Biarkan dia bebas bermain [Foto: Dok Pri] |
Tak ada salahnya ketika orang tua memberikan pengajaran
pada anak balitanya atau anak prasekolahnya tentang banyak hal. Terpenting,
hal-hal tersebut masih dalam batas koridor usianya. Kesalahpahaman yang timbul dari
cara berpikir orang tua, bahwa “Belum saatnya anak diberi pengetahuan bla bla
bla.” Tidak seperti itu untuk saya.
Nilai-nilai pemahaman itulah yang seharusnya diberikan ke
anak-anak kita. Nilai-nilai tersebut mesti dikembangkan, apalagi di golden age-nya.
Hal itu tak lain agar nilai-nilai kebaikan itu tetap dikenang dan dilaksanakan
hingga dewasa menjelang.
Untuk saya sebagai orang tua, nilai-nilai ini begitu
penting ditanamkan. Inilah nilai-nilai yang selalu saya berikan untuk kedua
anak saya tersebut.
Pertama:
Kejujuran
Orang tua perlu membantu menemukan bagaimana cara anak-anak saya menemukan jalan kebenaran. Cara-cara yang baik agar mereka bertindak benar adalah nilai kejujuran. Cara terbaik mendorong kejujuran anak ya menjadi orang yang jujur, terutama bapak dan ibunya ketika berkata kepada anak-anaknya.
Orang tua perlu membantu menemukan bagaimana cara anak-anak saya menemukan jalan kebenaran. Cara-cara yang baik agar mereka bertindak benar adalah nilai kejujuran. Cara terbaik mendorong kejujuran anak ya menjadi orang yang jujur, terutama bapak dan ibunya ketika berkata kepada anak-anaknya.
Anak-anak kita itu mengambil contoh dari kedua orang
tuanya. Oleh karena itu, sangat penting bagi saya untuk menghindari tipu-tipu
atau muslihat, meski terlihat tidak berbahaya sekalipun. Contohnya, “Jangan
kasih tahu ibu, kalau bapak baru dapat hadiah.”
Biarkan saja anak-anak mendengar orang tuanya secara
jujur, bahkan perkataan jujur dari orang-orang tua lainnya. Anak saya yang
sulung, ketika saya akan keluar acara selalu bertanya, “Bapak pulang pukul
berapa?” Saya akan jawab sesuai dengan jadwal yang sudah diberitahukan.
Selanjutnya saya akan bilang, “Semoga, bapak bisa pulang lebih cepat ya.”
Secara otomatis anak saya akan bilang, “Baik pak, bapak
hati-hati yaa.” Di sinilah kejujuran perkataan itu sangat diperlukan. Hasilnya,
kita akan lihat sendiri reaksi mereka.
Cara lain untuk tetap agar anak-anak saya selalu jujur
adalah, saya tidak akan bereaksi berlebihan jika anak saya berbohong kepada
orang tuanya. Sebagai gantinya, saya dan istri akan membantu dia menemukan cara
bagaimana mengatakan yang sesungguhnya.
Ketika saya turun ke dapur dan melihat anak sulung saya
menumpahkan sabun cuci piring, saya tahu yang terjadi sebenarnya. Dia berusaha
untuk mencuci beberapa gelas dan piring kotor yang ada di sink. Ketika
mengambil sabun cair cuci piring dalam wadah terbuka, tersenggol tangannya dan
tumpah. Saya hanya minta penjelasan saja, bagaimana kok bisa tumpah.
Saya tidak akan marah, saya biarkan dia bercerita apa yang terjadi sesungguhnya. Setelahnya saya luruskan. Memang, bersikap jujur itu tidak selalu mudah dan nyaman. Saya dan mungkin orang tua lainnya selalu merasa lebih baik jika mengatakan yang sebenarnya.
Kedua: Keadilan
Saya tidak akan marah, saya biarkan dia bercerita apa yang terjadi sesungguhnya. Setelahnya saya luruskan. Memang, bersikap jujur itu tidak selalu mudah dan nyaman. Saya dan mungkin orang tua lainnya selalu merasa lebih baik jika mengatakan yang sebenarnya.
