Tak terasam 12 hari lagi Idul Adha akan kita jelang.
Kalau teman-teman berjalan atau berkendara di sekitar jalan atau tempat yang di
kiri kanan ada lahan kosong, seperti contoh jalan dari arah Tanjung Barat
menuju Lenteng Agung, banyak terdapat kandang sapi dan kambing. Di tempat-tempat
seperti itu transaksi hewan kurban terjadi. Peternak sekaligus pedagang hewan
menjajakan hewan untuk kurban. Pemandangan ini sudah jamak kita lihat memang
saat-saat jelang Idul Adha tiba.
Saya mau berbagi sedikit cerita tentang Idul Adha di
beberapa tempat yang sempat saya tinggali. Sekitar beberapa tahun lalu, saya
sempat tinggal di salah satu desa di Jawa Tengah. Ada hal yang mengganjal hati
dan penglihatan saya tentang tata cara mereka berkurban. Saya melihat ada hal
yang tidak tepat sasaran ketika mereka menyembelih dan membagi-bagikan daging kurban tersebut. Mengapa?
Daging kurban diberikan hampir di semua rumah tempat saya
tinggal tanpa melihat mereka kaya atau miskin, muslim atau nonmuslim. Sementara,
untuk yang menyembelih dan dibagi-bagikan ke masjid tempat biasa saya salat
berjamaah, hanya sebagiannya saja.
Kalau saya membaca dan bertanya pada ahlinya, semestinya
tidak seperti itu. Daging hewan kurban
dibagi untuk orang yang melakukan kurban hanya beberapa kilogram saja,
diberikan kepada orang fakir miskin di sekitar tempat tinggal yang melakukan
kurban. Jadi, penyebarannya pun merata tidak dimonopoli orang per orang saja.
Pernah juga saya melihat terjadi penumpukan tinggi daging
kurban yang seharusnya sudah dapat didistribusikan di hari yang sama, namun
malah menunggu. Alhasil, daging mulai membiru dan tercium bau tidak sedap. So,
ada terbersit dalam hati dan pikiran saya, bagaimana sebenarnya panitia atau
orang-orang yang melakukan kurban tersebut? Apakah mereka paham atau hanya
sekadar “ikut-ikutan” saja?
Di sinilah saya sedikit miris dan kecewa, karena
seharusnya daging-daging itu dapat tersebar merata, justru nanti akan terbuang
sia-sia. Sementara, banyak di luar sana yang mungkin jarang atau tidak pernah
makan daging dalam satu tahun satu kali,
dan bisa dihitung dengan jari. Jadinya, hal ini tidak sesuai dengan apa yang
sudah diperintahkan Allah SWT.
Kurbanesia Dompet Dhuafa hingga pelosok negeri. Lihat videonya berikut ini. [Sumber: Youtube]
Kita tahu, kan bahwa untuk membeli hewan kurban itu tidak
seratus dua ratus ribu, tetapi jutaan rupiah uang yang harus dikeluarkan. Kalau
terbuang sia-sia, justru mendekatkan diri pada mubazir. Rasulullah pun sangat
tidak menganjurkan hal-hal berbau mubazir ini. Karena apa? Mendekatkan diri
pada setan. Memubazirkan makanan sama halnya dengan perbuatan setan. Sedih?
Sudah tentu, iya.
Di tempat saya tinggal tersebut ada seorang ibu yang saya
panggil "ibu", bekerja untuk saya. Dia sempat berbagi cerita, kalau di kampungnya,
justru tidak pernah memotong hewan
kurban sama sekali. Ada, itupun hanya satu kali. Untuk seterusnya, tidak pernah
dilakukan lagi. Hal ini terkait dengan kondisi keuangan dan ekonomi
masing-masing keluarga. Boleh dibilang miskin dengan pekerjaan utama sebagai pemecah
batu dan pembuat arang.
