Gelombang besar dunia digital semakin tak terbendung.
Digital mengantarkan siapapun yang dapat memanfaatkannya dengan baik namun tak
jarang menghancurkan martabat seseorang dengan berbagai cara. Ketidakpahaman
khalayak pada dunia digital membuat berbagai penyalahgunaan media digital
terjadi di level personal, sosial, juga nasional.
IPEKA Integrated Christian School [Foto: DokPri] |
Teknologi, mendekatkan sekaligus menjauhkan kita. Teknologi diciptakan
awalnya sebagai perpanjangan dari indera manusia. Telepon memudahkan kita untuk
mendengar suara orang yang berada di ujung dunia lain. Chatting via internet
memungkinkan kita untuk “berbincang” tanpa suara.
Kita sudah tidak bisa membayangkan hidup kita tanpa komunikasi,
tanpa media, dan tanpa teknologi. Kita sudah terjebak jauh di dalamnya secara
tidak sengaja. Ketika kita masuk abad ke-21, rumah kita sudah ditransformasikan
ke dalam situs budaya multimedia, mengintegrasikan audiovisual, informasi, dan
pelayanan telekomunikasi.
Ruang dalam IPEKA [Foto: DokPri] |
Hidup kita sekarang ini pun sudah dikelilingi dengan e-commerce, e-learning
education, internet shopping, game online dan gaya hidup cyber lainnya. Hal ini
memunculkan kekhawatiran mengenai bagaimana masa depan anak muda yang tumbuh di
tengah “kehebohan” teknologi ini. Livingstone (2002) mengatakan, bahwa ada
spekulasi mengenai ‘digital generation’, anak dalam ‘information age’, ‘ computer nerds’,
‘innocent on the Net’, the’digital divide’, dan ‘addicted surfers’.
Semua konsep tersebut menunjukkan seberapa dekatnya mereka dengan kehidupan
virtual. Kehidupan pseudo-reality yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi,
berteman, bersosialisasi, serta bermasyarakat dengan teman dan masyarakat semu
nyata yang mereka temui di jendela komputer mereka. Ketika bisa melakukan semua
hal hanya dengan
duduk di depan komputer, tak perlu lag pergi ke luar kamar untuk
bersosialisasi dengan teman, masyarakat, dan manusia asli.
Tempat yang nyaman di IPEKA [Foto: DokPri] |
Di area public dan akademis, terdapat klaim yang muncul. Kaum pesimis
meratapi akhir dari masa anak muda, nilai tradisional yang seharusnya mereka
miliki. Media interaktif dilihat sebagai pertanda munculnya gaya hidup individualistis
dan privatisasi yang meningkatkan kemandirian terhadap konsumerisme ekonomi
global dan kecenderungan untuk meremehkan budaya nasioal dan regulasi media
nasional. Bagi kaum optimis, adanya kesempatan bagi partisipasi demokratis dan
partisipasi komunitas untuk kreativitas, ekspresi diri, dan demi tak
terbatasnya pengetahuan yang ada dapat mendukung keberagaman, perbedaan, dan
debat yang sehat.
Kedua klaim tersebut mengarah pada euforia sekaligus kekhawatiran mengenai semakin
berkembangnya teknologi komunikasi. Euforia terhadap semakin terbukanya kesempatan
untuk melihat lebih dari apa yang ada di sekitar kita, tahu lebih dari apa yang
kita lihat. “Kebahagiaan” akan teknologi yang semakin mudah diakses. Di sisi
lain, kekhawatiran menghantui di belakangnya. Efek perkembangan teknologi ini
pun berkaitan dengan segala aspek kehidupan: pendidikan, gaya hidup, keluarga,
konsumerisme, bahkan budaya.
Teknologi dapat mengkaburkan batas antara kehidupan privat dan publik.
Facebook dengan “ What’s on your mind?” nya mendesak penggunanya untuk
menceritakan atau mencurahkan apa yang ada di pikirannya. Perasaan yang kadang
merupakan sesuatu yang bukan santapan publik, mau tidak mau diberitahukan
kepada orang lain. Cara pengekspresian seperti ini lama kelamaan menjadi candu bagi para remaja ini. Daripada
mengungkapkannya kepada teman, keluarga, atau orang yang bersangkutan, mereka
lebih memilih “teman baru” mereka ini untuk berbagi.