Kedua: Keadilan
Meminta agar anak-anak mengakui kesalahan. Kalau dalam
acara keluarga, apalagi yang bawa anak, ada saja tingkah pola anak-anak
tersebut. Liburan beberapa waktu lalu saya dan anak saya pulang menjenguk
kakeknya. Sepupu yang lainnya pun datang. Salah satu sepupunya anak saya senang
berlari-lari. Oleh karenanya anak saya juga ikut-ikutan berlari.
Tiba-tiba, sepupunya memukul anak saya dan menangis. Saya
melihat kejadian tersebut dan meminta sepupunya untuk meminta maaf. Dengan
bahasa yang lemah lembut, sepupunya pun nurut. Nah, reaksi inilah yang
mempengaruhi psikologis anak. Ketika mereka ribut, jangan pernah membentak
salah satunya.
Hal ini saya lakukan agar anak saya dan sepupunya bisa mengungkapkan perasaan masing-masing untuk tidak ribut dan akur kembali. Untuk membantu anak-anak menginternalisasi rasa keadilan sejati, saya perlu medorong mereka untuk bertindak memperbaiki kesalahan.
Misalnya, saya mungkin akan bilang ke Arya agar tidak memukul Cheo, atau Arya datang ke Cheo dengan membawa beberapa potong makanan sebagai isyarat permintaan maafnya.
Mengatakan “Saya minta maaf” cukup mudah untuk seorang anak dan hal ini membuat mereka bisa lolos tanpa harus memaksa mereka untuk berpikir keras. Punya anak yang bisa menebus kesalahan secara proaktif itu jauh lebih kuat dan baik.
Kalau kita sadar bahwa anak-anak kita telah bertindak jelek terhadap orang, kita perlu membantu mereka untuk berpikir bagaimana cara memberi kompensasi. Mungkin sepupunya bisa memberikan sepotong makanannya untuk sepupunya yang dipukul.
Hal ini saya lakukan agar anak saya dan sepupunya bisa mengungkapkan perasaan masing-masing untuk tidak ribut dan akur kembali. Untuk membantu anak-anak menginternalisasi rasa keadilan sejati, saya perlu medorong mereka untuk bertindak memperbaiki kesalahan.
Misalnya, saya mungkin akan bilang ke Arya agar tidak memukul Cheo, atau Arya datang ke Cheo dengan membawa beberapa potong makanan sebagai isyarat permintaan maafnya.
Mengatakan “Saya minta maaf” cukup mudah untuk seorang anak dan hal ini membuat mereka bisa lolos tanpa harus memaksa mereka untuk berpikir keras. Punya anak yang bisa menebus kesalahan secara proaktif itu jauh lebih kuat dan baik.
Kalau kita sadar bahwa anak-anak kita telah bertindak jelek terhadap orang, kita perlu membantu mereka untuk berpikir bagaimana cara memberi kompensasi. Mungkin sepupunya bisa memberikan sepotong makanannya untuk sepupunya yang dipukul.
Bisa juga menarik mobil-mobilan bersama-sama. Dengan
mendorong anak kita seperti ini, orang tua telah memperlakukan secara adil
sepupu dan anak kita sendiri. Kita juga telah membantunya bernegosiasi hubungan
yang kelihatannya cukup sulit.
Tumbuhkan rasa keadilan untuk keduanya [Foto: Dok Pri] |
Ketiga: Penentuan (Determinasi)
Mendorong mereka untuk mengambil dan melakukan tantangan. Ketika anak saya naik ke atas lemari dan mengambil beberapa bingkai foto, kemudian dia turun dan memperlihatkan kepada saya, bahwa di bingkai itu merupakan fotonya, saya tersenyum dan memujinya.
Kemudian, dia menyusun mainan legonya dan membentuk semacam hewan secara cepat, saya berikan dukungan dan pujian seperlunya. Ya. Penentuan ini menjadi semacam nilai yang bisa mendorong mereka untuk melakukan tantangan secara baik, jujur, dan bertanggung jawab.
Di usianya yang masih sangat muda inilah dorongan itu
diperlukan untuk menumbuhkan kemampuan motoriknya. Saya juga menghindari
memberi pujian yang berlebihan. Memberikan umpan balik yang jujur kepadanya
dengan cara lemah lembut dan mendukung,
itu yang saya terapkan.
