Monday, April 30, 2018

Jelajah Gizi 2018 Kota Semarang: Kampoeng Kopi Banaran Surganya Pencinta Kopi


Jelajah Gizi  Semarang 2018: Kampoeng Kopi Banaran, menjadi salah satu surga pencinta kopi [Foto: Dok rasakopi.com]

Semua orang mungkin tahu tentang biji kopi yang dipanggang, tetapi apakah semua orang tahu tanaman kopi yang sebenarnya itu seperti  apa?

Untuk mendapatkan kopi yang berbuah lebat, pohon kopi perlu dipangkas. Hal itu untuk menghemat energi agar tidak menjalar ke daun dan cabang-cabang ranting.

Hal ini juga untuk membantu petani ketika memanen hasil. Nah, tanaman kopi dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai sembilan meter. Pohon kopi tertutup oleh daun yang berwarna hijau menyejukkan.

Daunnya saling berhadapan berpasangan. Bijinya tumbuh di sepanjang cabang. Karena tumbuhnya dalam satu siklus yang berkelanjutan, tak jarang sering terlihat bunga, buah yang hijau, dan matang ada secara bersama dalam satu pohon.
 
Jelajah Gizi  Semarang 2018: Peserta Jelajah tiba di Kampoeng Kopi Banaran, Semarang [Foto: Dok Pri]
Untuk mendapatkan buah kopi matang setelah bunga pertama, perlu waktu satu tahun. Sementara, perlu waktu lima tahun untuk mendapatkan produksi buah secara maksimal. Tanaman kopi dapat hidup hingga 100 tahun. Usia produktif ada di angka tujuh dan 20 tahun.

Kalau dilakukan perawatan secara tepat, tentunya akan dapat meningkatkan hasil produksi selama bertahun-tahun. Akan tetapi, tergantung varietasnya pula. Setiap pohon kopi dapat menghasilkan 10 kg lebih buah per tahun. Nah, kopi memang ditanam secara komersial dan berasal dari satu daerah di dunia bernama Coffe Belt (Sabuk Kopi).

Pohon kopi akan tumbuh sangat baik di tanah yang subur bersuhu ringan (23-25o), hujan sering, dan matahari cukup hangat. Kopi berasal dari genus tumbuhan Coffea. Ada sekitar 500 marga dan 6 ribu jenis.

Kampoeng Kopi Banaran
Jelajah Gizi Semarang 2018 yang saya ikuti kali ini singgah di salah satu perkebunan kopi peninggalan zaman Belanda yang hingga saat ini terawat dengan baik, yaitu Kampoeng Kopi Banaran. Kampoeng Kopi Banaran sebagai salah satu tempat wisata agro yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) dengan luas 400 hektar.
 
Jelajah Gizi Semarang 2018: Suasana pagi di Kampoeng Kopi Banaran, masih sepi. Ramai menjelang siang hari [Foto: Dok Pri]
Terletak di Areal Perkebunan Kopi Kebun Getas Afdeling Assinan di Jalan Raya Semarang-Solo Km 35. Berada di ketinggian 480---600 mdpl  bersuhu 23oC—27oC. Nah, perjalanan saya dan rekan-rekan Jelajah Gizi Semarang 2018  ke Kampoeng Kopi Banaran dimulai dari Semarang  sekitar 1 jam perjalanan menggunakan bus.

Tak lama berselang, mata saya dihadapkan pada kebun kopi yang hijau meraya. Mata kembali segar melihat hijaunya dedaunan. Setelah sempat mengambil beberapa foto di area depan, selanjutnya kami naik mobil wisata. Saya bersama rekan jelajah gizi Semarang lainnya diajak berkeliling dengan kendaraan wisata yang dipandu Pak Mardiono.
 
Jelajah Gizi  Semarang 2018: Buah kopi Robusta di Kampoeng Kopi Banaran [Foto: Dok Pri]


Jelajah Gizi Semarang 2018: Perkebunan Kopi di Kampoeng Kopi Banaran dengan luas 400 ha [Foto: Dok Pri]

“Luas perkebunan ini sekitar 400 hektar dari jenis kopi Robusta. Dipanen setahun sekali pada bulan Agustus. Lokasi pabriknya dari Banaran menuju ke arah Magelang. Kopi ini dikirim ke Italia dan Amerika,” tutur Pak Mardiono.

