Wednesday, April 26, 2017

Gaji Pertama Penuh Pesona

Dulu, zaman-zamannya masih sekolah (SMA dan Kuliah) kalau ngelihat orang kerja, dalam hati bicara, “Kapan ya bisa seperti mereka, kerja, dapat uang, terus uangnya buat nikah, buat ini, buat itu, de el el lah pokoknya”. Terbersit juga kalau sudah kerja, pengen nabung buat beli kendaraan.

Bukan berapa besar yang saya terima tetapi perjuangan di balik ini
Foto: Dok. http://i.imgur.com/B7n3lAX.png
Kuliah rasanya lama banget jalani. Padahal tak pernah berpikir untuk kuliah atau nyambung sekolah lagi. Tamat SMA maunya langsung kerja. Akan tetapi Allah SWT memberi jalan berbeda. Mau tidak mau harus mengenyam yang namanya bangku kuliah. Ucapan yang pantas, Alhamdulillah wa syukurillah. Karena di luaran sana masih banyak yang mengidam-idamkan ngenyam kuliah, tapi terbentur dana.

Selama kuliah pun saya tak mau diam. Sana-sini cari tambahan. Ada lowongan jadi asisten dosen, saya coba ikut. Dan Alhamdulillah sih ya diterima. Waktu itu honornya per asistensi… (tutup muka, bungkam mulut ah nyebutinnya), ha ha ha… ngakak-ngakak kalau ingat honornya.

Tak berhenti sampai di situ, ngelamar-ngelamar juga ke bimbingan belajar yang ada di sekitaran Depok dan Jakarta. Alhamdulillah diterima juga untuk ngajar sesuai bidang studi. Waktu itu ngajarnya private dan kadang gantiin di kelas. Lumayan juga honor yang diterima. Boleh dibilang lebih “manusiawi”.

Untuk memperoleh ini semua, saya benar-benar butuh perjuangan yang lumayan panjang dan berat. Harus berbagi waktu antara kuliah dan mengajar privat dan kelas. Terkadang, kalau ada praktikum kuliah yang menyita waktu hingga berjam-jam, di situ udah mulai cemas. Cemasnya mikir begini, “Kelar jam berapa nih praktikum?” Padahal praktikum hanya satu SKS, tapiiiiiii lamanya bisa empat hingga lima jam sendiri.

Habis dari praktikum langsung cabut ngajar. Ngajarnya alhamdulillahnya tak jauh-jauh amat. Namun, Depok di tahun 1994 sudah macet. Macetnya memang tak separah sekarang. Ya, tetap was-was juga kalau-kalau telat sampai tempat ngajar.

Hidup saya dari satu tempat ngajar ke tempat ngajar lainnya, hahaha. Maklumlah anak kuliah yang merantau, pastinya uang tak tiap hari ada di kantong. Saya harus mutar otak untuk tetap bertahan di kota besar semacam Jakarta ini. Ngajarnya terkadang di luar bidang dari saya kuliah.

Mantap juga ditawari untuk ngajar orang-orang PLN, waktu itu ngajar Fisika. Saya bisa saya ambil. Ada yang minta privat Matematika pun begitu, sekiranya saya bisa dan mampu saya ambil. Bukan manfaatkan kesempatan, tapi rezeki itu jalannya memang berbeda-beda.

Nah, sebelum selesai kuliah, saya ikut salah satu Tim Ekspedisi Kementerian Kesehatan RI yang waktu zamannya saya itu dijabat oleh Bapak Farid Anfasa Moeloek. Proyek ini saya ambil berkaitan dengan bidang saya, Biologi. Padahal waktu itu, saya mau maju untuk seminar penelitian. Saya tunda untuk waktu yang tidak terlalu lama, hanya dua minggu.

Nah, di Proyek bersama Depkes ini saya dan tim diundang ke istana negara untuk diresmikan keberangkatan oleh Presiden B.J. Habibie kala itu. Di sana, bertemu pula dengan beberapa senior-senior dan Pak Menteri. Ya, bersyukur ternyata Pak Menterinya orang yang juga jadi dosen di Fakultas Kedokteran tempat saya juga kuliah.

Kami berbincang dan tukar nomor kontak. Akhirnya, diberangkatkanlah proyek Eskpedisi Biota Medika ini oleh Pak Menteri Kesehatan, Menteri Kesejahteraan Rakyat, dan Presiden B.J. Habibie.