Kalau saya bandingkan dengan yang ada di tempat saya
tinggal di Sumatera, justru hal ini sangat bertolak belakang. Rata-rata di
setiap kelurahan minimal memotong dua ekor sapi dan sepuluh kambing. Pun masing-masing
rumah mendapat jatah daging kurban sebanyak dua hingga tiga kilogram daging.
Saya berpikir, “Kalau tahu ada satu wilayah atau daerah yang memang
sangat memerlukan daging, bahkan makan daging setahun sekali pun tidak pernah,
lebih baik saya sarankan untuk memotong dan memberikan hewan kurban di tempat
itu. Bisa saya tebarkan ke tempat ibu yang bekerja di rumah saya tinggal.”
Daerah atau wilayah, pemotongan, hingga pendistribusian
daging kurban ini menjadi panggilan untuk saya, bahkan menjadi tantangan
tersendiri. Bagaimana tidak, selama saya mengikuti pemotongan hewan kurban, ada
saja yang tak kebagian bahkan luput dari jangkauan. Saya makin penasaran, tak
mungkin tidak ada lembaga yang bisa mengakomodir hal ini.
Saya pun berpikir, kurban ini telah menjadi satu misi yang mampu merekatkan
kepedulian, kebaikan, bahkan manfaat untuk sesama menjadi orang-orang yang bisa
lebih baik lagi dan luas jangkauannya.
Kurban juga menjadi waktu yang paling membuat bahagia
saudara-saudara kita yang tidak atau jarang mengonsumsi daging. Hal ini
menghadirkan kebahagiaan tersendiri. Apalagi untuk saudara-saudara kita yang
hidup terpinggirkan (marginal living),
bahkan tak tersentuh pembangunan.
Pun kurban menjadi satu tantangan tersendiri untuk saya. Mengapa?
Ya, karena dengan berkurban menjadi satu pembuktian diri saya kepada Allah SWT
untuk lebih pandai-pandai bersyukur atas nikmat yang telah diberikanNya.
Juga, kalau melihat perjuangan, pengorbanan, dan
tantangan Nabi Ibrahim tatkala diminta Allah SWT untuk mengorbankan anaknya,
Nabi Ismail. Di sini, Nabi Ibrahim dihadapkan pada pilihan sulit, antara anak
dan menuruti perintah Allah sebagai bentuk tanda syukurnya.
Dompet Dhuafa bersama Kurbanesia menerapkan sistem Quality Control ternak sebelum dilepas untuk kurban. Simak videonya [Sumber: Youtube]
Mencontoh Nabi Ibrahim ini tadi, saya merasakan banyak
hal mengenai hikmah dan keteladanannya, bahkan keimanannya. Pun ada satu
pembelajaran yang sangat berharga bisa dipetik, Ikhtiar. Ikhtiar inilah yang
secara tidak langsung Nabi Ibrahim berikan kepada orang-orang untuk meraih “hadiah’
terindah dari Allah SWT.
Pun hal ini sesuai pula dengan sabda Rasulullah SAW, ada
ganjaran dari setiap helai bulu-bulu juga
darah yang tertumpah dari hewan yang dikurbankan. Subhanallah. Aah… saya jadi
terharu sendiri membaca perjuangan Nabi Ibrahim, ibrah yang bisa saya petik
untuk diri dan orang banyak di sekitar saya untuk terus berkurban. Dan
semata-semata berharap rida Allah SWT kelak.
Untuk hal ini, saya
terus mencari, kira-kira dan tepatnya ke mana harus berkurban agar bisa
dinikmati orang banyak. Alhasil, saya browsing dan mencari lembaga mana yang
bisa menyalurkan daging kurban sekaligus melakukan penyembelihan secara
terbuka, jujur, dan amanah. Bertemulah saya dengan Dompet Dhuafa.
