Pelatihan Literasi Keuangan untuk Perempuan [Foto: Dok Pri] |
Dulu, saya sempat heran dan dalam hati bertanya-tanya,
kenapa ibu saya setiap terima uang, baik dari bapak atau dari arisan, selalu dicatat dalam satu buku
khusus. Itu dilakukan sejak saya dan saudara-saudara masih kecil hingga kami
beranjak dewasa. Ibu pun, setiap belanja selalu juga mencatat jenis dan nama
belanjaan ke dalam satu buku besar berikut
harga yang diberikan toko, setiap hari.
Ketika ada pengeluaran sekecil apapun, ibu tetap
mencatatnya. Hal ini semakin membuat saya terheran-heran dan terus bertanya.
Sebenarnya, ibu mencatat hal-hal seperti itu untuk apa, apa gunanya. Seperti
tak ada pekerjaan saja, tanya saya dalam hati. Saya terus mengamati
catatan-catatan harian ibu tersebut.
Hingga ibu membuka usaha catering pun demikian. Semakin kompleks
catatan yang dibuatnya. Saya masih belum menemukan jawaban dari hal-hal yang dilakukan ibu. Hingga menjelang kelas tiga sekolah dasar.
Ibu hanya senyum selintas dan berkata, “Nanti juga kamu tahu apa sebenarnya
yang ibu lakukan ini,” hanya begitu saja jawabannya.
Setiap ada pesanan catering, baik makanan maupun kue-kue kering, ibu langsung memasukkan ke dalam catatan buku besar
khususnya. Hampir sekitar 14 tahun itu dilakukan beliau. Selama 14 tahun itu
pula, buku besar catatan ibu telah berganti belasan kali dan catatan-catatan
itu tersusun rapi dengan tulisan tegak bersambungnya.
Dari seluruh catatan yang pernah beliau torehkan itu,
sekarang ini saya baru mendapatkan jawaban yang tepat, mengapa hal itu ibu
lakukan. Mungkin, dulu ilmu pengetahuan dan teknologi belum begitu maju seperti
sekarang. Hingga akhirnya, bertemulah saya dengan Literasi Keuangan. Ya, saya
mendapatkan istilah ini dari Prudential Indonesia yang melatih literasi
keuangan kepada lebih dari 2.500 perempuan selama tahun 2018.
Ternyata, inilah yang ibu saya lakukan sekitar 14 tahun lalu
itu. Semua pemasukan, pengeluaran, dan hal-hal kecil berkenaan dengan keuangan
dicatat. Hingga akhir bulan dilakukan kalkulasi berapa pengeluaran baik yang
kecil maupun besar, lantas dibuat perbandingan dengan pemasukan.
Begitu besar peran Prudential Indonesia melatih literasi
keuangan ini untuk perempuan, apalagi ibu rumah tangga Indonesia yang jarang
sekali mencatat setiap penerimaan maupun pengeluaran yang dilakukannya.
Kita ketahui bersama bahwa perempuan itu memiliki peran besar
dalam pengelolaan keuangan keluarga. Hal ini sesuai dengan survei yang
dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2016. Disebutkan bahwa, kurang dari
30% orang Indonesia yang tahu atau melek keuangan. Hal ini mengandung arti,
tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap beragam produk keuangan dan
jasa keuangan masih cukup rendah.
Dari hasil survei itu terlihat bahwa tingkat literasia
keuangan perempuan hanya sebesar 25,5% lebih rendah dibandingkan tingkat
literasi pria sebesar 33,2%. Jadi,
memang riskan sekali kalau perempuan itu bisa kena dampak isu sosial seperti
kejutan finansial tak terduga juga adanya kesenjangan sosial. Hal ini menjadi
tantangan yang memang harus segera diatasi semua pihak karena perempuan punya
peran yang sangat krusial dalam keuangan keluarga.
Pada Selasa (11/12/2018) saya sangat beruntung dapat
memenuhi invitasi dari Prudential Indonesia yang melatih sekitar 400 perempuan
dari beberapa wilayah di Indonesia
tentang literasi keuangan. Perempuan Indonesia yang disinyalir memiliki
tingkat literasi keuangan yang rendah sementara roda perekonomian keluarga
bahkan bangsa dan negara sekitar 60% digerakkan oleh perempuan.
