Wednesday, October 31, 2012

Lika Liku Laki-Laki yang (tak) Laku

Hihihih... sempet ngakak sendiri waktu mikir buat entri title tulisan ini. Ga kebayang, dulu zaman-zamannya masih sekolah sempet punya cewek. But... not so long make a relationship with her. Entah kenapa. Tapi, rata-rata yang "nembak" duluan justru ceweknya, sementara si prianya, adem ayem anteng tekukur (haiyaaa... istilah dari mana ini diciptain).

Duluuuuuuu bangeet. pas masih esema (baca SMA), ada cewek yang sempet si pria taksir. Nah, ceweknya juga "gayung bersambut". Tapi, si cowok malah dieeem aja. Sementara si cewek udah "gatel-gatel tanduk minta diseruduk" alias di"tembak". Haiiih... makin  penasaran deh si cewek yang juga punya hasrat ingin bisa bersama si pria.

Singkatnya... mereka "ga jadian", hihihih... Nah, sejak saat itu mulailah si pria "berburu" wanita. Tapi, tetep yang nembak duluan si wanitanya. Paling lama pacaran itu si pria 3 taon. Finalisasinya, rata-rata ditinggal kawin sama si wanita. Ampuuuuuuuuuuuuuun deh! Hahahaha... Dulu dan sampe sekarang pun masih mengiang istilah "jomblo". Eeeh...ada embel-embelnya juga. Ada "jojoba"; "jojora", dan temen-temennya.

Jojoba (jomblo-jomblo bahagia); nah, jojora (jomblo-jomblo sengsara)...huuwahahaha...Sedih deh. Nah, sempet tuh si pria udah serius, udah mau dilamar tuh ceweknya, eeeeh si ceweknya keburu nikah duluan tanpa alesan. Ujug-ujug ngasih undangan. Kayak kesamber petir dah si prianya... di depan pintu melongo kayak kebo bego.

Bener banget yak, waktu kita dikandung umur 4 bulan, Allah niupin roh, terus bilang, "Kamu umurnya sekian, rezekinya sekian, meninggalnya tanggal, hari bulan taon jam menit detik sekian, jodohnya si anu si anu. Tar bakalan langgeng, ada juga yang cere, cere mati apa cere idup. Terus bisa kaya, miskin, ato tetep sedang-sedang aja".

Eeeealah... Beneer banget. Allah itu maha segala-segalanya. Yah. untuk urusan jodoh apalagi. Meski udah pacaran berkali-kali, kalo memang Allah belum menakdirkan si cewek jadi jodohnya, ya tetep berusaha, berdoa, dan tawakal kepadaNya.

Lika liku perjalanan idup mah ga usah dipikirin, mumet sendiri. Nikmati, jalani, dan dekatkan diri ke Illahi. Insya Allah, semua akan indah pada waktunya. Amin.

Monday, October 29, 2012

Happy Day

Sebagian orang akan mengatakan... Monday is lazy day. Tetapi, tidak untuk sebagian yang lain. Justru, hari senin menjadi hari dan langkah baru lagi untuk memulai melakukan aktivitas dengan riang dan gembira. Apalagi, di akhir minggu ke-3 bulan Oktober itu ada libur tepat di hari Jumat Lumayan kan, buat refresh otak dan tubuh. Kemungkinan juga sudah ada yang mengambil jatah cuti di hari Kamis.

Senin, sebagai mula hari dan mula lagi aktivitas yang rutin kita jalani hingga Jumat. Kita mendapatkan the new energy. Tentunya langkah-langkah kaki ringan kita akan kembali menapaki gedung perkantoran yang sudah kita tinggalkan beberapa waktu lamanya. Hehehe... Jangan berat untuk melangkahkan kaki ke tempat "mengais rupiah".

Happy day of monday, sambut dengan gembira dan jalani dengan enteng kaki. Ahaaay... ringankan langkah kaki dengan segera. Berkaca dari negara Asia Timur Jauh (baca Jepang), mereka selalu bersemangat dalam bekerja. Saking semangatnya, sampai-sampai penduduk negara itu mendapat julukan, workholic people (manusia gila kerja). Sebenarnya sih tidak, karena jeda mereka bekerja setiap dua jam, makanya mereka terkesan seperti orang yang "gila".

Tetapi, tetap saja mereka bahagia menjalani rutinitas dan aktivitas yang menghinggap. Memang, dari dulu, etos kerja mereka sangat tinggi dan tak dapat dipungkiri oleh bangsa-bangsa lain. Perlulah kita mencontoh cara mereka bekerja yang super tekun dan teliti. Zero mistakesi sangat mereka hindari. Bila perlu, tidak ada kesalahan sama sekali dalam bekerja.

Hari-hari penuh kebahagiaan selalu mereka jalani dengan ringan. Setiap hari, tak ada hari yang tak bahagia, selalu bahagia.

Thursday, October 25, 2012

New Place


_________________________________________________________________________________



Tidak Salah Jika...

Harapan dibangun untuk memacu semangat agar kita lebih giat dalam berusaha. Jangan lupakan doa kepada zat yang memberikan hidup dan kematian. Harapan itu seperti sebuah doa yang kita panjatkan sehabis menunaikan ibadah. Semoga, harapan-harapan yang kita tanamkan seperti memohon doa kepada yang maha kuasa, semoga memberikan hasil.