Pak Mardiono mengatakan bahwa  kebun kopi ini berada di ketinggian 50 mdpl. Udaranya pun cukup sejuk dan matahari yang menyinari hangat. Di beberapa titik terlihat plang papan nama yang berisi ulasan tentang kopi.

Dari ketinggian ini dapat terlihat hamparan danau Rawa Pening yang dikitari Gunung Telomoyo, Gadjah Mungkur, juga Merbabu. Kalau cuaca cerah, gunung-gunung tersebut dapat terlihat secara jelas.

Beruntunglah saya, mendapatkan cuaca cerah dengan sinar matahari cukup sehingga pemandangan indah dari atas kebun kopi tak terlewatkan begitu saja. Sempat mengabadikan momen indah ini dalam satu bingkai jepretan DSLR dan camera phone. 

Jelajah Gizi Semarang 2018: Pemandangan dari ketinggian 50 mdpl kebun kopi [Foto: Dok Pri]

Jelajah Gizi Semarang 2018: Pagi yang cerah di Kebun Kopi Kampoeng Kopi Banaran [Foto: Dok Pri]
Sembari melanjutkan perjalanan,  saya pun mengulik cerita dari pemandu wisata kami tersebut.
“Kopi-kopi ini dipanen oleh pekerja wanita. Kenapa wanita? Karena wanita lebih ulet dan telaten dalam memilih biji kopi yang sudah matang. Memang, tidak semua biji kopi matang merata dalam satu pohon. Bahkan terkadang ada yang masih berbunga,” jelas Pak Mardiono.  

Kebun kopi ini tidak sekadar kebun tetapi juga dibuat semacam “Kampoeng” untuk agro wisata dilengkapi dengan Café, yaitu Banaran Café.  Wisatawan yang datang dari berbagai pelosok Semarang dan luar Semarang. Bahkan, turis asing pun sering singgah di sini.

Banaran Café inilah yang akan terlihat ketika pertama kali kita masuk di Kampoeng Kopi Banaran. Ada beragam jenis racikan kopi sesuai keinginan konsumen. Seperti contohnya Robusta, Cappucino, Espresso, hingga Banana Coffee. Ternyata, kopi-kopi tersebut bisa disajikan baik dingin maupun panas lho. Tentunya juga ada minuman lain semacan teh dan cokelat.

Untuk dapat memasuki area ini ternyata tidaklah sulit. Agro Wisata Kampoeng Kopi Banaran dapat dikunjungi siapapun dengan membayar tiket masuk sebesar 5 ribu rupiah. Kalau ingin main dengan permainan yang disediakan, kita memang mesti membayar lagi sesuai tarif yang diberlakukan. 

Jelajah Gizi Semarang 2018: Betah berlama-lama di tengah kebun kopi [Foto: Dok Pri]


Jelajah Gizi Semarang 2018: Seduhan kopi Robusta dari Kampong Kopi Banaran [Foto: Dok https://rasakopi.com]
Permainannya pun bervariasi mulai dari outbond, ada juga flying fox, wood ball penalty, bahkan kolam renang pun disediakan. Buka mulai pukul tujuh pagi hingga sembilan malam.

Nah, mengulik sedikit tentang Kampoeng Kopi Banaran kenapa bisa hadir. Jadi, Kampoeng Kopi Banaran ini diilhami dari salah satu dusun yang berada di Kecamatan Jambu. Dusun Banaran sebagai salah satu dusun yang ada di Desa Gemawang, Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang tempat berdirinya pabrik olahan kopi.

Kopi-kopi merah (biji kopi dari kulit berwarna merah (green bean)) diolah sedemikian rupa untuk diekspor keluar negeri. Sementara itu, Kampoeng Kopi-nya sendiri  sebagai area perkebunan kopi yang ada di Desa Assinan,Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang.

Di Kampoeng Kopi Banaran ini sebagai tempat dengan keunikan yang dimiliki. Kebun kopinya terawat menjadi kebun kopi terbaik di tanah air bahkan di Asia untuk jenis Robusta.