Saya dan beberapa orang mendapat tempat di pedalaman Jambi untuk melihat etnobotani, tanaman obat yang dipakai oleh Suku Anak Dalam (SAD) untuk menyembuhkan mereka. Melalui jejaring salah satu LSM di Jambi, saya mulai berpetualang masuk hutan keluar hutan Jambi.

Dari pertemuan saya dengan salah satu LSM di Jambi inilah saya “dilirik” oleh Direktur Eksekutifnya. Padahal saat itu saya belum lagi selesai kuliah. Memang sih, sudah semester akhir. Hingga proyek di pedalaman hutan Jambi bersama jejaring LSM di sana selesai, tukar-tukaran nomor kontaklah saya.

Saya “dipinang” oleh mereka untuk bergabung di LSM tersebut menjadi Analis Konservasi Biologi. Waaaw, saya pikir! Ini kesempatan yang tidak boleh saya sia-siakan. Kalau saya kerja di Jambi, artinya saya balik ke kampung halaman. Tetapi, kerjanya memang di kabupaten. Waktu itu tepatnya di Kabupaten Sarolangun Bangko, sebelum dipecah menjadi kabupaten sendiri-sendiri.

Sebelumnya saya pulang dulu ke Jakarta setelah proyek Depkes selesai untuk melanjutkan sidang seminar hasil penelitian saya. Alhasil, seminar hasil penelitian saya diterima, artinya saya berhak maju sidang. Maju sidang saya itu masih ingat sekali, bulan puasa, sekitar Januari tahun 1999.

Selama disidang Alhamdulillah juga lancar jaya. Harap-harap cemas menunggu nilai hasil sidang, ada yang bilang “B gendut” “A minus”, dan sebagainya. Saya tak penting nilai, tetapi bagaimana saya bisa segera lulus dan bekerja tanpa jadi beban orang tua lagi.
Ya, pengumuman nilai diberikan, Alhamdulillah, nilai A yang keluar. Senang, plong, dann beban hidup saya berkurang satu.

Selang 10 hari pasca sidang skripsi, surat panggilan kerja dari LSM di Jambi itu datang. Saya bingung, mereka minta surat keterangan lulus sementara. Ya, seumur-umur kan baru kali ini mengurus ini itu. Tanya ini itu ke sana ke marilah saya akhirnya. Bersyukur Alhamdulillah, saya minta surat keterangan lulus sementara ke bagian akademik bisa keluar cepat begitu pula transkrip nilai sementara.

Saat itu masih zamannya fax-fax-an ya teman. Jadi, saya harus ke warnet untuk nge-fax itu surat-surat yang dibutuhkan. Jadi, saya hanya  istirahat sepuluh hari saja setelah lulus kuliah dan akhirnya bekerja.

Nah, di kesempatan bekerja itu tidak saya sia-siakan. Beruntungnya saya, LSM itu didanai oleh salah satu grup musik dunia yang concern dengan indigenous people. Saya bertemu langsung dengan peneliti Suku Anak Dalam yang juga ahli Eko Antropolgi, Dr. Oyvind Sanbuk yang notabenenya orang Norwegia dan sepuluh tahun lebih meneliti SAD di Jambi, sampai paham dan bisa bahasa SAD.

Di LSM ini, saya masuk hutan keluar hutan untuk mencari kira-kira tanaman yang biasa digunakan SAD untuk makanan dan juga obat-obatan. Nah, setiap tanggal 28 di akhir bulan, saya dan teman-teman menunggu sesuatu yang sudah jadi hak sebagai pekerja. Gaji, ya gaji! Saya digaji bukan dalam rupiah, tapi dikonversi dalam dolar. Saya terima sekitar 80 dolar di zaman krisis ekonomi tahun 1999 tersebut.

Dolar yang sempat gila-gilaan saat krisis ekonomi di Indonesia
Foto: Dok. http://listcrown.com/wp-content/uploads/

Alhamdulillah banget. Gaji pertama itu saya masih banget, beli keripik pisang sepuluh kantong. Kenapa keripik pisang? Ya, keripik pisang itu sebagai makanan dan camilan favorit bapak saya di rumah. Pulang ke rumah  dari Kabupaten Sarolangun Bangko sekitar 5 jam perjalanan. Biasanya dua minggu sekali pulang dengan menggunakan Mobil Help. Tiba di rumah sekitar pukul 8 malam. 