Rekan-Rekan Blogger dan Media siap untuk melihat launching Digital Classroom Chromebook [Foto: DokPri] |
Sejalan dengan
perkembangan dan kemajuan digital, pada hari ini, Senin (9/10/2017), dalam satu
kesempatan menghadiri helatan oleh ACER dan GOOGLE yang Luncurkan ‘Mobile Lab
Chromebook Cart’ Pertama di Indonesia bersama IPEKA Integrated Christian School
(IICS) Jakarta. Bertempat di Sekolah IPEKA, Kommplek Taman Meruya Ilir, Jalan
Batu Mulia Blok K, RT 11/RW 7 Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat.
Ini merupakan pertama
kalinya di Indonesia, di IPEKA yang mengimplementasikan metode pembelajaran blended learning melalui Digital Classroom. Dengan device CB dan ekosistem
Google yang sangat memudahkan guru memberi tugas, memberi kebebasan pada siswa
mengerjakan tugas, dan guru pun bisa
berdiskusi dengan murid secara real time (nyata).
IPEKA, ACER, Intel, dan Google dalam satu kerjasama [Foto: Dok.Acer] |
Hal ini berarti, ada hal yang berubah di dunia
pendidikan tanah air. Pendidikan di tanah air mulai bertransformasi secara
digital meski perlahan-lahan tapi pasti. Kemajuan teknologi dan pemanfaatannya
tentu tak bisa dihindari dalam mewujudkan pendidikan abad ke-21.
Melalui konsep pembelajaran
digital inilah mampu mendorong siswa
berkomunikasi, penguasaan komputer, kolaborasi,
dan memiliki pola pikir yang kritis dan kreatif.
Digital Classroom Chromebook [Foto: DokPri] |
Berdasarkan studi oleh
Survei Deloite, Oktober 2016, bahwa 75% guru memercayai bahwa isi pembelajaran
digital akan menggantikan buku teks cetak di kurun waktu 10 tahun mendatang. Tak
hanya itu, 81% guru pun percaya bahwa pemanfaatan teknologi di sekolah dapat
membawa dampak perubahan positif dan sangat signifikan terhadap model
pembelajaran.
Model pembelajarang Chromebook [Foto: DokPri] |
“Kalau 20 tahun lalu
kita bicara artificial intelligence, belajar yang sederhana, contohnya
menghitung jarak tercepat. Tetapi kini, model pembelajaran terbaru di dukung
oleh informasi dan teknologi”, ucap Handojo, CEO IPEKA IICS.
Kita ketahui juga bahwa
tekonologi kini tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari.
Atas: Sistem blended learning dan digital classroom. Bawah: Box portable materi [Foto: DokPri] |
“Teknologi punya peran penting untuk
meningkatkan kualitas hidup dan pendidikan sebagai sarana pembelajaran, baik
untuk guru juga siswa. Teknologi di
dalam kelas yang interaktif akan menjadi katalis terjadinya perubahan mendasar
terhadap peran guru, dan informasi ke transformasi, juga aktivitas siwa dari
pasif menuju lebih aktif dan mandiri mengakses pengetahuan terbaru”, sebagaimana
ucap Ganis Samoedra, Google for Education Indonesia.
IPEKA menjadi satu-satu
sekolah dan pertama yang menggunakan Chromebook di Indonesia. Menjadi satu
kebanggaan sendiri untuk guru dan siswa-siswa yang ada di dalamnya. IPEKA
dikelola oleh satu yayasan dengan sebaran sekolah di 13 lokasi.
Solusi Chromebook untuk digital classroom [Foto: Dok Acer] |
Program Digital
Classroom yang dibuat, ternyata telah dirintis oleh IPEKA selama dua tahun. Masa
uji (pilot project) itu kini dihadirkan untuk diketahui masyarakat luas. Didukung
oleh Google Classroom, juga mempersiapkan guru-guru yang kreatif dan kritis.
Guru-gurunya pun dididik
untuk mampu berdialog dengan siswa. Tidak pula malu-malu untuk bertanya kepada
siswa jika memang siswa lebih tahu. Apalagi,
siswa sekarang dibilang digital native, perkembangan dunia digital mereka jauh lebih maju dibanding (mungkin)
guru-gurunya.
