Thursday, December 27, 2018

Tergoda Pedas Kuliner Pucuk Coolinary x Big Bang


 
Pucuk Coolinary X Big Bang 2018 [Foto: Dok Pri]

Ngomongin kuliner  itu tak akan pernah ada habisnya. Baik tingkat rumah,  kelurahan, kecamatan,  negara, bahkan dunia. Nah, ngomongin kuliner negara, khususnya Indonesia, weleh-weleh, bejibun (slank = banyak). 

Bayangkan saja, ketika masak di rumah, nama menu yang saya dengar saja sudah beragam. Lha ini negara (Indonesia). Dari satu provinsi saja sudah menghasilkan ribuan jenis nama makanan maupun minuman. Jadi, bangga dan berbahagialah tinggal di Indonesia. 

Saya secara personal memang bangga dengan negara yang telah memberikan begitu banyak kemudahan dan kesenangan. Ya, benar kata Koes Plus, “tongkat kayu dan batu jadi tanaman”. Tinggal lempar, tumbuh pohon singkong. Melipir sedikit ke tetangga, dapat satu tandan pisang. 

Di negara lain belum tentu bisa seenak di Indonesia. Itu kesenangan pertama yang sangat saya sukai sama negara saya ini. Kesenangan kedua, orangnya ramah-ramah. Terbukti kok, begitu ada orang asing, dengan senyum, salam, dan sapanya makin buat bule-bule kelepek-kelepek.

Kesenangan ketiga ada di Indonesia itu variasi makanannya banyak dan merambah kelas dunia. Ketercengangan orang asing yang datang ketika melihat makanan Indonesia sangat beragam. Mau manis, asin, bahkan pedas semua ada. Lidah orang Indonesia seperti perempuan penari Serimpi  menyesuaikan cita rasa. 

Inilah yang buat saya sebagai warga negara Indonesia sangat mencintai negara saya. Pun ketika saya ke negara luar, bertemu sesama orang Indonesia itu rasa nasionalisme bangkit dan semakin kuat tertanam. Mereka juga merekomendasikan tempat-tempat makan dan wisata murah di negara tempat mereka tinggal.

Ya, Indonesia telah menjadi negara yang saya bilang sangat unik dari keragaman kulinarianya. Orang-orang asing pun tak ayal begitu banyak berdatangan ke negara yang ramah-ramah ini. Mereka mengulik ragam budaya, termasuk kuliner salah satunya.

Kuliner yang telah mendunia menjadikan negeri ini semakin dikenal. Keberadaan Indonesia menjadi kunci penting dalam dunia kulinari yang sangat variatif. Aneka olahan makanan menjadi ciri tersendiri untuk negara dengan lebih dari 17 ribu pulau ini. Pun ragam minumannnya.

Berkenaan dengan dunia kulinaria ini, pada 21 Desember 2018, saya berkesempatan menghadiri dan merasakan langsung destinasi wisata kuliner terbesar di akhir 2018 yang ada di Jakarta dengan tajuk Pucuk Coolinary x Big Bang 2018 di JIEXPO Kemayoran. 

Pucuk Coolinary X Big Bang sebagai destinasi wisata kuliner terbesar akhir tahun 2018 [Foto: Dok Pri]

Ini tempat yang memang cocok banget untuk para food lover/foodies mengeksplor rasa, baik rasa manis, pedas, maupun gurih.  Ketika pertama kali saya menginjakkan kaki di Pucuk Coolinary X Big Bang 2018 ini, saya melihat ada banyak tenda-tenda kuliner berjejer, baik di sisi kiri maupun kanan tempat perhelatan.

Beragam kuliner khas Indonesia dan mancanegara “nongkrong” menggoda. Lidah foodies dimanjakan dengan ragam jajanan yang menggugah selera membangkitkan rasa. Sayang banget kalau tidak mencicipi satu persatu setiap suguhan kuliner yang ditawarkan. Acara Pucuk Coolinary X Big Bang 2018 ini sendiri menjadi satu persembahan  seru di akhir tahun 2018. 