Keripik pisang ini dibeli dari gaji pertama saya
Foto: Dok. https://doingbusinessinindonesia.files.wordpress.com
Ya, bapak dan ibu saya, saya pulang saja sudah sangat senang, apalagi saya bawakan makanan yang sangat sederhana itu dari gaji pertama saya, bukan main senangnya. Terlebih lagi saya, dengan hati berbuncah, finally  I could give my parents snack from my first salary. Bersyukur! 

Suzuki IGNIS One Stop Vehicle Entertaining

Debutnya dimulai dari ajang eksibisi mobil  paling punya pengaruh di Indonesia, Suzuki sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) di Indonesia, hadir membawa nuansa baru untuk dunia mobil di negeri ini. Dimensi mobil Suzuki IGNIS berkonsep Crossover ini hadir relatif kecil untuk ukuran  di kelasnya. Meski begitu, tidak mustahil IGNIS akan sangat banyak mencuri perhatian penggemar di kelasnya.

Ibu Helen Representative Officer Suzuki IGNIS
Foto: Dok.Pribadi
Sebenarnya, dari negara tempatnya bermula, IGNIS merupakan pengganti dari Suzuki Cultus.  Sebelumnya pernah hadir sekitar 2008-2009 dan di 2016 mobil tersebut muncul dengan crossover kecil. Berbahan bakar bensin, meski kecil IGNIS dimuati mesin 1250 cc, dan tenaganya mampu menggapai di 89 Horse Power (HP). Sedangkan  torsinya sendiri berada di angka 118 nm. Selain  itu ditambah pula sistem transmisi 5 percepatan. Alhasil, ini membuat IGNIS punya ketangguhan berlari  dibilang cukup baik.

Salah satu varian warna SuzukI IGNIS Midnight Black Pearl
Foto: Dok. Pribadi
Kalau kita perhatian  ada 2 pilihan untuk pergerakannya, 4WD untuk varian paling tinggi. Sementara, varian standar penggerak 2WD. Suplai bahan bakar menggunakan MPFI (injeksi). Itu artinya, bahan bakar dapat dikontrol. Dari sisi kemudi yang menggunakan rack & pinion pastinya akan membuat kita sangat dapat menikmati serunya berkendara yang enak, baik, dan nyaman. Nah, tubuhnya yang boleh dibilang kecil, akan dapat membuat mobil ini mampu berlari dengan baik.


Varian warna Suzuki IGNIS Tinsel Blue Pearl Metallic
Foto: Dok. Pribadi
Suzuki IGNIS dibuat sebagai “Urban SUV” kenapa? Ya, karena beragam kekompakan yang terdapat di dalamnya memperlihatkan kemudahan dan kenyamanan interior yang dikemas melalui eksterior stylish. Mobil dengan harga di bawah 200 juta ini punya fitur  unggulan, berupa sistem rem ABS. Tetapi, di tipe tertentu belum ada sensor untuk parkir, mungkin agak menyulitkan ketika parkir, apalagi kalau tukang parkir tidak ada.

Varian warna Suzuki IGNIS Arctic White Pearl
Foto: Dok. Pribadi
IGNIS sudah menggunakan Dual Airbags. Fitur ini sangat menolong ketika ada benturan ke mobil. Suzuki IGNIS punya dimensi 3.700 x 1.690 x 1.595 mm. Artinya, dengan dimensi sebesar itu, IGNIS menjadi mobil Crossover yang terkecil di jual di Indonesia. Akan tetapi, jangan memandang kecil dari luar, ketika saya masuk ke dalam mobil tersebut, justru terasa lebar, dan tidak ada rasa sempit sama sekali. Pastinya Suzuki punya alasan, yaitu dari penataan ruang yang sangat baik, sehingga membuat ruang-ruang di dalamnya terasa masih longgar.


Mas Emir Reza Isnafi Strategic Planning Department Corporate Public Relation  (4W)
Foto: Dok. Pribadi
 Tubuh bagian depan IGNIS terlihat gagah. Grill dan aksen krom ada di sekitar lampu depan memberi kesan yang elegan dan sejalan dengan bumper. Bumpernya terlihat ada racikan sporty. Tampilan lampu kabut terlihat dengan desain membulat.

Untuk  bannya sendiri berprofil 175/65 R15, membuat IGNIS tampil lebih bergaya dan tetap memberikan kenyamanan saat berkendara di permukaan yang tak rata.