IPEKA IICS Jakarta ini
sangat sadar betapa pentingnya peran teknologi sekarang. Terutama teknologi
untuk meningkatkan pendidikan dan SDS (Sumber Daya Siswa), salah satunya dengan
penerapan pembelajaran metode blended learning. Ya, metode itu seabgai gabungan
antara proses belajar mengajar tradisional dengan konsep belajar digital &
mobil yang memanfaatkan dukungan perangkat dan solusi dari ACER Chromebook
untuk siswa juga guru.
Di sini, ada tiga brand
yang berkolaborasi ciamik untuk dunia pendidikan di Indonesia menjadi lebih
baik, yaitu ACER, Intel, dan Google. Kita tahu bahwa orang menjadi baik karena
pendidikan dan didikannya. Melalui blended learning ini juga, anak-anak
dituntut untuk mendapatkan kepandaian baru dengan penerapan teknologi terbaru.
Dari sinilah ACER juga
terus melakukan inovasi yang saat ini fokus pada dunia pendidikan sebagai salah
satu the biggest player of technology. IPEKA menjadi contoh yang semoga juga
dicontoh oleh sekolah-sekolah lain di Jakarta khususnya dan Indonesia umumnya.
Pengaplikasian sistem
blended learning dengan ACER Chromebook di IPEKA ditujukan untuk anak-anak di
kelas pemula,yaitu kelas VII dan kelas X. Mengapa? Karena, kelas-kelas tersebut
sebagai kelas pemula yang masih perlu terus dididik dan dikembangkan jenis-jenis
kemampuan mereka. Hal itu akan dilakukan untuk tahun depan. Masing-masing anak
nantinya akan mendapatkan satu chrome book.
Edukasi dari ACER,
Google, dan intel menjadi fondasi masa depan yang kokoh untuk anak-anak didik
di Indonesia. Apalagi device makin berkembang dan ACER menjadi salah satu
vendor device paling besar.
Chromebook ini sangat
cost saving, artinya buku-buku tak perlu beli lagi dan sudah menjadi satu paket
di dalam device. Fitur-fitur yang
dibenamkan juga tergolong aman dan nyaman. Melalui teknologi ini juga ACER
bermaksud menyiapkan anak-anak masa depan yang memilili attitude dan knowledge.
Ternyata, metode blended
learning yang dihadirkan di digital classroom akan membuat proses belajar
menjadi dinamis. Tak ada batasan waktu dalam belajar. Interaksi antara guru dan murid dapat
dilakukan kapan dan di manapun. Ya, ekosistem Google dan perangkat Chromebook
mendukung dan memungkinkan siswa menyimpan seluruh dokumen dengan aman di cloud
tanpa adanya batas kapasitas penyimpanan.Selain itu juga dapat diakses kapan
dan di manapun. Pekerjaan rumah pun jadi lebih mudah.
Dengan adanya teknologi
dan chromebook ini, menurut Pak Herbert, “Ruang kelas berubah cepat, adopsi
fungsi teknologi menjadi cara utama untuk guru dan siswa menjalankan pendidikan
di era digital. Selama empat dekade, ACER komit dukung sektor pendidikan, dan
kami melayani kebutuhan pasar pendidikan sekaligus mendukung terwujudnya digital classroom. Ini merupakan
dukungan kami sebagai technology enabler,
dalam percepatan implementasi pendidikan abad 21 dalam belajar mengajar secara
inovatif juga kolaboratif.”
Beruntunglah, ACER,
Google, dan Intel mendukung model pembelajaran digital classroom di IPEKA.
Seluruh ACER Chromebook yang dipakai sudah dilengkapi beragam aplikasi yang
support dari Google, seperti Google Chrome, Google Drive tanpa kapasitas
memori, Google Search, App List Button,You Tube Hangout, Classroom, Calendar,
juga situs-situs yang berhubungan dengan pendidikan dan pencarian data.
Semuanya terintegrasi
sehingga baik murid dan guru bisa saling berinteraksi dalam suasana belajar
menyenangkan. Nah, paketnya juga ada paket solusi dari ACER Chromebook dengan
ekosistem Chrome, Charging Cart, Chrome Device Management Console, dan G-Suite
App untuk Education. Jadi, kalau mau tahu info lengkapnya bisa langsung ke www.commercial.acerid.com .