Jelajah Gizi Semarang 2018: Biji kopi kualitas terbaik dari Kebun kopi di Kampoeng Kopi Banaran dikirik ke Italia dan Amerika [Foto: Dok Pri]
Mengulik Sejarah Kopi
Tidak ada yang tahu persis bagaimana dan kapan kopi ditemukan, meskipun banyak cerita atau legenda tentang asal-usulnya.

Goat Coffee (Kopi Kambing) yang ditanam hampir di seluruh dunia dapat menjadi satu cerita tentang hutan kopi purba di dataran tinggi Ethiopia. Dalam legenda itu  mengatakan, penggembala kambing bernama Kaldi, pertama kali menemukan kegunaan dari biji yang sangat disukai tersebut.

Cerita terus bergulir bahwa Kaldi menemukan kopi. Kambing-kambingnya yang mengonsumsi kopi tersebut sangat energik sehingga betah melek di malam hari. Kaldi pun menceritakan penemuannya itu pada kepala biarawan setempat.

Kepala Biarawan-Abbas-- lalu mencoba penemuan Kaldi dan memberikannya kepada biarawan yang lainnya. Alhasil, penemuan kopi ini mulai menyebar di seantero biara dan para biarawan mulai betah untuk tidak tidur di malam hari sambil melantunkan doa-doa. 

Video Kampoeng Kopi Banaran  


Biji kopi mulai berpindah ke arah timur hingga Semenanjung Arab. Penanaman dan perdagangan kopi dimulai di Semenanjung Arab. Di abad ke-15, kopi mulai ditanam di distrik Yaman, dan pada abad ke-16 semakin dikenal di Persia, Suriah, hingga Turki.

Menikmati kopi tidak hanya di rumah tetapi juga banyak tersedia di kedai-kedai kopi umum yang biasa disebut Qahveh Khaneh (untuk di Turki salah satunya). Popularitas kedai kopi mulai naik dan terkenal hingga orang-orang senang berkunjung dan melakukan kegiatan sosial di kedai kopi.

Tidak hanya sekadar minum kopi ketika mereka datang ke kedai kopi, tetapi mereka juga mendengarkan musik, nonton pertunjukkan, bermain catur, dan mengikuti pemberitaan televisi. Kedai Kopi atau Rumah Kopi menjadi pusat penting pertukaran informasi yang disebut School of the Wise

Video Kampoeng Kopi Banaran, tempat kopi Robusta dunia dihasilkan, Indonesia!

Nah, begitu pula di Indonesia, kopi bukan barang baru. Karena sejak zaman nenek moyang kopi di Indonesia telah melegenda. Pun di Indonesia banyak jenisnya dengan racikan beragam dan enak.

Jadi, sembari Jelajah Gizi di Kota Semarang 2018 ini, saya juga banyak beroleh insight baru mengenai Kampoeng Kopi Banaran itu sendiri. Bersyukurlah saya bisa menjadi bagian dari Jelajah Gizi Kota Semarang 2018 dari Nutricia Sarihusada (Nutrisi Bangsa).

Menurut Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, Pakar Gizi dan Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor, bahwa kopi menjadi salah satu minuman terenak di Indonesia dengan ragam varietasnya. Dan di sela-sela tanaman kopi juga kita dapat mengambil tanaman bermanfaat untuk pangan lokal sehari-hari. 

 
Jelajah Gizi Semarang 2018: Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS, PhD. Pakar Gizi dan Keamanan Pangan Institut Pertanian Bogor banyak memberikan wawasan mengenai pangan lokal berkelanjutan, termasuk kopi salah satunya di Jelajah Gizi Semarang 2018 ini [Foto: Dok Pri]
Kampoeng Kopi Banaran tak sekadar “Kampoeng”. Tetapi, banyak menyimpan pengetahuan dan kesejarahan panjang tentang kopi di Jawa. Di dalamnya pun terdapat penginapan kalau kita ingin stay beberapa lama dengan fasilitas yang cukup lengkap.

Kopi dan Kesehatan
Para peneliti seluruh dunia terus menghubungkan kopi dengan sifat sehat yang signifikan. Kopi punya profil botani alami kompleks, setidaknya 1.000 senyawa alami ada dalam bijinya, termasuk kafein, dan 300 lainnya yang ada dalam proses roasting.