Struktur body Total Effective Control Technology untuk mendukung keselamatan dan platform baru HEARTECH, ini seperti struktur baru high-rigid underbody dengan material high-tensile steel yang memungkinkan IGNIS andal digunakan untuk jalanan offroad.

Untuk mendukung mobilitas dengan gaya hidup perkotaan, IGNIS memiliki material body ringan. Desain aerodinamis dikedepankan. Hal itu untuk memberi efisiensi bahan bakar agar lebih baik ketika melaju dengan kecepatan stabil (konstan). IGNIS punya air intake dengan tinggi 700 mm yang mampu membelah banjir di musim hujan.

Suzuki IGNIS tampak gagah dari depan
Foto: Dok. Pribadi
Bagaimana dengan mesinnya? Mesin IGNIS memiliki tipe K12M berkonfigurasi 4 silinder segaris, DOHC, VVT. Oleh karenanya sangat andal digunakan untuk melihat performa begitu pula dengan bahan bakarnya terbaik di kelasnya. Konsumsi bahan bakar IGNIS mencapai 23,64 km/liter transmisi manual saat dilakukan drive test olehBT2MP-BPPT dan 23,44 km/liter untuk transmisi AGS.

Mari kita bedel satu per satu untuk Suzuki IGNIS dari sisi eksterior. Desain stylish modern dengan dukungan lampu LED projector & Daytime Running Light (tipe GX). Dibenamkan lampu kabut dengan krom. Dengan lampu LED membuat usia pakai lebih awet. Teknologi LED memaksimalkan pandangan pengendara ke depan, karenanya memberi rasa aman saat berkendara di malam hari. Termasuk juga bagian high moutn stop lampnya.

Ada kekuatan karakter pada SUV Suzuki IGNIS melalui kotak-kotak kecil di bagian grill. Fender Garnish sisi kanan-kiri mobil dan pilar c dibenamkan slit-like design seperti membuat mobil bergerak cepat pada saat diam. Roof rail juga dipasang untuk tipe GX dengan tetap memperhatikan keindahan dan efisiensi berkat material aluminium.

Bagian belakangnya pun terkesan tangguh dengan tarikan garis. Ada flare fender dan rear bumnper garnish yang melintang horizontal berwarna hitam. Beberapa pilihan warnanya  Silky Silver, Arctic Whiter Pearl, Midnight Black Pearl, Uptown Red Pearl, Tinsel Blue Pearl Metallic, dan Glistering Grey Metalic. 

Sementara itu untuk tipe GX tersedia tujuh pilihan warna, Silky Silver, Midnight Black Pearl, Arctic Whiter Pearl, Glistering Grey Metalic, Dualtone Uptown Red Pearl  & Midnight Black Pearl, Dualtone Tinsel Blue Pearl & Midnight Black Pearl, dan Dualtone  Tinsel Blue Pearl  dan Arctic Whiter Pearl.

Interiornya sangat futuristik. Warna pada doortrim juga disesuaikan dengan bagian eksterior, serta konsol tengah. Jok untuk pengendara dan penumpang depan dibaut sporty  model bucket seat, tetapi mewah dengan head rest yang ketinggiannya bisa disetel.

Dapur kendali Suzuki IGNIS
Foto: Dok. Pribadi
Bagaimana dengan lingkar kemudi? Di lingkar kemudi ada tombol untuk Multi Information Display (MID), audio yang bisa terkoneksi dengan ponsel untuk menerima maupun menolak panggilan telepon. Sudut kemudi pun begitu, dapat disetel untuk menaikkan kenyamanan.
Pengendara bisa mengetahui tingkat kenyamanan berkendara karena dipantau melalui meter cluster. Hal ini akan mempermudah mendapatkan informasi mengenai baterai aki, immobilizier,  power steering, ABS, hand brake, oil indocator, RPM meter, speedometer, safety belt, juga airbag.

Lampu LED untuk membantu pengemudi di malam hari
Foto: Dok. Pribadi
Head unit dipisah dari dashboard. Ini dapat mengakses radio dan pemutar CD atau USB berformat MP3/WMA. Ada pula Bluetooth (Tipe GX). Suhu kabin dapat disetel dengan desain unik yang dibuat seperti terpisah pula dengan dashboard. Semua tombol tekan ditampilkan secara digital.