Siapa Dompet Dhuafa
Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga sosial nirlaba
yang bergerak untuk bidang kemanusiaan dan sosial. Kehadirannya bermula dari
banyaknya empati komunitas jurnalis yang berinteraksi dengan masyarakat miskin (terpinggirkan) juga sering
bertemu dengan orang-orang kaya. Digagaslah manajemen penggalangan kebersamaan
dengan siapapun yang peduli kepada orang-orang dhuafa. Mau tahu tentang Dompet
Dhuafa secara mendalam? Silakan klik situs ini https://www.dompetdhuafa.org/about
Ada banyak informasi penting tatkala saya bersua muka dengan
rekan-rekan di Dompet Dhuafa. Terutama hal-hal berkaitan dengan program yang
dibuat dan dilakukan berhubungan dengan aktivitas sosial kemanusiaan, termasuk
program Tebar Hewan Kurban ini. Nah, apa pula ini program Tebar Hewan Kurban?
Ya, Tebar Hewan Kurban (THK) ini sebagai salah satu program Dompet Dhuafa untuk
ekonomi sosial yang fokus pada pengelolaan dan mendistribusikan hewan kurban ke
daerah-daerah terpencil di penjuru nusantara.
Profil Dompet Dhuafa. Simak videonya berikut ini. [Sumber: Youtube]
Jika melihat sejarah mengenai hadirnya program THK ini,
sudah dimilai pada 1994 dan mendistribusikan hewan-hewan kurban ke pulau Jawa,
Bali, Kalimantan, Sumatera, NTT, NTB, Sulawesi, juga Papua. Bahkan, tak sampai
di situ saja, THK juga merayap hingga ke wilayah-wilayah konflik antarnegara
dengan penduduk muslim yang memang minoritas, serta daerah terjadinya bencana
di luar Indonesia. Komitmen yang diletakkan DD tidak main-main. Inilah menjadi
kunci penyebaran hewan kurban agar merata dan dapat dinikmati orang banyak
untuk daerah yang disalurkan, selain itu tepat sasaran untuk penerima.
Membentang kebaikan yang dilakukan Dompet Dhuafa menjadi
semacam vitamin tersendiri untuk saya pribadi, bahkan orang-orang berduit (baca kaya) untuk terus berbuat baik dan
berbagi. Membentang kebaikan yang dari kurban mengantarkan setiap orang pada
kebahagiaan. Bahkan menjadi jiwa-jiwa paling bermakna.
Kandang Domba dan Kambing untuk proses pembibitan dan penggemukkan Desa Cirangkong, Subang [Foto: Dok Pri] |
Lebih jauh lagi, tujuan utama dari THK ini sebagai
ikhtiar untuk berbagi kebahagiaan daging kurban ke penjuru negeri juga
sebagai program yang dapat membantu para peternak dan masyarakat tak punya
(dhuafa) dalam mendapatkan kenaikan kesejahteraan. Hal ini agar mereka mampu
mandiri, punya nilai, serta berdaya guna untuk masyarakat banyak.
Dompet Dhuafa membentuk dan melakukan satu program yang
meng-encourage dan melibatkan para
peternak yang didayakan oleh Dompet Dhuafa, juga sebagai mitra dari Tebar Hewan
Kurban itu sendiri. Bagaimana DD melibatkan peternak di dalam programnya?
Proses yang dilakukan DD ketika mengambil peternak dengan
cara memberikan bibit hewan, yaitu kambing dan domba juga sapi atau kerbau. Hal
ini tidak semata-mata lewat begitu saja. Tetapi ada proses lain yang perlu
dilakukan, yaitu ada pembinaan, pemeliharaan, dan tak kalah penting Quality
Control yang dilakukan oleh ahli-ahli di bidangnya, dalam hal ini Dompet Dhuafa
pun bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat.
Rekan-rekan Blogger dan Media pada #SocioTripKurbanesia2018 Dompet Dhuafa, Cirangkong [Foto: Dok Pri] |
Nah, saya sangat beruntung dapat mengikuti program Dompet Dhuafa untuk Tebar Hewan
Kurban ini bersama rekan-rekan blogger dan media. Pada Selasa lalu (7/08/2018),
untuk kedua kalinya saya berkesempatan ikut lagi ke salah satu Kebun Indonesia
Berdaya yang dibina oleh Dompet Dhuafa. Bertempat di Desa Cirangkong, Kecamatan
Cijambe, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat.
