Membayangkan kehidupan
orang-orang di zaman dahulu tanpa lampu, gelap! Tetapi, mereka bisa bertahan.
Tentunya, ada banyak cara yang mereka lakukan untuk memenuhi penerangan di
malam hari. Seperti, membuat perapian dari gesekan batu di atas ranting kering.
Juga membuat bor kayu kering dengan batu untuk mendapatkan api.
Kesederhanaan
orang-orang zaman dahulu menginspirasi banyak orang untuk mencari bentuk dan
model penerangan. Kehidupan orang-orang
zaman dulu yang tanpa lampu, ternyata
masih dirasakan oleh beberapa masyarakat Indonesia, khususnya mereka yang
tinggal di daerah pedalaman.
Betapa tidak, sulitnya
akses transportasi seakan membuat mereka jauh dari jangkauan. Tetapi, itu bukan
alasan untuk mereka tidak mendapatkan penerangan. Seribu satu cara bisa
ditempuh agar saudara-saudara kita bebas dari gelap. Kegelapan terkadang membuat saudara-saudara kita
kesulitan melakukan aktivitas di malam hari.
Hal itu juga berdampak
pada belajar anak-anak saudara kita di
malam hari. Mereka mencari akal dengan caranya. Ada yang menggunakan lampu dari
botol-botol bekas yang diberi tutup dan tengahnya dilubangi (lampu sentir =
red). Lampu model seperti itu justru dapat menimbulkan pencemaran, karena
jelaga yang dihasilkan menebalkan kotoran hidung.
Bahkan, ada juga
saudara-saudara kita yang masih menggunakan obor untuk sekadar jalan antar kampung
atau main ke tetangga. Itu cerita-cerita dulu sekadar flashback beberapa puluh
tahun belakangan sebelum lampu masuk ke desa-desa.
Jika kita melihat data
pada 2016, sekitar 12 ribu desa memang belum dialiri listrik. Itulah tadi,
desa-desa itu hanya memakai lampu teplok, obor, bahkan juga lilin. Semua itu
memang kadang merusak lingkungan hingga membahayakan. Bahaya dari sisi
kesehatan, keselamatan, juga lingkungan yang mereka tinggali.
Berkaca dari itu, dalam
upaya untuk terus mendukung aktivitas warga desa terutama malam hari, Philips
dengan bangga dan konsisten bersama
programnya untuk memberikan penerangan
di desa-desa. Melalui program dengan judul “Kampung Terang Hemat Energi”,
sekitar 25 desa akan memperoleh penerangan untuk Sumatera, Bali Timur,
Kalimantan Tengah, serta Maluku.
Ada sekitar 2.889 titik
lampu baru yang akan dipasang, meliputi penerangan rumah dan fasum seperti
puskesmas, sekolah, serta jalan umum. Hal ini jauh lebih besar dari yang pernah
dilakukan Philips di Sulsel.
Seperti disampaikan Rami
Hajjar, Country Philips Lighting Indonesia, “Kami senang dapat menolong lebih
banyak masyarakat dengan menjembatani kesenjangan pencahayaan antara kota dan
wilayah pedesaan melalui program “Kampung Terang Hemat Energi”.
Nah, nantinya untuk
desa-desa yang terpilih itu melalui “Kampung Terang Hemat Energi”, akan
diberikan paket pencahayaan LED tenaga surya Philips yang inovatif, terdiri
atas:
1. Solar Indoor Lighting System Lengkap dengan panel surya
2. Philips LifeLight yang 10x lebih terang dari lampu minyak
tanah
3. Solar LED Road Light untuk menerangi jalan-jalan desa
malam hari.
Tahun 2017 ini, program
itu diawali dengan menjangkau enam desa yang ada di Sumatera Utara. Philips
mendedikasikan dirinya untuk kepentingan khalayak ramai di bidang pencahayaan.
Ya, selama lebih dari 125 tahun Philips mengutamakan pelanggannya sebagai pusat
inovasi.
Selain itu Philips juga
ikut serta dalam meningkatkan kehidupan masyarakat, di kota maupun desa.
Hadirnya Philips di tengah-tengah masyarakat Indonesia memberikan kesediaan
pencahayaan dengan memanfaatkan tenaga
surya. Indonesia yang berlatar tropis, memberikan keuntungan tersendiri dengan
tenaga surya tersebut. Daya yang dihasilkan dari LED tenaga matahari Philips
itu punya konsumsi rendah dan sangat mudah dipasang.
Lebih lanjut ditambahkan
oleh Rami, bahwa pencahayaan yang mereka usung menggunakan tenaga matahari yang
disimpang di siang hari. Bila malam menjelang, sistem tersebut secara efisien
mengeluarkan tenaga listrik untuk menyimpan
bohlam LED daya rendah. Hal ini sangat untuk digunakan di dalam juga luar
rumah. Bukti nyata Philips itu tadi melalui Program “Kampung Terang Hemat
Energi”.
Ternyata, Philips
bareng-bareng dengan LSM Kopernik yang konsen di teknologi memberdayakan penduduk
desa terpencil sejak 2015, sudah menghasilkan 300 titik lampu baru untuk 11.800
penduduk Sulsel. Ya, di tahun itu juga, secara umum Philips bersuara untuk
mengakhiri miskin cahaya dalam Tahun Cahaya International PBB (UN’s
International Year of Light – IYOL).
Ya, siapa lagi yang peduli dengan keberadaan cahaya yang
ada di dunia ini, terutama untuk penduduk Indonesia yang jauh dari jangkauan
cahaya, kalau bukan kita! Dukungan kita untuk program “Kampung Terang Hemat
Energi” akan sangat berarti tak hanya untuk Philips, tetapi untuk kita semua.
Terus Terang Philips Terang Terus.
0 comments:
Post a Comment