Tak cukup memang hanya berharap tanpa usaha. Sebaik-baik pengharapan adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT dibarengi doa. Jika tidak, semua yang sudah kita lakukan akan sia-sia. Teruslah berusaha, berdoa, dan berharap. Memang, diperlukan mental kuat dan semangat pantang menyerah. Insya Allah, semua akan ada hikmahnya.

Sekecil apapun kita berusaha, harapan itu akan ada. Lihat saja pohon beringin. Pohonnya begitu besar dengan akar-akar yang kokoh dan kuat menggelantung. Tapi, siapa yang tahu sebenarnya biji beringin itu sebesar apa? Mungkin, kita akan mengira, pohon yang sebesar itu memiliki biji atau buah yang sangat besar pula.

Tidak teman! Biji beringin itu kecil. Dari sini kita dapat mengambil pelajaran berharga. Jangan pernah melihat usaha-usaha kecil yang terkadang kita abaikan. Justru usaha dari kecil itu yang akan membawa kepada kebesaran. Insya Allah, amin. Semoga Allah memberkahi.

Profesional vs Konvensional

"Wah, asyik bener yah kantor elu, sistemnya rapih dan tertata", begitulah secuil kalimat yang entah itu curcol (curhat colongan) atau miris karena keadaan dari mulut seorang teman. Ya, sebuah company yang jelas, tentunya memiliki struktur organisasi yang tertata dan sistematis, juga tidak bergaya birokratis. Oleh karenanya, segala hal yang berbau "karyawan" dapat diatasi secara tepat.

Company yang seperti itu namanya profesional. Jika dilihat-lihat, rata-rata company seperti itu kebanyakan asing punya. Tak heran, orang-orang asing memang menyukai sistem yang jelas dan rapih. Mereka tidak menyukai hal-hal "acak kadul" dalam pekerjaan. Sangat terlihat berbeda dengan beberapa company yang notabenenya asli orang pribumi punya (beberap lho yaa bukan di generalisir).

Memang, ada company Indonesia yang  juga bagus dalam penataan atau pengelolaan SDM-nya. Tetapi, lebih banyak tidaknya. Apalagi jika kita menoleh untuk perusahaan yang berbau "keluarga" alias perusahaan turun temurun dari kakek buyutnya. Si cucu buyut entah sudah tangan ke berapa memegang. Karenanya, tak heran kalau pengelolaan SDM-nya "ajrut-ajrutan".

Jangan heran kalau mendapat cap "konvensional". Banyak regulasi siluman yang muncul tiba-tiba. Banyak hal-hal yang sebenarnya "tahu" tetapi "pura-pura tidak tahu". Contoh mudah, karyawan sakit. Seharusnya sebagai sebuah company karyawannya berhak mendapat penggantian uang berobat, entah itu besarnya 50%, 70%, atau 80%. Tetapi apa lacur... karyawan sakit yah bodo' amat.

Kembali lagi pada keadaan yang disebut konvensional tradisional yang tidak jelas. Pekerja/karyawan tidak didudukkan sebagai sebuah aset yang sangat berharga. Apalagi dengan orang-orang yang begitu berpengalaman di bidangnya. Mau tida mau,  turn over sebuah company yang dikelola oleh keluarga begitu tinggi. Tidak tertutup pula untuk company asing di Indonesia.

Transparansi sangat perlu. Oleh karenanya, ketika seorang karyawan masuk pada sebuah perusahaan, karyawan perlu kejelasan tata tertib, sistematika, alur kerja, dan hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban seorang karyawan. Jangan sampai seorang karyawan potensial hengkang gara-gara hal sepele yang sebenarnya masih dapat dibicarakan secara baik-baik.

Begitu pula dengan hak perusahaan kepada karyawan dan sebaliknya. Dipikir-pikir ada take and give yang saling membawa benefit di kedua belah pihak. Untuk kejelasan pekerjaan dari sebuah perusahaan kepada karyawan pun diperlukan. Maka dari itu, MoU (Memorandum of Understanding)  alias surat perjanjian kerja untuk kedua belah pihak mutlak ada. Jadi, perusahaan dan karyawan tidak seenak-enaknya.

Profesional, lebih kepada tanggung jawab keduanya.

Monday, October 15, 2012

Biar Tua Tapi Bahagia




Siapa sih yang ingin tua?
Ahaaa… tua itu pasti dan tak dapat dihindari! Tua seiring perjalanan waktu dan usia. Banyak perubahan yang terjadi, mulai dari fisik hingga perubahan kejiwaan. Yang tadinya kuat, gagah perkasa, ganteng, cantik dan cekatan, akhirnya gerakan mulai melambat, keriput menggelayut, bahkan berjalan pun sudah mulai menggunakan kaki ke-3 (baca tongkat).Pembicaraan pun mulai bergeser. Yang tadinya super sibuk dengan pekerjaan, sekarang bicara berbau penyakit. Keluhan seputar kesehatan pun sering muncul baik disadari atau tidak.
Sudah semestinya, terkadang timbul rasa khawatir dalam diri dengan datangnya masa tua. Anyak hal yang menyebabkan masa tua seseorang terlihat tidak bahagia atau bahagia. Pikiran berkecamuk, seribu pertanyaan muncul di saat datangnya masa tua seseorang.
Benar adanya, tak seorangpun ingin melalui masa tuanya tanpa kebahagiaan. Begitu banyak makhluk di dunia, terutama manusia yang ingin menikmati masa tuanya dengan sebuah nilai kebahagiaan yang dikumpulkan saat-saat muda dahulu. Memetik hasil tanpa ada gangguan dan ketakutan dari  pihak manapun juga.
Flash back: Perjalanan panjang selama hidup yang sudah dilalui seseorang, membuat orang tersebut ingin mengumpulkan dalam satu rangkaian kata “Bahagia”.
Di mana letak bahagia sesungguhnya? Banyak interpretasi bahagia untuk seseorang. Ada yang bilang, “Saya sudah tua, alangkah bahagia jika melihat anak-anak berkumpul jadi satu bersama orang tua dan menikah”. Ada pula yang bilang di saat memasuki usia senja, “Bahagia rasanya bila dapat pergi ke tanah suci bersama orang-orang yang dicintai”.
Di usia tua, ada sebagaian orang yang tak ingin terlihat tua dalam penampilan. Itu juga sebagai salah satu hal yang dapat membuat seseorang bahagia. Bisa saja menyenangkan diri di salon, pergi bermain golf bersama istri tercinta, berlibur ke luar negeri, atau sekadar jalan-jalan berdua bersama pasangan di taman bunga, why not?!
Nah, ukuran kebahagiaan itu relatif untuk setiap orang. Jadi, kebahagiaan itu ada di dalam diri orang itu sendiri. Anny Djati W, memaparkan panjang lebar dan memukau dari perjalanan dan pengalaman hidup yang pernah dilalui. 