Selain peternakan, Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa juga melakukan pertanian [Foto: Dok Pri] |
Tak hanya kebun, tetapi juga peternakan dengan lahan
seluas 10 hektar itu ditanami beragam jenis tanaman penghasil buah, seperti
Pepaya Kalina, Jeruk, Nenas Subang, Buah Naga, hingga Jambu Kristal.
Domba & Kambing siap Tebar Kurban di Desa Cirangkong, Subang [Foto: Dok Pri] |
Sementara, peternakannya berupa kambing dan domba. Domba
dan kambing-kambing inilah yang menjadi salah satu hewan kurban peternak yang
dikelola Dompet Dhuafa bersama peternak.
DD membantu penyebaran hewan-hewan ini nanti yang akan dikurbankan ke
berbagai wilayah di tanah air.
Wilayah-wilayah yang dimaksud seperti wilayah yang jarang
tersentuh atau tak pernah merasakan daging kurban, wilayah konflik, dan
minoritas muslim. Ketika saya melihat dan terjun langsung ke peternakannya ini,
ada tiga kandang yang dibentuk memanjang. Isi keseluruhan kandang lebih kurang
240-an ekor domba. Masing-masing kandang terdiri atas 80 ekor domba dan kambing
dari berbagai macam pemilik.
Nah, domba-domba yang masuk dalam kategori pemeliharaan dan penggemukkan untuk kurban
ini dari jenis domba ekor gemuk, domba ekor tipis, domba Garut, dan Domba Priangan
(Parahyangan).
Salah satu Domba dari Mitra Peternak binaan Dompet Dhuafa di Desa Cirangkong, Subang [Foto: Dok Pri] |
Ada tiga bagian kandang dengan perlakuan
berbeda-beda. Pertama, kandang bibit. Kandang
ini terdiri atas bibit domba yang diisi enam ekor domba jantan kualitas bagus
dan sekitar 70-an ekor domba betina
kualitas bagus pula.
Kandang kedua berupa kandang bibit pertama. Di kandang
ini ada sekitar 80 ekor domba yang dimiliki warga berbeda-beda. Ada domba warga
yang memang sudah bermitra dengan DD dan ada domba yang memang warganya
berinvestasi untuk ini.
Sementara, kandang ketiga adalah kandang penggemukan. Di kandang
ini ada sekitar 80 ekor domba pula yang dimiliki oleh para petani. Biasanya petani
yang juga punya investasi di lahan perkebunan nenas dan juga melakukan mitra
dengan DD.
Di tempat inilah domba dan kambing dibiakkan dalam binaan Dompet Dhuafa [Foto: Dok Pri] |
Bagaimana domba-domba dan kambing di Kebun Indonesia
Berdaya binaan DD ini dapat memenuhi standar kualitas hewan kurban? Tentunya, DD memberikan pembekalan yang
sangat dibutuhkan dan standardisasi pakan ternak kurban. Pakan untuk ternaknya
sendiri dimodifikasi dengan tetap memenuh standar kualitas pakan ternak.
Pakannya terdiri atas campuran jerami padi, kulit nenas,
bahkan dikatakan oleh Mas Agung Kharisma, diberi kecap makan. Selanjutnya,
pakan ini difermentasi lebih kurang tiga
hari sehingga menghasilkan rasa manis yang diperuntukkan sebagai penambah
energi (tenaga) untuk ternak itu sendiri. Pemberian pakan rumput sebisa mungkin
dikurangi, karena rumput tinggi selulosa yang dapat mengikat lemak dan air.
Sementara, hewan-hewan ini dalam proses
penggemukan.
