Wednesday, June 22, 2016

Kenikmatan Itu Bernama Mundur


[Sumber: http://virtualveganpotluck.com/vvp/wp-content/uploads/2012/09/Stay-Calm-Go-Back2.jpg]
Setiap manusia punya jalan dan rezeki yang telah digariskan Tuhan. Begitu pula saya. Menapaki perjalanan karier pekerjaan tidaklah mudah. Pasang surut mengikuti kata hati antara mundur atau bertahan. Tahun 2013 hingga pertengahan 2016 boleh dibilang tahun-tahun gemilang saya menapaki karier di salah satu perusahaan. Mulanya saya buta dengan dunia startup, tetapi di tahun-tahun tersebut saya membelalakkan mata saya selebar-lebarnya. 

Tak pernah terpikirkan untuk bertemu para pejabat negara di negeri ini yang notabenenya harus buat janji sana-sini dengan asisten. Bersurat resmi dengan jalan panjang berliku-liku hanya sekadar tatap muka dan berhaha-hihi ria. Semua dengan mudah saya lakukan. Tak kenal siang tak kenal malam, dengan langkah ringan tanpa gontai saya lakukan. Semua karena saya mencintai pekerjaan itu. Hati saya menuntun untuk terus melakukan yang terbaik sepanjang pekerjaan itu masih di tangan. 

Proyek-proyek besar pemerintah pun sanggup saya lobi dan jatuh ke pelukan perusahaan. Apa yang diinginkan perusahaan selama saya bekerja pun tercapai. Entah mengapa, saya tidak perlu bersusah payah, hampir semua birokrat yang saya hubungi mengiyakan dan setuju apa yang  saya katakan. Padahal saya tak memiliki ilmu marketing apalagi lobbying. Saya ikuti kata hati dan mengalir begitu saja. Para boss di kantor pun mengakui cara kerja saya. Boss bilang, "Kamu multitasking dan multitalenta". Saya tak banyak bunyi, hanya diam merenungi perkataan itu. 

Sukses dengan pencapaian itu, entah mengapa, satu per satu teman seperti "tak suka" melihat keberhasilan tersebut. Apa ini yang dinamakan "iri?" Berpikir positif selalu saya terapkan. Tak mau ambil pusing dengan keadaan. Saya berjalan sesuai kata hati dan alur pekerjaan. Namun, lama kelamaan keadaan semakin berubah dan berbeda. Saya dilempar ke sana ke mari. Lama kelamaan saya berpikir, "Mungkinkah saya ingin dibuang perlahan-lahan?"

Berusaha untuk introspeksi diri atas apa yang sudah saya lakukan. Adakah yang salah atas pekerjaan itu? Atau memang ada yang ingin melempar saya? Di ruangan pun saya lebih memilih diam, enggan bersuara. Teman-teman pun seakan sibuk dengan urusan masing-masing. Saya pun tak pernah dilibatkan lagi untuk urusan yang berbau kantor, meeting bersama klien, bertemu beberapa pejabat, atau hanya sekadar meeting di kantor. Coba diskusi dengan salah satu atasan di kantor, jawaban datar yang saya peroleh tanpa solusi berarti.

Mencari waktu yang tepat tidak akan pernah bertemu waktu tepat itu di mana dan kapan. Saya coba membuka pembicaraan dengan atasan pemilik perusahaan untuk berdiskusi, kalimat yang keluar, "Nanti, ya". Kalimat "Nanti, ya" tersebut seolah-olah sengaja membuat saya mengambang mencari solusi. Saya tak tahan dengan perlakuan yang "Ingin membuang pelan-pelan" itu.

Keputusan saya bulat. Lebih baik sebelum semua menjadi buruk, jari jemari ini mencoba menghentakkan keyboards huruf di komputer jinjing satu per satu menjadi barisan kalimat. Kalimat-kalimat yang sebenarnya sangat jarang untuk dicuatkan. Campur aduk antara sakit hati, pusing, dan lega. Keluarlah empat paragraf pernyataan saya untuk tidak melanjutkan lagi bekerja di perusahaan itu. Saya kirimkan melalui surat elektronik kepada salah satu petinggi pemilik perusahaan.  Dengan segenap pikiran yang bebas dari halang rintang, saya seperti terbang tak menjejakkan kaki di tanah saat surat elektronik tersebut terkirim. Saya anggap, inilah cara terakhir karena sekat diskusi tak terbuka untuk saya. Mundur dari seluruh atribut yang pernah melekat pada diri saya sebagai pekerja kantoran. 

Saya percaya, Tuhan tidak tidur. DIA maha baik untuk umatnya yang mau berusaha, karena hamparan rezeki di bumiNya ini sangat luas. "Mundur satu langkah untuk maju lima langkah". Kini, saya menikmati peran sebagai kepala rumah tangga, "tukang masak" untuk anak-anak dan istri, terima pesanan makanan dari teman-teman, dan terpenting menikmati hidup saya sebagai seorang blogger.