Nah, di acara ini lidah saya memang sangat terpikat dengan nuansa pedas menggoda di sisi kanan perhelatan. Setelah sebelumnya melihat di sisi kiri ada zona  manis yang tak kalah menggoda rasa. Ada banyak tenant yang turut serta di acara ini. Lebih dari 100 tenant kuliner favorit ambil bagian memanjakan lidah foodies.

Kalau ngomongin harga, ahaa… kan kalau belanja tentunya cari harga murah, dapat banyak, dan berkualitas. Nah, di helatan ini pun demikian. Soal harga makanannya relatif murah. Rata-rata hanya di kisaran IDR 35K saja, dan bisa makan sepuas-puasnya.  

Melihat-lihat lebih jauh ke barisan tenant kuliner ini, saya memasuki zona pedas. Ada banyak pilihan di dalamnya, mulai dari Mie Aceh, Sate Taichan, Tongseng, dan kuliner lainnya. Hmm.. mata dan lidah saya tak bisa dibohongi.

Zona pedas sebagai pilihan rasa saya [Foto: Dok Pri]

Seakan-akan terus memanggil dan memang sejak mau pergi ke helatan ini mengosongkan perut, rasa saya tertambat di salah satu tenant kuliner, yaitu tongseng. Pas banget, perut saya lagi lapar-laparnya, saya pesan dua jenis dari olahan kambing, yaitu tongseng dan gulai.

Entah mengapa, tongseng dan gulai ini memberikan cita rasa yang aduhai di pencecap saya. Aroma wangi arang batok kelapa menyebar area masaknya. Daging  kambing muda yang ditusuk sate pun semakin membuat saya tak sabar menunggu datangnya hidangan.



Tongseng menjadi kuliner pilihan saya [Foto: Dok Pri]

Saat dimasak memang sengaja saya tunggu tepat di depan tungkunya. Melihat langsung proses  pengolahan tongseng yang menurut saya cukup mudah untuk dibuat dengan bumbu-bumbu dasar Indonesia. 

Minyak goreng, bawang merah, bawang putih, daging kambing muda, tomat hijau, dan sayuran kol dengan siraman kuah gulai dan beberapa butir cabe rawit, serta kecap sebagai bumbu yang menambah sedap hidangan ini di Pucuk Coolinary X Big Bang 2018 zona pedas. 

Untuk saya, tiga biji cabe rawit sepertinya kurang nampol, tetapi saya tahan untuk tak menambah beberapa biji cabe lagi. Jaga-jaga perut yang kosong tetiba diisi pedas. Selepas  tongseng saya matang, aroma wangi pun menebar.

Tongseng dengan cita rasa pedas menggugah selera [Foto: Dok Pri]

Seruput kuah tongseng, “Sluuuurrrppp!” sangat berbeda cita rasanya. Hentakan geligi dengan daging kambing langsung terasa. Daging kambing yang lembut dan bumbu meresap, ini yang saya cari. Daging kambingnya pun tak berbau prengus (amis kambing). Teknik mengolah daging kambing yang khas.

Rasa yang keluar dari tongseng ini memang sangat menggoda. Apalagi ditambah nasi hangat dan perut sengaja lapar, makin lahap. 

Godaan selera saya kembali tertambat pada olahan daging kambing lainnya, apa itu? Ya, gulai!
Gulai daging kambing muda ini memang menjadi pemicu hasrat rasa yang tak bisa dibendung lama. Dengan perahan santan kelapa setengah kental dan bumbu-bumbu aromatik Indonesia, membuat cita rasa gulai kambing ini berbeda dari gulai kebanyakan. 

Gulai kambing Zona Pedas [Foto: Dok Pri]

Rasanya pedas karena saya minta kembali digerus cabe rawit. Makan tak terasa pedas itu seperti ada yang kurang. Kurang nampol menurut saya. Sambal atau pedas sudah menjadi ciri kulinari Indonesia. Mungkin, sebagian orang tak kuat dengan rasa pedas dan cenderung memilih rasa gurih sedangkan yang lainnya kuat dengan pedas dan sebagian lainnya suka dengan rasa manis.