Bermula dari sinilah Prudential Indonesia mengadakan
pelatihan Literasi Keuangan untuk Perempuan. Pelatihan literasi keuangan ini
sebagai inisiatif PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) dalam
memberdayakan perempuan Indonesia untuk lebih mampu mengelola keuangan
keluarganya dan mempersiapkan masa depan yang jauh lebih baik. Jadi, pelatihan
literasi keuangan ini menjadi salah satu fokus utama dan program unggulannya Community Investment Prudential Indonesia untuk bidang edukasi.
Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia (memengang mik) [Foto: Dok Pri] |
Dalam kesempatan ini hadir President Director Prudential
Indonesia, Bapak Jens Reisch. Dalam sambutannya beliau mengatakan, Prudential
telah hadir di Indonesia hampir 23 tahun untuk masyarakat Indonesia yang tidak
hanya untuk proteksi maupun investasi, tetapi juga untuk memberikan edukasi.
Prudential Indonesia sangat men-support untuk program edukasi yang dilakukan di
Indonesia. Kini, di Prudential Indonesia ada sekitar 300 volunteer yang men-support
program-program yang dibuat dan dikerjakan oleh Prudential.
Selain itu, menurut Jens, Prudential Indonesia memberi
perhatian yang sangat besar untuk perempuan terutama dalam bidang literasi
keuangan yang dijalankan Prudential saat ini. Apa yang dilakukan Prudential
memang sejalan dengan strategi pemerintah yang memberikan tempat pada perempuan
menjadi salah satu prioritas utama untuk program peningkatan literasi keuangan
di Indonesia. Jens lebih lanjut menambahkan, Prudential memberi fokus lebih
kepada bidang edukasi masyarakat, terutama perempuan.
Fokus edukasi ini memang untuk perempuan. Perempuan diharapkan
dapat memenej keuangan keluarganya juga dapat mengembangkan bisnis yang
dijalaninya. Prudential Indonesia juga membuat program khusus untuk wilayah
Indonesia Timur, khususnya di Papua.
Literasi keuangan yang dilakukan Prudential Indonesia menjadi
komitmennya untuk terus berkontribusi yang berkesinambungan berdasarkan
peraturan yang sudah dikeluarkan OJK No. 76/2016 tentang Peningatan Literasi
dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan bagi konsumen dan/atau Masyarakat,
Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (revisit 2017), Peraturan Presiden No. 82/2016 tentang Strategi Nasional
Keuangan Inklusif (SNKI) dan beragam program dari KPPPA (Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak).
Jens Reisch pun merasa bangga Prudential Indonesia bisa
memberikan edukasi dan bergerak bersama pemerintah dalam Literasi Keuangan yang
ditujukan untuk perempuan ini.
Pelatihan Literasi Keuangan Prudential Indonesia ini sudah
dimulai sejak awal Oktober di Manado, Ambon, Sorong, Malang, dan berakhir di
Jakarta pada 11 Desember 2018. Lebih dari 2.500 perempuan dari beragam latar
belakang dan kalangan ikut serta.
Mengapa kota-kota ini menjadi tujuan pelatihan? Hal ini
dengan melihat indeks literasi di bawah rata-rata nasional (29.66%) seperti di
Manado (Sulut dengan indeks 28.7%),
Ambon (Maluku dengan indeks 26.2%), dan Sorong (Papua Barat dengan indeks
19.3%).
Perempuan peserta pelatihan Literasi Keuangan ini
mendapatkan pelatihan dasar tentang mengelola keuangan dasar secara
komprehensif dari fasilitator dengan kompetensi yang dimiliki. Fasilitator tersebut
sebagai karyawan Prudential Indonesia atau PRUvolunteer. Mereka memberi
pengajaran tentang jenis lembaga keuangan (konvensional & syariah) juga
beragam instrumen keuangan seperti tabungan, asuransi, pinjaman, atau dana
pensiun sebagai jawaban proaktif dalam
merencanakan masa depan keuangan terencana dan sedikit risiko yang dialami.
