Monday, November 13, 2017

Philips Lighting: Utamakan Kenyamanan Mata Pengguna dengan LED Bohlam




Dunia tanpa cahaya tentu gelap gulita. Dunia seakan berada dalam gelap berkepanjangan. Cahaya menjadi salah satu sumber kehidupan manusia. Dengan cahaya, manusia mampu melakukan aktivitas hingga ke dasar laut sekalipun.

Petinggi Philips Lighting  dalam Kampanye "Comfort Eye" [Foto: Dok Pri]
Cahaya menjadi inspirasi banyak orang untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Dampak kekurangan cahaya pada seseorang dapat mengakibatkan mata rusak. Contohnya saja membaca di tempat yang minim cahaya, hal itu sangat tidak disarankan. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam retina mata, dapat mempengaruhi daya akomodasi mata.

Membayangkan kehidupan orang-orang di zaman dahulu tanpa cahaya tentunya gelap gulita yang dirasakan. Memang, tanpa cahaya keberadaan mereka masih bisa bertahan. Akan tetapi, banyak juga dari mereka yang menderita buta mata. Karena mata dipaksa untuk beradaptasi “keras” di kegelapan.

Memang, ada beragam cara yang mereka lakukan untuk memenuhi penerangan di malam hari. Seperti, membuat perapian dari gesekan batu di atas ranting kering. Membuat bor kayu kering dengan batu untuk mendapatkan  api. Bahkan, membakar ranting-ranting kering hanya sekadar untuk mendapatkan cahaya.

Kesederhanaan mereka memberikan inspirasi kepada banyak orang untuk mencari penerangan yang simpel dan sistematis. Dapat dipakai banyak orang dan tidak menyulitkan. Kehidupan mereka yang tanpa cahaya akan dapat memberikan efek buruk terhadap kesehatan mata. Karena, bagaimanapun, mata merupakan aset yang tak ternilai harganya.

Representatif Philips Lighting sedang menjelaskan peerbedaan Philips dengan merek lain [Foto: Dok Pri]
Jangan pernah sia-siakan mata hanya karena cahaya. Cahaya seimbang yang masuk ke dalam mata akan membuat mata tetap bekerja dengan baik. Oleh karena itu, untuk mendukung hal ini, Philips Lighting gencar mengampanyekan ‘Eye Comfort’ ke masyarakat tanah air. 

Ternyata, riset-riset yang sudah  dilakukan sebelumnya banyak mengatakan kalau orang dewasa hampir di seluruh dunia, kurang memperhatikan mata mereka. Ya, temuan ini menjadi garis lurus bahwa saat ini semakin tinggi orang yang menderita rabub jauh (miopia). Berdasarkan apa yang diperkirakan oleh WHO, bahwa di tahun 2050, satu dari dua orang yang ada di dunia bakal menderita rabun jauh. Ditambah lagi, beban mata yang kita miliki semakin besar. 
 
Philips (kiri) merek lain (kanan): Perbandingan [Foto: Dok Pri]
Beban mata yang semakin besar tersebut tidak lain dikarenakan orang lebih banyak melihat layar monitor dan laptop mereka dibanding lebih banyak melihat pepohonan hijau. Ditambah lagi, mereka lebih fokus pada perangkat yang dimiliki. Cahaya kuat yang ditimbulkan dari perangkat elektronik tadi, secara tidak langsung dapat mempengaruhi akomodasi mata. Karena mata dipaksa untuk melihat secara nyata apa yang terpampang di depa mata. 

Nah, orang-orang di zaman dahulu pun demikian adanya. Sulitnya akses transportasi seakan membuat mereka jauh dari jangkauan. Tetapi, itu bukan alasan untuk mereka tidak mendapatkan penerangan. Seribu satu cara bisa ditempuh agar mereka bebas dari gelap dan cahaya yang cukup untuk mata. Kegelapan  terkadang membuat sulit melakukan aktivitas di malam hari, terutama membaca.

Hal itu juga berdampak pada  belajar anak-anak saudara kita di malam hari. Mereka mencari akal dengan caranya. Ada yang menggunakan lampu dari botol-botol bekas yang diberi tutup dan tengahnya dilubangi (lampu sentir = red). Lampu model seperti itu justru dapat menimbulkan pencemaran, karena jelaga yang dihasilkan menebalkan kotoran hidung. 

Bahkan, ada juga saudara-saudara kita yang masih menggunakan obor untuk sekadar jalan antar kampung atau main ke tetangga. Itu cerita-cerita dulu sekadar flashback beberapa puluh tahun belakangan sebelum lampu masuk ke desa-desa.

Nah, kalau kita perhatikan sekarang, orang-orang justru lebih mementingkan kebugaran fisik daripada mata. Bahkan, orang berbondong-bondong bagaimana caranya agar berat badan tidak naik, dibanding menjaga kesehatan mata sendiri. Kalau dipikir-pikir, aktivitas kita lebih banyak menggunakan mata, tetapi hak mata seolah terabaikan.