Selanjutnya, domba-domba dan kambing yang digemukkan ini
nanti akan disalurkan untuk hewan kurban atau dijual oleh DD. DD dalam hal ini
menyediakan hewan kurban dengan kelas-kelas tersendiri. Siapapun bisa membeli
dan berkurban melalui Dompet Dhuafa dan bahkan langsung disalurkan kepada yang
memang berhak menerimanya.
Nah, ini standar hewan kurban yang diberikan oleh Dompet
Dhuafa untuk siapapun yang ingin berkurban melalui Dompet Dhuafa.
Kambing dan Domba bertanda merah ini masuk kategori Premium dengan bobot 29-35 kg [Foto: Dok Pri] |
Kambing dan Domba bertanda biru masuk ke kelas standar bobot 23-28 kg [Foto: Dok Pri] |
1. Kambing dengan kriteria standar bobot 23—28 kg per ekor Rp1.975K
2. Kambing dengan kriteria premium bobot 29-35 kg per ekor Rp2.975K
Mengapa Dompet Dhuafa jadi pilihan tepat saya untuk
berkurban? Adanya Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa ini memberikan kemudahan
untuk siapapun yang ingin berkurban, berbagi ke
masyarakat kecil yang tak pernah mengecap nikmatnya sate atau gulai kambing
ke penjuru tanah air.
Pertama, melalui Dompet Dhuafa, ada kemudahan layanan berkurban. Ada sistem online
(daring) yang dibuat oleh DD justru mempermudah orang yang ingin berkurban. Apalagi
eranya sudah sangat maju (era digital). Tak hanya itu, secara offline pun DD
tetap membuka kanal melalui konter-konter atau gerai-gerai yang ada di pusat
belanja.
Tak perlu repot kalau ingin berkurban dan konfirmasi kurban [Foto: Dok Pri] |
Kita bisa pilih kanal untuk pembayaran hewa kurban, baik
melalui kanal perbankan, QR Code, payment online, kerjasama e-commerce, bahkan
juga jemput kurban dan 150 konter atau gerai THK DD yang tersebar di Jabodetabek. Kalau tidak
mau sulit, bisa langsung bayar juga ke kanal ini www.kurban.dompetdhuafa.org .
Untuk
mengetahui lokasi konter Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa (THK-DD)
Klik
link berikut https://kurban.dompetdhuafa. org/konter/.
Semoga kehadiran konter ini dapat
membuat mudah rekan-rekan untuk berkurban melalui Dompet Dhuafa.
Dompet Dhuafa bersama Kurbanesia dengan kriteri hewan kurbannya [Foto: Dok Pri] |
Kedua, kurban memberikan edukasi untuk anak-anak kita. Peternak yang dibina DD melalui pemberdayaan
ekonominya dapat menikmati langsung daging kurban. Jadi kini, bukan mustahil
lagi kalau daerah pelosok tidak bisa mendapatkan daging kurban.Insya Allah,
melalui DD semua teratasi. Hal ini juga sebagai bentuk dari model bisnis sosial
yang mengangkat ekonomi peternak lokal. Mungkin dulu masih dibawah garis
kemiskinan, kini merangkak naik dan mandiri secara ekonomi, menjadi insan yang
sukses dan berdaya. Kalau peternak ini berdaya, otomatis penyaluran hewan
kurban semakin mudah .
Dompet Dhuafa juga menerapkan sistem jemput kurban [Foto: Dok Pri] |
Ketiga, tebar hewan kurban Dompet Dhuafa ini dari kota hingga pelosok desa,
wilayah konflik, bencana, minoritas muslim, bahkan hingga mancanegara. Jadi,
pendistribusian hewan kurban dari DD ini tak terbatas dalam negeri, justru juga
merambah luar negeri. Jadi, semua tersalurkan dengan aman dan baik.
Keempat, hewan-hewan yang dikurbankan memenuhi standar dan mutu kualitas
sebagaimana hewan kurban. DD dengan para mitranya menerapkan empat hal yang
jadi patokan, yaitu 1) bobot hidup. Domba atau kambing standar dengan
bobot 23-28 kg; domba atau kambing
premiun 29-35 kg, sedangakan sapi di
250-300 kg; 2) kesehatan dan fisik.