Materi pelatihan pun dibuat sedemikian rupa aga peserta
paham hak dan kewajibannya sebagai konsumen. Bagaimana cara mengakses produk
dan jasa keuangan pun diajarkan. Para peserta pun diharapakan dapat dengan
bijak ketika mengambil satu keputusan untuk keuangannya.
Diharapkan juga, dari
pelatihan ini, peserta bisa menebarkannya kepada yang lainnya atau di
komunitasnya betapa penting literasi keuangan untuk meningkatkan kualitas hidup
dan masa depan mereka sendiri.
Titi Eko Rahayu, Staf Ahli Menteri Bidang Pengentasan Kemiskinan KPPPA-RI [Foto: Dok Pri] |
“Pelatihan literasi keungan ini didukung oleh KPPPA, makin
banyak perempuan yang mandiri secara ekonomi, menyiapkan masa depan lebih baik
untuk keluarga tanpa mengganggu peran
lain sebagai ibu rumah tangga,” seperti yang disampaikan Titi Eko Rahayu, Staf
Ahli Menteri Bidang Pengentasan Kemiskinan KPPPA RI.
Pun dari OJK sangat positif mengenai hal ini. Dari tahun ke
tahun tingkat literasi dan inklusi keuangan terus merambah naik. Peran Prudential
Indonesia menurut Horas Tarihoran berkontribusi dengan mengadakan pelatihan literasi
keuangan untuk perempuan. Pun Horas berharap dengan adanya pelatihan ini dapat
membantu OJK pula dalam mencapai target literasi keuangan hingga 35% di 2019. Menjadi
cita-cita bersama tentunya bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia harus
naik secara signifikan, agar warga Indonesian terhindar dari hal-hal yang tak
diinginkan, utamanya kaum perempuan.
Horas Tarihoran, Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (memegang mik) [Foto: Dok. Pri] |
Sejalan dengan itu pula, Nini Sumohandoyo, selaku Corporate
Communications & Sharia Director Prudential Indonesia menegaskan perempuan
memegan peran penting dalam berbagai keputusan keuangan, baik di rumah tangga
maupun bisnis. “Prudential Indonesia merasa bangga dapat turut meningkatkan
literasi keuangan pada perempuan, mengingat potensi besar mereka berkontribusi
terhadap perekonomian keluarga dan masyarakat Indonesia.” Nini berharap di
pelatihan literasi keuangan untuk perempuan ini dapat memberi inspirasi perempuan Indonesia lebih percaya diri dalam
mengelola keuangan mereka.
Kegiatan Community Investment Prudential Indonesia di ranah edukasi literasi keuangan masyarakat
untuk berbagi pengetahuan perencanaan keuangan dasar pada masyarakat sudah di
mulai sejak 2009. Kegiatannya memang berfokus pada perempuan yang mengatur
keuangan dengan beragam pengetahuan agar mampu memahami perencanaan kebutuhan
keuangan. Dari program tersebut telah berhasil menjangkau 27 ribu peserta di
berbagai kota di Indonesia (24 kota di seluruh Indonesia).
Nini Sumohandoyo, Corporate Communication & Sharia Director Prudential Indonesia [Foto: Dok Pri] |
Kegiatan ini pun bersinergi dengan berbagai kementerian,
seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata, Kementerian PPPA, KKP,
dan Kemendikbud. Selain itu, karyawan Prudential Indonesia pun terlibat penuh
juga kemitraan beragam komunitas, seperti
komunitas istri nelayan, komunitas pedagang, UKM, PKK, mahasiswa, guru,
dan IRT.
Prudential Indonesia
tidak akan berhenti untuk terus berkontribusi. Prudential Indonesia
antara 2018 hingga 2022 ingin menjangkau lebih banyak perempuan di kota-kota
lain, utamanya Indonesia bagian Timur, mengapa? Sebagai bagian dari Strategi Community Investment Prudential Indonesia
membantu menuntaskan tantangan daerah itu. Targetnya tidak main-main, 50 ribu
perempuan Indonesia sudah ikut pelatihannya.
Jadi, memang perempuan menjadi pilar utama dalam keuangan
keluarganya. Dan apa yang ibu saya buat dulunya, kini terbukti begitu penting
mencatat semua hal berbau “duit” untuk menjaga stabilitas keuangan keluarga
agar terhindar dari marabahaya.