan Bersama Crafter Blogger
Foto: Dok. Pribadi