Inilah kekayaan kuliner Indonesia. Pucuk Coolinary X Big Bang ketika saya datang sekitar pukul 15.30, sudah mulai ramai pengunjung. Rerata mereka memang ingin memuaskan gastronomi, entah bosan dengan makanan rumahan atau mau cari bentuk kulinari lainnya. 

Semakin malam, helatan ini semakin ramai. Pas kalau ini disebut helatan destinasi kuliner terbesar di Jakarta. Pengunjung cukup ramai. Hanya dengan tiket masuk IDR 30K saja, kita bisa membeli dan menikmati sepuanya makanan. Makanan “printilan” pun banyak beredar, ada CikBul (Ciki Ngebul), Pentol Bakso, Ceker Ayam pedas, dan makanan lainnya.


Suasana malam yang semakin ramai di Pucuk Coolinary X Big Bang 2018 [Foto: Dok Pri]

Sempat juga saya nyobain Pentol Bakso yang berasa gurih. Lumayan enak. Perpaduan manis dan asin yang menghasilkan cita rasa gurih menjadi pilihan tersendiri untuk banyak orang. Oya, Selain berkuliner ria, ada juga hal seru lainnya, yaitu Spicy King Noodle Contest. 

Ini merupakan lomba makan mie dalam porsi besar. Waktu dan tingkat pedas mie sudah ditentukan. Pemenangnya pun banjir aneka hadiah. Teh Pucuk Harum  pun melakukan acara berbagi 10 ribu porsi camilan favorit, seperti bakso, sosis, dan nugget goreng free dengan melakukan penukaran dua botol Teh Pucuk Harum  secara langsung. 

Untuk menuntaskan hasrat gastronomi saya dan beberapa rekan, saya menuju stand durian.  Letaknya persis di tengah-tengah zona manis, pedas, dan gurih. Durian yang didatangkan langsung dari Sumatera, yaitu durian Medan. Rasanya legit dengan aroma aduhai. 

Durian Medan jadi menu favorit saya [Foto: Dok Pri]

Bagi pencinta durian, hal  ini menjadi surga tersendiri karena saya dapat memilih jenis-jenis mana saja yang saya sukai. Rata-rata dijual per buah IDR 50K. Ada juga yang dijual secara kiloan. Per kilonya IDR 60K saja. 

Helatan Pucuk Coolinary X Big Bang 2018 ini dimulai sejak 21 Desember 2018 hingga 1 Januari 2019. Jadi, masih banyak waktu untuk bisa menikmati ragam kuliner Indonesia dan beberapa mancanegara. So gaes, take it or leave it!

Boleh banget kalau ke Pucuk Coolinary X Big Bang 2018 di JEXPO Kemayoran ini kalian cicipi Mie Aceh Jaly-Jaly, Bakmi Gang Kelinci, Tahu Bazo Tresno Ati, Roti Papa John, Bakso Misterius, Pisang Goreng Pontianak, Jajanan Goceng,  juga brand kuliner yang sudah terkenal lainnya.

Ini perlu dinikmati [Foto: Dok Pri]

Manfaatkan juga “Happy Hour” , kalian bakal dapet potongan harga IDR 10K di setiap tenant di waktu-waktu tertentu. Selamat berpetualang rasa. Cuma rasa yang bisa membuat semuanya berbeda. 

Mau manis, mau pedas, mau gurih, minumnya tetap Teh Pucuk Harum [Foto: Dok Pri]

Tuesday, December 25, 2018

Bersama Prudential Indonesia, Perempuan Indonesia Mesti Tahu dan Paham Literasi Keuangan




Pelatihan Literasi Keuangan untuk Perempuan [Foto: Dok Pri]
Dulu, saya sempat heran dan dalam hati bertanya-tanya, kenapa ibu saya setiap terima uang, baik dari bapak atau  dari arisan, selalu dicatat dalam satu buku khusus. Itu dilakukan sejak saya dan saudara-saudara masih kecil hingga kami beranjak dewasa. Ibu pun, setiap belanja selalu juga mencatat jenis dan nama belanjaan  ke dalam satu buku besar berikut harga yang diberikan toko, setiap hari.