Fitur Keyless Entry (tipe GX) memudahkan akses ke kabin. Pemilik bisa menyimpan atau meletakkan di kantong juga tas, selama jarak kunci tidak jauh dari 80 cm dari mobil. Kita juga tak perlu memasukkan anak kunci, tekan tombol START/STOP pada dashboard untuk mengaktifkan atau mematikan mesin. Suzuki IGNIS masih nyaman dikendarai untuk 5 orang.

Saat saya merasakan  sensasi berkendara, tidak terasa sempit sama sekali. Hentakkan kaki-kaki tidak berasa, begitu pula saat mengerem. Rem terasa halus dan tidak berbunyi derit.  Mesin Suzuki IGNIS sangat ramah lingkungan dan efisien untuk bahan bakar. Materialnya terbuat dari aluminium dengan 83 ps pada 6.000 rpm dan torsi 113 Nm pada 4.200 rpm. Performanya saat dikerahkan ke penggerak roda depan sehingga tetap memberikan ketenangan berkendara.

Transmisinya mengakomodir pengendara yang meminta efisiensi bahan bakar dengan pilihan transmisi manual lima percepatan. Pengendara yang ingin praktis ada pilihan perpindahan AGS. Transmisi memungkinkan pengendara dapat mudah melaju  di padatnya arus lalu lintas tanpa mengesampingkan performa  ketika dioperasikan secara  manual saat meminta akselerasi.

Fungsi-fungsi utilitas dan ergonomis dihadirkan IGNIS, seperti mampu memuat barang banyak di bagian depan melalui glove box, center console tray, dan dua cup holder. Ada juga rear console cup holder. Di bagian pintu depan ada ruang untuk menyelipkan bahan bacaan dan botol minum. Pintu kiri-kanan belakang juga ada tempat botol. Front seat back pocket ada di bagian punggung  jok penumpang belakang.

Barang-barang yang dimuat di bagian belakang sangat akomodatif. Dari 276 liter saat jok diberdirikan. Saat dibaringkan jok belakang, konfigurasi 60:40, diperkirakan 469 liter.  Dengan jok belakang dilipat total keseluruhan mencapai 947 liter.

Akses barang tak merepotkan juga dengan tinggi pintu bagian bawah ke tanah hanya 740 mm. Bibir pintu bagasi punya tinggi 715 mm lebar 995 mm. Dalam kabin, barang bisa ditumpuk hingga 950 mm dan lebar 1.160 mm. Panjang barang masuk mencapai 1.280 mm.


Test DriveSuzuki IGNIS salah satu varian warna Uptown Red Pearl 
Foto: Dok. Pribad
Sistem keamanan menggunakan anti lock  braking system dan electronic brakeforce distribution (ABS dan EBD). Ada pula brake assist (BA).  Dengan dibenamkannya fitur ini akan membuat  pengemudi merasa aman dan nyaman ketika terjadi pengereman mendadak atau normal. Sorotan  lampu LED dapat disetel  secara manual  yang disesuaikan dengan jarak pandang pengendara, karenanya berkendara terasa nyaman di malam hari.

Sementara, sabuk pengaman telah dilengkapi dengan fitur pretensioner & force limiter. 
Penumpang di depan pun tak perlu khawatir untuk keselamatan, karena sudah disisipkan pula Dual SRS Airbag. Kemudi dengan power steering akan memudahkan pergerakan. Pengemudi dapat leluasa bermain maneuver saat menyetir dengan tingkat presisi setir yang sangat tinggi.

Nah, untuk keluarga yang baru punya bayi, pastinya tidak akan kesulitan menggunakan child seat, karena Suzuki IGNIS punya standar untuk mengamankan bayi melalui ISOFIX di jok bagian belakang penumpang. Fitur immobilizer menjadikan Suzuki IGNIS mengecilkan kemungkinan terjadinya pencurian pada mobil, karena anak kunci punya sinyal sendiri. Artinya, tak dapat dihidupkan tanpa ada kunci asli.

Bagaimana dengan suspensinya? Ya, IGNIS memberikan nuansa aman, nyaman, dan tidak khawatir dengan penumpang lima orang, baik kecil maupun besar. Suspensi depan MAcPherson Strut dengan Coil Spring dan belakang berupa Torsion Beam dengan Coil Spring pula.

Foto bareng MACAN (Mama-Mama Cantik) usai Blogger Gathering Suzuki
The A Team
Foto: Dok. Pribadi
Jadi, pilih aku atau dia? Ya tetap pilih Suzuki IGNIS donk!


#GearToIgnite #SuzukiIgnis # UrbanSUV