Cara lain yang ampuh untuk saya, membantu anak
mengembangkan tekadnya adalah mendorong mereka melakukan hal-hal yang tidak
mudah dilakukan dan memujinya karena ada inisiatif. Kalau anak saya pemalu,
saya akan ajak dan mendorong dia untuk mendekati anak-anak di tempat bermain.
Dalam kegugupan dan ketakutannya itu, dorongan kita diperlukan untuk
menumbuhkan tekad dia agar dapat berbaur dengan teman-teman sebayanya.
Nah, saya juga akan memberikan ucapan selamat kepada anak saya yang sudah
melakukan hal sulit atas kerja kerasnya. Saya akan bilang, “Bagus, hebat, meski
bapak tahu itu sulit untuk Abang.” Dukungan pengakuan dari kita akan menjadi
tekad mereka untuk terus mau mencoba, hal tersulit sekalipun.
Keempat:
Pertimbangan
Ajarkan mereka untuk memahami perasaan orang lain.
Mungkin hal ini pernah dialami orang tua manapun ketika mengajak anaknya
berbelanja. Kalau diajak berbelanja, Si Sulung selalu minta mainan. Kalau tidak
diberi dia akan merengek-rengek.
Akan tetapi, saya katakan padanya bahwa Abang perlu tahu
bagaimana cara belanja yang baik dan benar. Mainan di rumah masih banyak, tidak
perlu beli mainan lagi. Mainan di rumah masih bagus dan bisa dimainkan.
Penjelasan yang tidak membuat dia dan saya kesal.
Ketika diajak berbelanja kembali, dia sudah tidak meminta
mainan lagi. Memang perlu latihan. Seiring waktu kalimat-kalimat saya itu tadi
mampu membuat dia tersenyum dan merasa lebih baik.
Kelima:
Cinta
Jadilah dermawan dengan kasih sayang kita (orang tua).
Orang tua cenderung berpikir bahwa anak-anak itu secara alami mencintai dan
sangat murah hati dengan kasih sayang yang mereka punya. Memang benar, akan
tetapi kadang cinta dan kasih sayang mereka penuh dengan sentimen makanya
mereka perlu belajar peran timbal balik.
Mungkin, karena saking sibuknya setiap hari, orang tua
lupa dan tidak pernah mengucapkan, “Bapak-Ibu cinta dan sayang sama Cheo dan
Beryl.” Nah, hal-hal ini yang paling tidak didengar oleh anak-anak kita.
Saya dan istri membiarkan anak-anak menunjukkan cinta dan
kasih sayang kepada orang tuanya dengan caranya. Untuk menumbuhkan hal ini,
saya akan memeluk istri dan menciumnya ketika anak-anak berada di sekitar orang
tuanya.
Saya akan bicara kepada mereka bahwa Bapak dan Ibu begitu
mencintai dan menghargai kakek, nenek, om, tante, dan sepupu mereka. Jangan
pernah membiarkan satu hari berlalu tanpa mengungkapkan rasa sayang kita kepada
anak sendiri.
Tunjukkan cinta kita dengan cara-cara yang tak terduga.
Bisa saja saya membuat makanan dengan model hewan dalam kotak sarapannya. Saya
akan memperlihatkan cermin ke wajahnya saat anak saya menggaruk giginya. Saya
juga akan memeluk dia tanpa perlu memberi alasan. Jangan biarkan pagi yang
membuat panik dirinya dan rutinitas sore yang membuat hiruk pikuk justru
membuyarkan kasih sayang kita.
Secara praktis, saya jamin, semakin saya mengatakan,
“Bapak dan Ibu mencintai kalian,” semakin banyak pula anak-anak saya mengatakan
kepada kami orang tuanya, “Abang sama adek juga sayang dan cinta sama bapak dan
ibu,” kembali.
Semakin banyak pelukan dan ciuman yang saya berikan,
semakin banyak pula rumah saya dipenuhi cinta dan kasih sayang. Ketika
anak-anak merasa bebas mengungkapkan cinta dan sayang mereka kepada orang
tuanya, kita menanam nilai-nilai yang terbesar di dalam hidupnya.