Ketika ada pengeluaran sekecil apapun, ibu tetap mencatatnya. Hal ini semakin membuat saya terheran-heran dan terus bertanya. Sebenarnya, ibu mencatat hal-hal seperti itu untuk apa, apa gunanya. Seperti tak ada pekerjaan saja, tanya saya dalam hati. Saya terus mengamati catatan-catatan harian ibu tersebut.

Hingga ibu membuka usaha catering pun demikian. Semakin kompleks catatan yang dibuatnya. Saya masih belum menemukan jawaban dari  hal-hal yang dilakukan ibu.  Hingga menjelang kelas tiga sekolah dasar. Ibu hanya senyum selintas dan berkata, “Nanti juga kamu tahu apa sebenarnya yang ibu lakukan ini,” hanya begitu saja jawabannya.

Setiap ada pesanan catering, baik makanan  maupun kue-kue kering, ibu langsung  memasukkan ke dalam catatan buku besar khususnya. Hampir sekitar 14 tahun itu dilakukan beliau. Selama 14 tahun itu pula, buku besar catatan ibu telah berganti belasan kali dan catatan-catatan itu tersusun rapi dengan tulisan tegak bersambungnya.

Dari seluruh catatan yang pernah beliau torehkan itu, sekarang ini saya baru mendapatkan jawaban yang tepat, mengapa hal itu ibu lakukan. Mungkin, dulu ilmu pengetahuan dan teknologi belum begitu maju seperti sekarang. Hingga akhirnya, bertemulah saya dengan Literasi Keuangan. Ya, saya mendapatkan istilah ini dari Prudential Indonesia yang melatih literasi keuangan kepada lebih dari 2.500 perempuan selama tahun 2018.

Ternyata, inilah yang ibu saya lakukan sekitar 14 tahun lalu itu. Semua pemasukan, pengeluaran, dan hal-hal kecil berkenaan dengan keuangan dicatat. Hingga akhir bulan dilakukan kalkulasi berapa pengeluaran baik yang kecil maupun besar, lantas dibuat perbandingan dengan pemasukan.
Begitu besar peran Prudential Indonesia melatih literasi keuangan ini untuk perempuan, apalagi ibu rumah tangga Indonesia yang jarang sekali mencatat setiap penerimaan maupun pengeluaran yang dilakukannya. 

Kita ketahui bersama bahwa perempuan itu memiliki peran besar dalam pengelolaan keuangan keluarga. Hal ini sesuai dengan survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2016. Disebutkan bahwa, kurang dari 30% orang Indonesia yang tahu atau melek keuangan. Hal ini mengandung arti, tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap beragam produk keuangan dan jasa keuangan masih cukup rendah. 

Dari hasil survei itu terlihat bahwa tingkat literasia keuangan perempuan hanya sebesar 25,5% lebih rendah dibandingkan tingkat literasi pria sebesar 33,2%.  Jadi, memang riskan sekali kalau perempuan itu bisa kena dampak isu sosial seperti kejutan finansial tak terduga juga adanya kesenjangan sosial. Hal ini menjadi tantangan yang memang harus segera diatasi semua pihak karena perempuan punya peran yang sangat krusial dalam keuangan keluarga. 

Pada Selasa (11/12/2018) saya sangat beruntung dapat memenuhi invitasi dari Prudential Indonesia yang melatih sekitar 400 perempuan dari beberapa wilayah di Indonesia  tentang literasi keuangan. Perempuan Indonesia yang disinyalir memiliki tingkat literasi keuangan yang rendah sementara roda perekonomian keluarga bahkan bangsa dan negara sekitar 60% digerakkan oleh perempuan. 

Bermula dari sinilah Prudential Indonesia mengadakan pelatihan Literasi Keuangan untuk Perempuan. Pelatihan literasi keuangan ini sebagai inisiatif PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) dalam memberdayakan perempuan Indonesia untuk lebih mampu mengelola keuangan keluarganya dan mempersiapkan masa depan yang jauh lebih baik. Jadi, pelatihan literasi keuangan ini menjadi salah satu fokus utama dan program unggulannya Community Investment Prudential Indonesia untuk bidang edukasi. 

Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia (memengang mik) [Foto: Dok Pri]
Dalam kesempatan ini hadir President Director Prudential Indonesia, Bapak Jens Reisch. Dalam sambutannya beliau mengatakan, Prudential telah hadir di Indonesia hampir 23 tahun untuk masyarakat Indonesia yang tidak hanya untuk proteksi maupun investasi, tetapi juga untuk memberikan edukasi. Prudential Indonesia sangat men-support untuk program edukasi yang dilakukan di Indonesia. Kini, di Prudential Indonesia ada sekitar 300 volunteer yang men-support program-program yang dibuat dan dikerjakan oleh Prudential.

Selain itu, menurut Jens, Prudential Indonesia memberi perhatian yang sangat besar untuk perempuan terutama dalam bidang literasi keuangan yang dijalankan Prudential saat ini. Apa yang dilakukan Prudential memang sejalan dengan strategi pemerintah yang memberikan tempat pada perempuan menjadi salah satu prioritas utama untuk program peningkatan literasi keuangan di Indonesia. Jens lebih lanjut menambahkan, Prudential memberi fokus lebih kepada bidang edukasi masyarakat, terutama perempuan. 

Fokus edukasi ini memang untuk perempuan. Perempuan diharapkan dapat memenej keuangan keluarganya juga dapat mengembangkan bisnis yang dijalaninya. Prudential Indonesia juga membuat program khusus untuk wilayah Indonesia Timur, khususnya di Papua. 

Literasi keuangan yang dilakukan Prudential Indonesia menjadi komitmennya untuk terus berkontribusi yang berkesinambungan berdasarkan peraturan yang sudah dikeluarkan OJK No. 76/2016 tentang Peningatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan bagi konsumen dan/atau Masyarakat, Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (revisit 2017), Peraturan Presiden  No. 82/2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) dan beragam program dari KPPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). 

Jens Reisch pun merasa bangga Prudential Indonesia bisa memberikan edukasi dan bergerak bersama pemerintah dalam Literasi Keuangan yang ditujukan untuk perempuan ini.
Pelatihan Literasi Keuangan Prudential Indonesia ini sudah dimulai sejak awal Oktober di Manado, Ambon, Sorong, Malang, dan berakhir di Jakarta pada 11 Desember 2018. Lebih dari 2.500 perempuan dari beragam latar belakang dan kalangan ikut serta. 

Mengapa kota-kota ini menjadi tujuan pelatihan? Hal ini dengan melihat indeks literasi di bawah rata-rata nasional (29.66%) seperti di Manado  (Sulut dengan indeks 28.7%), Ambon (Maluku dengan indeks 26.2%), dan Sorong (Papua Barat dengan indeks 19.3%).  

Perempuan peserta pelatihan Literasi Keuangan ini mendapatkan pelatihan dasar tentang mengelola keuangan dasar secara komprehensif dari fasilitator dengan kompetensi yang dimiliki. Fasilitator tersebut sebagai karyawan Prudential Indonesia atau PRUvolunteer. Mereka memberi pengajaran tentang jenis lembaga keuangan (konvensional & syariah) juga beragam instrumen keuangan seperti tabungan, asuransi, pinjaman, atau dana pensiun sebagai jawaban proaktif  dalam merencanakan masa depan keuangan terencana dan sedikit risiko yang dialami.

Materi pelatihan pun dibuat sedemikian rupa aga peserta paham hak dan kewajibannya sebagai konsumen. Bagaimana cara mengakses produk dan jasa keuangan pun diajarkan. Para peserta pun diharapakan dapat dengan bijak ketika mengambil satu keputusan untuk keuangannya. 

Diharapkan juga, dari pelatihan ini, peserta bisa menebarkannya kepada yang lainnya atau di komunitasnya betapa penting literasi keuangan untuk meningkatkan kualitas hidup dan masa depan mereka sendiri. 

Titi Eko Rahayu, Staf Ahli Menteri Bidang Pengentasan Kemiskinan KPPPA-RI [Foto: Dok Pri]
“Pelatihan literasi keungan ini didukung oleh KPPPA, makin banyak perempuan yang mandiri secara ekonomi, menyiapkan masa depan lebih baik untuk  keluarga tanpa mengganggu peran lain sebagai ibu rumah tangga,” seperti yang disampaikan Titi Eko Rahayu, Staf Ahli Menteri Bidang Pengentasan Kemiskinan KPPPA RI. 

Pun dari OJK sangat positif mengenai hal ini. Dari tahun ke tahun tingkat literasi dan inklusi keuangan terus merambah naik. Peran Prudential Indonesia menurut Horas Tarihoran  berkontribusi dengan mengadakan pelatihan literasi keuangan untuk perempuan. Pun Horas berharap dengan adanya pelatihan ini dapat membantu OJK pula dalam mencapai target literasi keuangan hingga 35% di 2019. Menjadi cita-cita bersama tentunya bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia harus naik secara signifikan, agar warga Indonesian terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan, utamanya kaum perempuan.

Horas Tarihoran, Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (memegang mik) [Foto: Dok. Pri]
Sejalan dengan itu pula, Nini Sumohandoyo, selaku Corporate Communications & Sharia Director Prudential Indonesia menegaskan perempuan memegan peran penting dalam berbagai keputusan keuangan, baik di rumah tangga maupun bisnis. “Prudential Indonesia merasa bangga dapat turut meningkatkan literasi keuangan pada perempuan, mengingat potensi besar mereka berkontribusi terhadap perekonomian keluarga dan masyarakat Indonesia.” Nini berharap di pelatihan literasi keuangan untuk perempuan ini dapat memberi inspirasi  perempuan Indonesia lebih percaya diri dalam mengelola keuangan mereka. 

Kegiatan Community Investment Prudential Indonesia  di ranah edukasi literasi keuangan masyarakat untuk berbagi pengetahuan perencanaan keuangan dasar pada masyarakat sudah di mulai sejak 2009. Kegiatannya memang berfokus pada perempuan yang mengatur keuangan dengan beragam pengetahuan agar mampu memahami perencanaan kebutuhan keuangan. Dari program tersebut telah berhasil menjangkau 27 ribu peserta di berbagai kota di Indonesia (24 kota di seluruh Indonesia).

Nini Sumohandoyo, Corporate Communication & Sharia Director Prudential Indonesia [Foto: Dok Pri]
Kegiatan ini pun bersinergi dengan berbagai kementerian, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata, Kementerian PPPA, KKP, dan Kemendikbud. Selain itu, karyawan Prudential Indonesia pun terlibat penuh juga kemitraan beragam komunitas, seperti  komunitas istri nelayan, komunitas pedagang, UKM, PKK, mahasiswa, guru, dan IRT. 

Prudential Indonesia  tidak akan berhenti untuk terus berkontribusi. Prudential Indonesia antara 2018 hingga 2022 ingin menjangkau lebih banyak perempuan di kota-kota lain, utamanya Indonesia bagian Timur, mengapa? Sebagai bagian dari Strategi Community Investment Prudential Indonesia membantu menuntaskan tantangan daerah itu. Targetnya tidak main-main, 50 ribu perempuan Indonesia sudah ikut pelatihannya. 

Jadi, memang perempuan menjadi pilar utama dalam keuangan keluarganya. Dan apa yang ibu saya buat dulunya, kini terbukti begitu penting mencatat semua hal berbau “duit” untuk menjaga stabilitas keuangan keluarga agar terhindar dari marabahaya.