Judul buku: Biar Tua Tapi Bahagia
Penulis: Anny Djati W
Ukuran buku: 14 x 21 cm
Hlm: 152 Hlm
Tahun terbit: 2012
Penerbit: CAM, Jalan Raya Jambore No. Z2 Cibubur, Jakarta Timur

MAU DIBAWA KE MANA?

Hmm... sebenernya serius ato ga ya? Kalo serius nanganinnya tentu akan benar-benar terstruktur dan baik. Ada kejelasan yang pasti dari setiap langkah yang diambil. Bagaimana tidak seperti mengambang atau sengaja diambangkan. Entahlah, cuma dia sama Tuhan yang tahu ke mana sebenarnya arah yang diinginkan.
Gw jadi inget salah satu lagu dari daerah Minang yang bunyi liriknya, "Malangnyo badan cinto digantuang indak batali".

Beuuuh... embeeeeeeerrr sakitnya. Yah, perumpamaannya kira-kira seperti itu. Jedoooorrr...!!! Kalo itu cerita cinta, ini cerita sebenarnya beda. Cuma, kira-kira intinya sih sama. Masalahnya ga ada kejelasan. Mau maju, maju... kagak yah kagak. Coba??? Repot ga tuh?! Yang "di bawah2nya" udah niat pengen maju sama-sama, biar tetap dikenal orang, tapi  kok yang "di atas" seperti nyalahin yang di bawah terus ya? (Introspeksi diri deh kita2 yang di bawah).

Biar deh apa maunya yang di atas. Yang di bawah sudah berusaha sekuat badan jiwa dan raga. Kalo hasilnya masih "ga sreg alias ga co2k" di cocok2in aja. Sebenernya sih urusannya sangat mudah dan gampang. Owwwh... jadi inget ucapannya almarhum mantan Rektor UI pertama kali, kalo ga salah Prof. Dr. SIS (Slamet Iman Santoso), beliau bilang, "Orang pintar itu menyederhanakan masalah rumit".

Beneeeeeeer banget pak! Sangat setuju dengan ucapan itu. Bagaimana tidak, terlihat dari cara berpikir seorang profesor yang benar-benar profesor sejati. Masalah rumit serumit-rumitnya, mampu dia sederhanakan hanya beberapa langkah. Cara berpikirnya pun begitu memukau. Sungguh runut dan tidak jelimet. Lhaa ini?? Jadi bingung sendiri "yang di bawah" terhadap "yang di atas". Apa yang di bawah terlalu bodoh untuk menerjemahkan maunya yang di atas? Atau yang di atas terlalu "kaya" dengan perintah yang tidak jelas?? Wallahu a'lam.

Semoga Allah SWT membuka mata hati, pikiran, dan cara pandang "yang di atas" terhadap "yang di bawah".
Kalo ga kebuka juga?? Dicongkel kali yaah.

Friday, October 12, 2012

HARUSKAH BERTAHAN & BERSABAR?

Di hari Jumat yang  mulia ini ada sepenggal coretan jiwa yang ingin diluapkan, agar tak terpendam dalam hati yang lama kelamaan akan menggunung dan membuncah, akhirnya timbul sifat "berburuk sangka". Insya Allah dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan juga utk orang lain. Amiiin. 

Menurut Rasulullah Saw, dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah bersabda, "Orang yang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang memiliki jiwanya ketika marah (HR. Bukhari). 

Kesabaran menghapuskan segala dosa. Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tidaklah seorang muslim mendapatkan kelelahan, sakit, kecemasan, kesedihan, mara bahaya, dan juga kesusahan, hingga duri menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut (HR. Bukhari dan Muslim).

Ya Allah, jadikan diriku dan keluarga masuk ke dalam golongan orang-orang yang sabar. Insya Allah, kesabaran sebagai "keharusan" akan mengajarkan kita kepada pengharapan yang lebih bijaksana. Kita diajakarkan oleh Nabi dan Rasul kita, Muhammad saw, untuk bersabar hingga kematian menjelang. Kalau memang sudah sangat terpaksa sekali, sebaiknya kita berdoa kepada Allah, zat yang memberikan kita kehidpan dan kematian. 

Bertahan dengan keadaan dalam kesabaran sudah semestinya kita lakukan. Meski fitnah datang, tetapi jika kita benar, Insya Allah, fitnah itu akan berbalik kepada orang yang melontarkan fitnah, naudzubillah min dzalik. Belajar kesabaran dari Rasulullah, begitu banyak tantangan yang beliau hadapi. Baik dari penguasa, ancaraman penguasa, ancaman pejabat, juga syahwat para pemimpin. 

Tetapi, beliau mampu memalingkan semuanya hanya berharap kepada Allah SWT. Sabar untuknya merupakan tameng, baju, sahabat, sekaligus sekutu baginya. Patutlah kita camkan ayat Al-Qu'ran dari Surat Thaahaa (20): 130 yang artinya, 

"Setiap kali perkataan musuhnya menggelisahkannya, beliau berdzikir: "Maka bersabarlah kamu terhadap yang mereka lakukan..."

Ya Allah, zat yang memberikan hidup dan mati, sabarkan diriku seperti sabarnya Rasulullah saw. Amiin. 
Bertahan dalam kesabaran, lantas berusaha mendapatkan yang terbaik menurut Allah SWT, perlu kita lakukan. Semoga, Allah mengabulkan doa-doa orang-orang yang teraniaya, amin amin amin ya rabbal alamin.





    Setiap kali perkataan musuhnya menggelisahkannya, beliau berdzikir :"maka bersabarlah kamu atas apa yang mereka katakan..." ( QS. Thaahaa [20] : 130 ).


Thursday, October 11, 2012

MENGAYAKAN PEMILIK atau MEMISKINKAN KARYAWAN?

Owwh..huufffttt... bener-bener deh, kalo jadi pekerja buku (bukan keluhan nih yah), kayak kulit pisang molen, giling atas, giling bawah, giles atas, giles bawah... lama-lama tipis, hihihi...

Mesti sadar betul yah, kalo gawe di penerbitan itu "angka"-nya ga bisa tembus sampe tujuh or delapan digit. Jadi, kalo yang baru keluar dari "oven" siap-siap nerima uang bulanan "sedikit" di atas UMR.  Hahaah...Soalnya penerbit bukan kayak perusahaan swasta lainnya atau BUMN gitu.

Terus, kalo di penerbit, peluang itu ada di bagian redaksi alias  bahasa. Mau bahasa Inggris kek, bahasa Jepang kek, atau bahasa Tarzan sekalipun. Ceritanya ke mana-mana baliknya tetep kemampuan bahasa kita yang ditengok. Itu jadi The main point.Nah, dari sekarng toh nyiapin diri untuk lebih mencintai dunia tulis menulis alias belajar nulis, cinta sama buku,  banyak baca.

Biar bukunya enak dibaca, sudah tentu kerjaannya penata letak alias layouter yang nyusunin biar bukunya oke punya. Kalo bukunya sudah bagus, tapi tatanannya acak kadul, orang juga ogah ngebacanya.

Lingkaran setan di penerbitan itu adalah ini: Redaksi--Produksi--Distribusi. Jantungnya di Redaksi. Semua-muanya di Redaksi. Sampe jadi "kambing hitam" pun redaksi. Redaksi kudu mati-matian nyari naskah yang oke punya. Trus diajuin ke pemilik atawa sidang redaksi. Di sidang naskah oke, sampe owner dibalikin lagi... maboooooooook!!! Nyari lagi... ga terbit-terbit deh bukunya. Alesannya   pemilik buku ga bagus, sotoy!! Emangnya dibaca apa naskah yang disodori?? Paling-paling dijadiin bantal. Pengen punya penerbit tapi ogah-ogahan, asal nempel punya nama. Capeeek deh... (eeh, kok malah ngelantur). Oya, kalo dari redaksi ga ada yang dihasilin, marketingnya ga jualan. Enaak doonk, tidur puleeess.!!! hihihi. Yah, palingan penerbitnya "dehidrasi dan kurang gizi". Ujung-ujungnya, modiaaarrr alias tewas!


Tugas utama redaksi itu cari naskah, rajin-rajinlah berburu, browsing di internet, termasuk tobuk konvensional. Banyak peluang buku yang bisa dialihbahasakan, seperti buku berbahasa Arab, Inggris, atau juga Jepang ke bahasa Indonesia. Bisa juga sih maen ke kedutaan "bergaul' dan akrab2 ria sama kedutaan asing di Indonesia. Kulik deh perpustakaannya, biasanya sih mereka sering buka perpustakaan dengan menampilkan buku-buku baru yang akhirnya, "gue harus bilang waaaaawww". Perpustakaan yang mereka buka itu sebagai salah satu bentuk pengenalan budaya ke masyarakat Indonesia.

Kalo memang bener-bener tertarik nyemplung ke penerbitan, rajin aja ngesot ke pameran buku ato kalo modalnya kuat, ikut mamerin buku-buku yang kita punya. Bisa juga cari dan berkenalan sama orang-orang yang dapat ngarahin kita ke portal  atau link penerbitan. Terus, kita pelajari aja tuh kenapa sebuah penerbit bisa jadi gede, sedang yang lain "mandek".

Jadi pegawe di penerbit siap stress coy! Soalnya, permainan bisnis dan profit perusahaan bergantung sama jadwal terbit buku. Kalo tepat waktu yah oke. Lah kalo kagak?? Rasain deh. Tapi, ada juga sih yang menghambat terbit buku, dari pemiliknya sendiri. Entah maunya gimana, bolak-balik ga ada yang sreg sama buku yang mau diterbitin. Artinya sih mau-maunya dia. Lah kacawww kalobegitu. Apa si redaksinya yang kagak bisa nerjemahin kalimat si bossnya.


Yah, dari sekarang kudu berani nentuin sikap, berubah jadi batman atau powe ranger...hahaha. Kalo ga begitu, bakalan ketindas-tindas... soalnya ga mampu berinovasi, apalagi ngambil keputusan make hati nurani. Tapiiiiiiiiiiii... (panjang nih tapinya), ada juga yang sengaja "ngegantungin" penerbitan. Kayaknya itu cari kambing hitam deeh. Yaah sulit deh, karyawannya mau majuin, bossnya mundurin, ujung-ujungnya yang disalahin redaksinya. Dibilang ga bergeraklah, melempemlah, ga produktiflah, atau ada perkataan lain, "Makan Gaji Buta", ga ada kerjaan.. yang sakit hatinya lagi, kalo sampe urusan dalam negeri kita-kita dibawa-bawa. Berabe kaaan?? Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Sok... buruan ambil keputusan. Insya Allah ada jalan deh! Amiiin.

RENUNGAN


"Jadilah orang yang gembira. Jangan
memikirkan kegagalan hari ini, tapi
pikirkan sukses yang mungkin datang
di hari esok. Anda bisa jadi
mendapatkan tugas yang sulit, tapi
Anda akan sukses jika tekun dan
gigih, dan merasakan kesenangan dalam
mengatasi hambatan. Ingatlah, tidak
ada hal yang sia-sia untuk meraih
sesuatu yang indah" - Helen Keller

"Siapapun yang bergosip padamu, akan
bergosip tentang dirimu"- Pepatah Spanyol

 "Aku peringatkan kalian terhadap kata
'nanti', karena kata ini telah banyak
menjebak para pelaku untuk terhalang
dari kebaikan dan menunda-nunda
proses perbaikan diri" – Ulama

"Kesuksesan hidup tidak ada
hubungannya dengan apa yang Anda
dapatkan atau raih demi diri sendiri.
Kesuksesan hidup berhubungan dengan
apa yang Anda lakukan pada sesama
(untuk orang lain)" - Danny Thomas

"Kebenaran dasar tentang kehidupan
adalah bahwa setiap orang selalu
mendekat pada mereka yang
meningkatkan mereka, dan menjauh dari
siapapun yang merendahkan mereka" 
- John C. Maxwell

"Terus memendam amarah sama seperti
menggenggam bara panas untuk
dilontarkan kepada seseorang, Andalah
yang akan terbakar"-  Sidharta Gautama

SUKSES VERSUS GAGAL

Aku tahu kunci menuju sukses
Tapi kunci menuju gagal adalah: berusaha memuaskan semua orang
-----Bill Cosby-----

Benar, setiap orang dikaruniai insting atau intuisi, kira-kira apa yang bakal terjadi (bukan bermaksud mendahului takdir illahi). Biasa disebut sebagai indera keenam. Nah, sebagian manusia punya indera tersebut. Tetapi, tidak semuanya dapat digunakan secara jitu. Indera keenam tersebut perlu dilatih dan diasah agar dapat berdaya guna, terutama untuk diri sendiri, syukur-syukur bisa diaplikasi ke orang lain.

Dari situ muncul ilmu-ilmu yang bernama "ramalan", "tarot" (ramalan kartu), metafisika, dan sejenisnya. Perkembangan ilmu-ilmu tersebut dewasa ini semakin pesat. Banyak faktor yang memengaruhinya, antara lain: keinginan melihat kondisi diri di masa datang, rezeki, jodoh, rumah tangga, dan sebagainya. Entah bagaimana cara mengolah hal itu, hanya diri yang bersangkutan yang tahu.

Pun kesuksesan seseorang dapat dilihat dari " ilmu ramalan" yang berkembang. Memang sih, terkadang sering disalahgunakan. Ujung-ujungnya jadi musyrik. Tetapi, kita bicara lain di luar musyrik. Sukses dan gagalnya seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri. Mau berusaha dengan giat, Insya Allah sukses menghampiri. Bermalas-malasan duduk di kursi goyang, alamat gagal bakal datang.

Ketekunan seseorang pun menjadi kunci sukses menggapai harapan. Kemalasan jadi bumerang gagal menggapi kesuksesan. Semua  kembali kepada diri masing-masing. Sekaya apapun seseorang, tetapi jika dia tidak dapat me-maintance kekayaannya itu, alamat kebangkrutan menghampiri. Sadar akan kemiskinan, berusaha untuk mendapatkan yang diinginkan dengan bekerja keras, insya Allah, akan terasa pada waktunya.

Barengi dengan D.U.I.T ( baca Doa, Usaha, Ikhtiar, dan Takwa). Mencontoh dari kemiskinan seseorang. Dengan kemauan dan tekad kuat, dia dapat menghidupi banyak orang. Berperilaku santun dan rendah hati. Menjadi pemimpin sejati yang dinanti-nanti karyawan dan karyawati. Pemimpin sukses itu masih "nongkrong" di dunia pertelevisian Indonesia.

Gagal pun dapat diseting. Sangat mudah membuat diri gagal dalam segala hal. Contoh mudah, letakkan telur dengan sedikit benturan di atas meja besi, tentunya akan retak atau malah pecah. Berarti, Anda gagal meletakkan telur secara hati-hati. Tidak hati-hati + malas = G.A.G.A.L.

Tapi, tak salah memang, manfaatkan jatah gagal sedini mungkin untuk meraih sukses besar di masa datang.
Terapkan dalam diri, tidak mau pernah gagal, semoga Allah SWT memberkahi setiap gerak langkah kita menuju kesuksesan, amin, amin, amin ya rabbal alamin.

Wednesday, October 10, 2012

INDAH PADA WAKTUNYA

Memang sih, kalo dipikir-pikir tanpa nalar seperti mimpi. Selama ini, tak terbayangkan bisa menggapai sedikit demi sedikit apa yang dicita-citakan. Let it flow aja. Gak pernah ngebayangin  dapat hidup dalam ikatan perkawinan yang damai, tenang, adem ayem.

Dulu, emak bilang, "Win, kalo kau nanti mau kawin, mak hanya bisa mendoakan, semoga kau dapat wanita saleha dan mengerti keluarga".

Aiih, ucapan emak itu topcer monceeerr... alhasil, didenger sama Allah SWT, dapetlah anak yang bernama Win ini wanita saleha dan mengerti keluarga. Sayangnya, si emak yang punya anak Win ga bisa hadir karena masih terhalang sakit.  Mak selalu berdoa di sela-sela tidur di atas dipan kayu tuanya.

Selang beberapa bulan, sang istri mengandung, si emak masih sakit-sakitan. Tapi, saat Win menelepon si Emak, Emak begitu semangat menyambut. Obrolan panjang pun sanggup Emak jabanin... mungkin saking senengnya karena anak kandung yang menelepon.

Tapi, kondisi Emak ga bertahan lama. Lama kelamaan Mak drop, koma. Diagnosis dokter hipoglikemia... Waktu itu, si Bapak ga kepikiran bawa Emak ke rumah sakit. Dipikir Bapak, emak bisa pulih dalam waktu 2-3 hari. Tapi, kondisi berkata lain. Emak makin lemah dan tak berdaya.

Akhirnya, keputusan jatuh, Emak harus dibawa ke rumah sakit. Ohhh... sempat beradu urat leher antara anak-anak Emak dengan petugas kesehatan. Mak masuk IGD pukul 10 pagi, baru dapet kamar pukul 2.30 sore... itu pun di bangsal yang isinya sampe 8 orang. Tiga hari di bangsal, akhirnya mak pindah ke ICU. Di ICU itulah semua terjadi. Emak cuma bertahan 2 hari... Emak terlalu baik, Allah SWT tak ingin melihat Emak terus menerus menanggung sakit... sampailah waktu yang paling "indah" itu dalam hidup Emak... Oh Emak... kau Tuhan dalam hidup nyata anak-anakmu di dunia.

BADAK YANG ANGKUH


Di pedalaman hutan Ujung Kulon ada seekor badak yang memiliki tubuh tambun. Badak itu memiliki cula yang sangat tajam. Kaki-kakinya besar dan sangat kuat. Di hutan itu, dia terpilih menjadi raja hutan.
Badak sangat ditakuti oleh hewan-hewan lain penghuni hutan itu. Tidak ada seekor hewan pun yang berani dan sanggup menentangnya. Serigala sekalipun tidak berani mengajak berkelahi. Bahkan, Harimau dan Singa yang terkenal buas pun tidak sanggup menghadapinya. Tak heran, itu karena kekuatan badak yang sangat luar biasa besarnya. Selain itu, belum ada hewan yang mengalahkan dirinya. Oleh karena itu, badak didaulat menjadi Raja Badak. Akan tetapi, angkuhnya minta ampun.

Ketika Raja Badak sedang berjalan-jalan melewati kumpulan para hewan, cukup keras Raja Badak berkata, “Hei, siapa yang berani dan siap bertanding melawanku?”
Para hewan yang mendengar lantang ucapan Raja Badak, semuanya terdiam. Semua menundukkan kepala dan ketakutan. Tak ada satupun yang berani mengeluarkan suara, meski hanya berbisik. Bergaya yang sangat angkuh, Raja Badak mempertunjukkan kekuatannya kepada para hewan yang ada di hutan itu dengan cara mencokel akar pohon kelapa melalui culanya. Akhirnya, pohon kelapa itu roboh. Begitu pula dengan pohon jambu yang tepat berada di depannya, juga tumbang. Rantingnya patah mematah, dan daunnya berguguran. Rumput-rumput dan ilalang pun disibakkan, sehingga akar-akarnya ikut tercabut. Tanah-tanah yang menempel di akar rerumputan dan ilalang pun berhamburan tak tentu arah. Raja Badak merasa di atas angin seolah tak ada yang benar-benar sanggup melawan dirinya.

Ketika suasana dalam keadaan tegang, tiba-tiba datang seekor kera. Raja Badak lantas berkata, “Hai hewan pohon berbuntut, dari mana kau?”
“Kenapa Raja Badak? Aku sedang berjalan-jalan menikmati indahnya pemandangan dan udara segar di hutan ini”, jawab Kera.

“Kenapa jalan sendirian dan tidak bersamaku?” tanya Raja Badak lagi.
“Berjalan sendirian lebih asyik, Raja Badak terlalu percaya diri, mengapa engkau harus ikut bersamaku!” jawab Kera sambil tersenyum.
Raja Badak sepertinya tersinggung mendengar ucapan Kera. Dia tak mengira jika hewan berbuntut itu berani berkata seperti itu. Seolah-olah telah memandang enteng dirinya. Selama ini, hewan-hewan penghuni hutan Ujung Kulon sangat takut kepadanya.

“Apa kau bilang?” kata Raja Badak bernada emosi.
“Apa engkau belum tahu kalau aku ini raja hutan yang sangat disegani dan ditakuti hewan-hewan penghuni hutan di sini. Begitu beraninya dirimu bicara tidak sopan? Engkau tidak takut kepadaku?”
“Aku tidak takut”, sela Kera. “Aku tidak akan pernah takut kepada hewan yang angkuh sepertimu, hei Raja Badak”. Sebenarnya, kekuatanmu tidak luar biasa, sama seperti hewan-hewan lain penghuni hutan ini!”
Perkataan Kera membuat Raja Badak semakin emosi. Kemarahan Raja Badak tak dapat ditahan-tahan lagi. “Benar-benar makhluk berbuntut tak waras!” Saatnya sekarang aku ingin menikmati isi kepalamu yang gurih itu!” kata Raja Badak dengan raut wajah merah padam.
“Ohh… baik jika engkau menginginkan isi kepalaku. Tetapi, terlebih dahulu Raja Badak harus dapat mengalahkanku dalam perlombaan esok hari di dalam hutan ini”, kata Kera berbuntut panjang menantang Raja Badak.

“Esok kita akan berlomba untuk mencari siapa yang paling kuat antara aku dan engkau. Jika engkau keluar sebagai pemenang, silakan ambil isi kepalaku dan cabik-cabik badanku dengan cula tajammu. Akan tetapi, jika aku  keluar sebagai pemenang, maka engkau harus tunduk dan patuh terhadap setiap perintahku dan mengakui bahwa akulah makhluk di hutan ini yang paling jago”, ucap Kera berbuntut sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

“Owh, boleh juga usulmu itu hei Kera berbuntut, teriak Raja Badak seolah menyetujui tantangan dari Kera.
Lantas, hewan-hewan penghuni di Hutan Ujung Kulon itu pulang ke tempat masing-masing. Seluruh penghuni hutan akan kembali esok pagi untuk melihat perlombaan antara Raja Badak dan Kera berbuntut.
Akankah Kera akan bertindak bodoh? Tentu tidak. Kera berani menantang Raja Badak sebab dia sudah punya ide untuk mengalahkan Raja Badak itu. Beberap waktu lalu, Kera membuat patung yang menyerupai dirinya. Patung itu dibuat dari kayu besi yang terkenal sangat keras dan kuat. Patung itu bukan patung sembarangan. Karena, patung itu dapat bergerak seperti layaknya Kera sungguhan. Oleh karena itu, jika digerakkan seolah-olah patung itu hidup. Kera beristirahat untuk mempersiapkan tenaga esok pagi sebelum perlombaan. Dia juga membuat patung itu benar-benar mirip dengan dirinya.

Pagi mulai menjelang, seluruh hewan penghuni hutan berkumpul di tempat yang sudah ditentukan itu. Mereka ingin melihat perlombaan seru dan sangat jarang itu. Gemuruh suara sangat ramai ketika Raja Badak muncul di hutan itu lebih awal. Selang beberapa menit diikuti oleh Kera berbuntut, gemuruh suarah pun kembali menggema di seantero hutan itu. Para penghuni hutan melihat situasi semakin seru dan panas.
“HIduuup Raja Badak!” Hidup Kera! Teriak penghuni hutan Ujung  Kulon penuh semangat.
Sang Bangau pun memberi komando, pertandingan segera dimulai. Raja Badak langsung mendengus dan mengejar Kera dengan culanya yang tajam. Sang Kera tetap tenang, malah menyambut serangan Raja Badak.

Awalnya, Kera tersudut dan terjatuh di tanah karena kaitan cula Raja Badak.  Akan tetapi, dia berdiri lagi menantang Raja Badak. Sementara itu, Raja Badak merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan di culanya. Dia tidak mengira kalau tubuh Kera begitu kuat dan keras.
Saking geram dan penasaran, Raja Badak mengaitkan lagi culanya ke tubuh Kera. Kera terhempas lagi ke tanah, tetapi cepat berdiri dan mengajaknya berkelahi lagi. Terus-menerus Raja Badak mengaitkan culanya, sehingga membuat cula itu lama kelamaan kerkikis, menipis, lecet-lecet, dan patah. Sedang Kera tetap tenang dan bangkit menantang Raja Badak.

Raja Badak merasakan sakit yang teramat sangat karena culanya patah. Akhirnya, dia tidak mampu lagi meneruskan perlombaan itu. Akhirnya, sang Kera ditetapkan sebagai pemenang. Raja Badak harus siap mengakui kekalahannya dari Kera, dan mengakui pula jika Kera lebih pintar dari dirinya. ––Jun Joe—

SESAL KEMUDIAN TAK BERGUNA



Di dalam sebuah hutan, hiduplah sepasang Rubah. Rubah itu memiliki seorang anak laki-laki. Mereka hidup bahagia dan dalam kedamaian. Rubah itu selalu mengajak anak laki-laki satu-satunya bercanda dan bersenda gurau. Saat malam, mereka sering bernyanyi dengan suara lantang. Akibatnya, penunggu hutan yang lainnya, merasa terusik.

Lion sebagai raja hutan, tidak tahan mendengar suara berisik dari keluarga Rubah tersebut. Raja hutan ribut dan mengamuk. Sepasang Rubah itu pun diserangnya secara membabi buta. Bapak Rubah melawan dengan sekuat tenaga. Saat masih berkelahi, Pak Rubah meminta kepada anaknya yang masih kecil untuk berlari menyelamatkan diri.

Begitu takutnya Rubah kecil itu. Dengan perasaan takut yang masih menyelimut, Rubah kecil berlari sekuat tenaga. Sementara, ayah dan ibunya masih berkelahi sekuat tenaga melawan Raja Hutan yang bengis. Meskipun begitu, tetap saja kedua Rubah itu tidak mampu menghadapi Raja Hutan, mereka akhirnya tewas mengenaskan di tangan Raja Hutan. Sementara, Raja Hutan mengalami luka cukup parah.
Rubah kecil terus berlari hingga tenaganya habis. Di tengah jalan sang Rubah kecil jatuh pingsan. Kakinya luka-luka terkena duri dari dalam hutan. Ketika itu, lewatlah sepasang kerbau hutan. Mereka begitu iba melihat anak Rubah kecil itu kelelahan dan kaki luka terkena duri. Akhirnya, sepasang kerbau hutan itu menolong anak Rubah.

“Ibu, ayo kita tolong dan bawa pulang anak Rubah kecil malang itu”, kata Bapak Kerbau.
“Iya Pak, kelihatannya dia tidak jahat!” jawab Ibu Kerbau.
Anak Rubah kecil itu dibawa pulang dan diasuh dengan penuh suka cita oleh sepasang Kerbau hutan hingga sembuh. Memang, kebetulan sekali, keluarga Kerbau belum memiliki anak. Akhirnya, keluarga Kerbau mengangkat anak Rubah itu menjadi anak mereka.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Rubah kecil yang malang itu, sekarang tumbuh menjadi dewasa dan berbadan kekar. Dia juga sangat rajin membantu kedua orang tuanya, meski itu orang tua angkat. Oleh karena itu, keluarga Kerbau Hutan begitu mencintai dan menyayanginya.
Hidup dalam kedamaian dan ketenangan selama bertahun-tahun, tanpa disangka, induk kerbau melahirkan anak kerbau kecil yang sehat dan cerdas. Begitu senangnya keluarga kerbau hutan, termasuk juga Rubah. Mereka begitu bergembira akan kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga itu.
Beberap bulan sudah berlalu, Ibu Kerbau harus membantu sang suami berladang. Mereka menanam padi di sawah. Ketika itu, Ibu dan Bapak kerbau menitipkan anaknya yang masih kecil kepada Rubah. Rubah pun dengan setia menunggui adik angkatnya itu dengan riang gembira.
Begitu setianya sang Rubah menunggui adik angkatnya. Jangankan hewan-hewan ganas yang akan mengganggu, nyamuk dan hewan kecil lainnya dia halau. Oleh karenanya, bayi kerbau itu dapat beristirahat dengan tenang dan tidur nyenyak.

Menjelang siang, Induk dan Bapak Kerbau pulang dari ladangnya. Akan tetapi, keduanya sangat kaget dan terkejut melihat dari kejauhan anak angkat mereka berlari kencang bersimbah keringat.
“Paaaak, bapaaak! Ibuuuuuu! Cepaat pulang!” teriak Rubah sekencang-kencangnya.
“Apa yang terjadi” tanya Induk Kerbau dengan tatapan curiga saat melihat begitu banyak darah di moncong dan hidung Rubah.

“Ada apa engkau berlari-lari ke ladang? Bukankah kami memintamu menunggui adik di rumah?”. Jangan-jangan… Oh! Apakah engkau melahap adikmu sendiri?”
“Kurang ajar!”
“Tid… tidak Pak, bu…!”
“Pak, mulutnya banyak darah, jangan-jangan anak kita sudah dimakannya. Hajar saja dia Pak. Benar-benar anak Rubah tidak tahu balas budi!” kata Induk Kerbau.

Tanpa menungu dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi, Bapak Kerbau memukul dan menghajar anak Rubah dengan kayu balok, sehingga anak Rubah itu jatuh pingsan dan terkapar di tanah. Begitu amarahnya Bapak Kerbau, anak Rubah itu dilempar ke dalam sungai yang mengalir deras.
“Pak, cepat lihat bayi kita!” Induk Kerbau meminta suaminya untuk segera melihat anak mereka.
Mereka tergesa-gesa berlari menuju rumah.

Apa yang ditemukan Induk dan Bapak Kerbau itu? Ternyata bayi mereka masih tidur dengan nyenyaknya. Anak mereka selamat dan tidak kurang apapun juga. Di dekat anak Kerbau itu terlihat bangkai Ular Piton yang sangat besar dengan kepala hampir remuk dan badan tercabik-cabik.
“Oh Tuhan,…jadi, Rubah itu telah menyelamatkan anak kita dari lilitan Ular Piton yang besar ini”, kata Induk Kerbau.

“Oooh Bu… bu… kita telah bertindak tanpa berpikir dan bertanya terlebih dahulu kepada Rubah”, ucap Bapak Kerbau kepada istrinya dengan raut wajah menyesal. Mereka berdua segera berlari menyusuri aliran sungai ketika anak Rubah itu mereka lemparkan. Akan tetapi, usaha mereka sia-sia. Rubah yang malang itu tidak dapat ditemukan lagi. Apakah sudah mati tenggelam atau hanyut dibawa aliran sungai yang deras itu. Tidak ada yang tahu. –Jun Joe