Dalam riset yang dilakukan secara umum bahwa perlu dilakukan kepedulian yang lebih tinggi untuk meningkatkan perawatan mata dan pencahayaan yang benar-benar berkualitas. Hal ini dilakukan di negara-negara seperti Polandia, Republik Ceko, Swedia, Jerman, China, Spanyol, Perancis, Indonesia, Thailand, Amerika Serikat, dan Turki.

Ruang pengetesan Philips Lighting [Foto: Dok Pri]
Nah, karena cahaya itu sangat berpengaruh terhadap aktivitas mata, sekitar 74% orang setuju bahwa ada pengaruh dari kualitas pencahayaan terhadap penglihatan. Sekitar 13%, orang memilih bohlam yang lebih nyaman di mata.
Perawata mata menjadi hal yang paling penting terhadap kesejahteraan diri, tetapi seperti ditinggal oleh yang lainnya. Dari sini, orang tua pun semakin mengkhawatirkan mengenai kesehatan mata anak-anak mereka. Sekitar 52% orang tua mengkhawatirkan anaknya seberapa jelas mereka dapat melihat. 

Sementara itu, prestasi di sekolah apakah meningkat baik atau justru sebaliknya, kecenderungan orang tua untuk cemas karena mata anaknya 51%. Pola tidur anak-anak pun dapat membuat mata mereka terkena dampak. Sekitar 49% pola tidur mempengaruhi terhadap kesehatan mata.

Berat badan pun demikian. 43% orang tua mencemaskan anak-anaknya yang memiliki berat badan berlebih. Akan tetapi, masih bersyukur pula bahwa ada 43% orang di dunia yang secara global masih mau dan rutin berkunjung ke dokter mata. 

Nah, Philips Lighting sebagai pemimpin dunia di bidang pencahayaan punya cara mudah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup kita dengan bohlam berkualitas tinggi yang nyaman untuk di mata. Seiring sejalan dengan itu, Philips pun memang peduli dengan kesehatan mata orang-orang di seluruh dunia dengan inovasi bohlam-nya.

Dalam memilih bohlam atau lampu, kita mesti tahu, bahwa bohlam yang dipilih itu dengan cahaya lampu yang tidak berkedip. Karena cahaya lampu yang berkedip dapat merusak mata. Ditambah lagi cahaya yang tepat untuk mata kita.

Seiring dengan itu, Dokter Gitalisa Andayani, Sp.M(K) mengatakan, "Kita perlu terus meningkatkan kepedulian masyarakat Indonesia pentingnya melakukan pemeriksaan mata secara berkala untuk mencegah gangguan mata. Pemeriksaan mata menjadi semakin penting jika kita punya faktor usia, diabetes, dan riwayat penyakit mata dalam keluarga, contohnya glaukoma. Pencahayaan berkualitas sangat penting untuk anak-anak saat mereka membaca dan belajar, juga bagi orang dewasa dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan penglihatan yang baik. Anak-anak harus  meluangkan waktu untuk beraktivitas di luar rumah (outdoor) setiap hari agar terhindar dari miopia. Kita harus melindungi mata dengan melakukan kegiatan di bawah pencahayaan yang baik, menghindari paparan sinar UV-B, tidak merokok, dan melindungi mata saat bekerja untuk menghindari cedera."

Sementara itu, Rowena Lee selaku Senior Vice President, Business Group LED di Philips Lighting pun menyampaikan, "Kualitas pencahayaan tidak hanya terkait masa pakai yang lama, tetapi juga sangat penting untuk memastikan mata kita tidak lelah dan nyaman. Sangat penting  untuk memilih LED berkualitas tinggi yang tidak berkedip. Ini  merupakan hal mendasar bagi tim ilmuwan kami yang bekerja keras tanpa kenal lelah untuk mengembangkan LED berkualitas dan unggulan yang disukai konsumen karena lebih nyaman di mata."

Blogger dalam Kampanye Philips Lighting [Foto: Dok Pri]
Cahaya yang tepat akan sangat berarti terhadap mata. Oleh karena itu, Philips Lighting telah mengembangkan LED yang tidak berkedip dan itu membuat mata kita jauh lebih nyaman. Orang-orang di dunia, sekitar 67% setuju bahwa cahaya yang tepat dapat mempengaruhi mood mereka. 

Tips agar mata nyaman [Foto: Dok Pri]

Jadi, menjaga kesehatan mata itu sangat penting, begitu pula dengan cahaya yang digunakan. Philips Lighting mampu menjawab keluh kesah orang-orang di seluruh dunia terhadap pencahayaan dan kesehatan mata mereka. 

Beberapa gerakan senam mata [Foto: Dok Pri]

0 comments: