Di pedalaman hutan Ujung Kulon ada seekor badak yang memiliki tubuh tambun.
Badak itu memiliki cula yang sangat tajam. Kaki-kakinya besar dan sangat kuat.
Di hutan itu, dia terpilih menjadi raja hutan.
Badak sangat ditakuti oleh hewan-hewan lain penghuni hutan itu. Tidak ada
seekor hewan pun yang berani dan sanggup menentangnya. Serigala sekalipun tidak
berani mengajak berkelahi. Bahkan, Harimau dan Singa yang terkenal buas pun
tidak sanggup menghadapinya. Tak heran, itu karena kekuatan badak yang sangat
luar biasa besarnya. Selain itu, belum ada hewan yang mengalahkan dirinya. Oleh
karena itu, badak didaulat menjadi Raja Badak. Akan tetapi, angkuhnya minta
ampun.
Ketika Raja Badak sedang berjalan-jalan melewati kumpulan para hewan, cukup
keras Raja Badak berkata, “Hei, siapa yang berani dan siap bertanding
melawanku?”
Para hewan yang mendengar lantang ucapan Raja Badak, semuanya terdiam.
Semua menundukkan kepala dan ketakutan. Tak ada satupun yang berani
mengeluarkan suara, meski hanya berbisik. Bergaya yang sangat angkuh, Raja
Badak mempertunjukkan kekuatannya kepada para hewan yang ada di hutan itu
dengan cara mencokel akar pohon kelapa melalui culanya. Akhirnya, pohon kelapa
itu roboh. Begitu pula dengan pohon jambu yang tepat berada di depannya, juga
tumbang. Rantingnya patah mematah, dan daunnya berguguran. Rumput-rumput dan
ilalang pun disibakkan, sehingga akar-akarnya ikut tercabut. Tanah-tanah yang
menempel di akar rerumputan dan ilalang pun berhamburan tak tentu arah. Raja
Badak merasa di atas angin seolah tak ada yang benar-benar sanggup melawan
dirinya.
Ketika suasana dalam keadaan tegang, tiba-tiba datang seekor kera. Raja
Badak lantas berkata, “Hai hewan pohon berbuntut, dari mana kau?”
“Kenapa Raja Badak? Aku sedang berjalan-jalan menikmati indahnya
pemandangan dan udara segar di hutan ini”, jawab Kera.
“Kenapa jalan sendirian dan tidak bersamaku?” tanya Raja Badak lagi.
“Berjalan sendirian lebih asyik, Raja Badak terlalu percaya diri, mengapa
engkau harus ikut bersamaku!” jawab Kera sambil tersenyum.
Raja Badak sepertinya tersinggung mendengar ucapan Kera. Dia tak mengira
jika hewan berbuntut itu berani berkata seperti itu. Seolah-olah telah
memandang enteng dirinya. Selama ini, hewan-hewan penghuni hutan Ujung Kulon
sangat takut kepadanya.
“Apa kau bilang?” kata Raja Badak bernada emosi.
“Apa engkau belum tahu kalau aku ini raja hutan yang sangat disegani dan
ditakuti hewan-hewan penghuni hutan di sini. Begitu beraninya dirimu bicara
tidak sopan? Engkau tidak takut kepadaku?”
“Aku tidak takut”, sela Kera. “Aku tidak akan pernah takut kepada hewan
yang angkuh sepertimu, hei Raja Badak”. Sebenarnya, kekuatanmu tidak luar
biasa, sama seperti hewan-hewan lain penghuni hutan ini!”
Perkataan Kera membuat Raja Badak semakin emosi. Kemarahan Raja Badak tak
dapat ditahan-tahan lagi. “Benar-benar makhluk berbuntut tak waras!” Saatnya
sekarang aku ingin menikmati isi kepalamu yang gurih itu!” kata Raja Badak
dengan raut wajah merah padam.
“Ohh… baik jika engkau menginginkan isi kepalaku. Tetapi, terlebih dahulu
Raja Badak harus dapat mengalahkanku dalam perlombaan esok hari di dalam hutan
ini”, kata Kera berbuntut panjang menantang Raja Badak.
“Owh, boleh juga usulmu itu hei Kera berbuntut, teriak Raja Badak seolah
menyetujui tantangan dari Kera.
Lantas, hewan-hewan penghuni di Hutan Ujung Kulon itu pulang ke tempat
masing-masing. Seluruh penghuni hutan akan kembali esok pagi untuk melihat
perlombaan antara Raja Badak dan Kera berbuntut.
Akankah Kera akan bertindak bodoh? Tentu tidak. Kera berani menantang Raja
Badak sebab dia sudah punya ide untuk mengalahkan Raja Badak itu. Beberap waktu
lalu, Kera membuat patung yang menyerupai dirinya. Patung itu dibuat dari kayu
besi yang terkenal sangat keras dan kuat. Patung itu bukan patung sembarangan.
Karena, patung itu dapat bergerak seperti layaknya Kera sungguhan. Oleh karena
itu, jika digerakkan seolah-olah patung itu hidup. Kera beristirahat untuk
mempersiapkan tenaga esok pagi sebelum perlombaan. Dia juga membuat patung itu
benar-benar mirip dengan dirinya.
Pagi mulai menjelang, seluruh hewan penghuni hutan berkumpul di tempat yang
sudah ditentukan itu. Mereka ingin melihat perlombaan seru dan sangat jarang
itu. Gemuruh suara sangat ramai ketika Raja Badak muncul di hutan itu lebih
awal. Selang beberapa menit diikuti oleh Kera berbuntut, gemuruh suarah pun
kembali menggema di seantero hutan itu. Para penghuni hutan melihat situasi
semakin seru dan panas.
“HIduuup Raja Badak!” Hidup Kera! Teriak penghuni hutan Ujung Kulon penuh semangat.
Sang Bangau pun memberi komando, pertandingan segera dimulai. Raja Badak
langsung mendengus dan mengejar Kera dengan culanya yang tajam. Sang Kera tetap
tenang, malah menyambut serangan Raja Badak.
Awalnya, Kera tersudut dan terjatuh di tanah karena kaitan cula Raja
Badak. Akan tetapi, dia berdiri lagi
menantang Raja Badak. Sementara itu, Raja Badak merasakan sesuatu yang sangat
menyakitkan di culanya. Dia tidak mengira kalau tubuh Kera begitu kuat dan
keras.
Saking geram dan penasaran, Raja Badak mengaitkan lagi culanya ke tubuh
Kera. Kera terhempas lagi ke tanah, tetapi cepat berdiri dan mengajaknya
berkelahi lagi. Terus-menerus Raja Badak mengaitkan culanya, sehingga membuat
cula itu lama kelamaan kerkikis, menipis, lecet-lecet, dan patah. Sedang Kera
tetap tenang dan bangkit menantang Raja Badak.
Raja Badak merasakan sakit yang teramat sangat karena culanya patah.
Akhirnya, dia tidak mampu lagi meneruskan perlombaan itu. Akhirnya, sang Kera
ditetapkan sebagai pemenang. Raja Badak harus siap mengakui kekalahannya dari
Kera, dan mengakui pula jika Kera lebih pintar dari dirinya. ––Jun
Joe—
0 comments:
Post a Comment