Jelajah Gizi Semarang 2018: Plang-plang yang menunjukkan bahwa kopi sangat bermanfaat dalam kehidupan dan diperlukan oleh tubuh sepanjang lintasan di Kebun Kopi Kampoeng Kopi Banaran [Foto: Dok Pri]

Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi kopi secara moderat (3-5 cangkir setiap hari) dapat memberikan efek positif terhadap tubuh, yaitu:
1.    Dapat mencegah penyakit hati
2.    Peningkatan fungsi kognitif pada orang dewasa atau yang lebih tua
3.    Meningkatkan daya tahan atletik
4.    Memori menjadi lebih tajam
5.    Mengurangi risiko diabetes tipe 2, juga
6.    Memperpanjang umur.

Semakin banyak bukti ilmiah mengenai kopi sehingga mendapatkan reputasi baik dan direkomendasikan. Pedoman Diet AS pun membuat rekomendasi yang belum pernah ada sebelumnya untuk kopi sebagai bagian dari gaya hidup sehat. 

Jelajah Gizi Semarang 2018: Efektivitas kopi untuk menghilangkan bau sudah terbukti [Foto: Dok Pri]
Informasi Rinci Komposisi Kandungan Nutrisi/Gizi Pada Kopi berdasarkan sumber informasi gizi berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia serta sumber lainnya. Dalam 100 gram kopi dari bagian yang dapat larut dan dikonsumsi terdapat jumlah kandungan energi kopi sebesar 352 kkal; protein 17,4 gr; lemak 1,3 gr; karbohidrat kopi 69 gr; kalsium kopi 296 gr; fosfor kopi 368 gr; zat besi kopi 4 mg; vitamin A kopi 0 IU; vitamin B1 kopi 0 mg; dan vitamin C kopi 0 mg.

Kampoeng Kopi Banaran
Jl. Raya Semarang – Solo KM 35 Bawen, Kabupaten Semarang - Jawa Tengah, Indonesia
Untuk kemudahan mengakses informasi tentang Kampoeng Kopi Banaran dapat menghubungi nomor dan email seperti berikut.

Phone:
Office: 0298-3429053
Email:
Office: kakoba@ptpn09.com
Event: eventkakoba@yahoo.co.id
Banaran 9 Resort: banaran9resort@yahoo.co.id

Website:
www.kampoengkopibanaran.co.id
www.wisataagroindonesia.com

Social Media:
FB: Kampoeng Kopi Banaran
Twitter: @kampkopibanaran
IG: kampoeng_kopi_banaran
Youtube Channel: kampoeng kopi banaran

    
"Kopi - minuman favorit dari dunia yang beradab." - Thomas Jefferson

Nah, setelah menjelajah gizi selama tiga hari dua malam di kota Semarang, beginilah penerapan pangan berkelanjutan yang ada di Kota Semarang. Ada beragam kekayaan kuliner Semarang yang bernilai gizi tinggi yang baik untuk balita, anak-anak, ibu hamil juga ibu menyusui.

Kondisi kesehatan dan kecukupan gizi masyarakat Kota Semarang, khususnya balita, anak-anak, ibu hamil dan ibu menyusui memang relatif lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya.

Dari Jelajah Gizi Semarang 2018 ini pula dapat dilihat bahwa kentalnya pengaruh budaya dan lokasi terhadap makanan khas atau tradisional Semarang semakin memperkaya kuliner di kota ini. Budaya menjadi hal penting di Semarang karena terlibat langsung dalam keragaman kulinernya.

Dapat pula kita lihat bahwa beberapa sistem produksi pertanian dan pangan telah mengaplikasikan sistem pangan berkelanjutan seperti pada Kampoeng Kopi Banaran juga produksi Ikan Bandeng Presto. Jadi, Kota Semarang menjadi kota yang sudah menerapkan Pangan Berkelanjutan sesuai tema yang diangkat di Jelajah Gizi Semarang 2018 tahun ini. Sukses  Nutricia Sarihusada untuk Jelajah Gizi berikutnya.