Hewan tidak cacat, lepas gigi khususnya kambing-sapi dan berkelamin jantan; 3) pelaksanaan pemotongan. Hal ini sesuai syar’i
yang diberlakukan dalam Islam, ada dokumentasi, serta laporan hewan yang
dipotong; dan 4) tepat sasaran. Distribusi yang merata untuk masyarakat kurang
mampu atau warga miskin.
Kalau kita berkurban di Dompet Dhuafa, akan mendapatkan notif seperti ini [Foto: Dok Pri] |
Kelima, adanya pengendalian dan pengontrolan
mutu hewan kurban THK oleh tim QC Dompet Dhuafa. DD merekrut orang yang
berkompeten di bidangnya. QC ini punya tugas memantau, kontrol, juga mengecek
kesehatan calon hewan kurban sebelum
hari ‘H’. Mengecek dan verifikasi lokasi pendistribusian siapa yang
akan menerimanya. Memantau penyiapan dan
saat pemotongan hewan kurban. Terakhir, melakukan dokumentasi, evaluasi, serta rekomendasi.
Kalau saya berkurban dan siapapun yang berkurban melalui
THK ini ada jaminan kepastian, tersalurkannya hewan-hewan kurban kepada orang yang berhak menerimanya (tepat
sasaran) dan dijamin kita tidak kecewa seperti yang pernah saya alami.
Orang yang melakukan kurban pun secara
tidak langsung telah membantu peternak yang sudah join sebagai mitra peternak
DD.
Blogger dan Media sedang mendengarkan penjelasan dari representatif Dompet Dhuafa [Foto: Dok Pri] |
Dompet Dhuafa pun sangat transparan mengenai laporan penjualan dan orang-orang
yang akan berkurban. Bukti-bukti laporan kurban dikirim melalui pesan singkat
email. Hal ini dapat diketahui rekam
jejak yang sudah dilakukan DD sejak 2015 yang menggunakan DESI (Dompet Dhuafa Enterprise System). Melalui
DESI ini, kalau kita mau berkurban, semua transaksinya hingga laporan dari
orang-orang yang melaksanakannya (mitra)
di lapangan tercatat dengan baik dan lengkap.
Nah, semakin banyak orang-orang yang melakukan kurban di
Dompet Dhuafa, otomatis semakin banyak pula manfaat yang bisa diambil oleh
peternak yang sudah bermitra dengan THK Dompet Dhuafa ini. Di sinilah, kita dan
siapapun menjawab panggilan zaman.
Masih ragukah dengan apa yang sudah saya sampaikan untuk
berkurban di THK Dompet Dhuafa Kurbanesia Menjawab Panggilan Zaman ini?
Yuk, bersama-sama kita jawab panggilan zaman juga tantangan memberdayakan
peternak lolak dan menebar berkah daging kurban di program THK yang sudah ada
sejak 1994. Ayo, terus kita tebar
kebahagiaan lewat daging kurban di Idul Adha yang sebentar lagi akan menjelang
dengan berkurba melalui Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa.
Mas Ahmad dalam penjelasannya tentang Kurbanesia [Foto: Dok Pri] |
Perlu
kita tahu juga bahwa, kesenangan Idul Adha tidak hanya milik bangsa Indonesia,
tapi ada juga milik saudara kita sesama muslim di luar Indonesia. Juga mereka
yang berada di wilayah konflik seperti Suriah dan Palestina. Mereka pun pantas
merasakannya, tak ketinggalan pula minoritas muslim Rohingya. Muslim Rohingya
mengungsi jauh dari Myanmar, juga ada yang masih menetap di Rakhine. Sementara
keperluan dasar hidup mereka jauh dari kata layak.
Jadi, ngapain kita
tunda-tunda untuk berkurban. #KurbanDikitaAja #SocioTripKurbanesia2018
#MembentangKebaikan #MenjawabPanggilanZaman