Batik Motif Cirebon/Bunga. Koleksi Ibu Aang Kunaefi Tahun 1955 Foto: Dok. Pribadi |
Keindahan dan
keunikan kain batik merupakan salah satu identitas Indonesia yang dikenal di
berbagai manca negara. Hal itu didasari dari keindahan tata warna dan motif,
nilai-nilai filosofis dan sakral yang tergambar di dalam sehelai kain batik.
Menurut kajian etimologi, Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata
bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan
"titik" yang bermakna "titik".
Batik Koleksi Ibu Aang Kunaefi Foto: Dok. Pribadi |
Kata batik dapat
juga diartikan sebagai kain atau busana yang dibuat dengan teknik tertentu,
termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan dan mengandung
makna tertentu. Tetapi pada prinsipnya batik adalah bahan sandang yang dibuat
dengan gambar atau motif batik yang dilakukan melalui proses pembuatan dengan
menggunakan lilin batik yang menggunakan alat canting atau cap.
Di kancah nasional batik
bukan lagi barang baru. Batik menjadi primadona untuk siapa saja yang
memakainya. Batik negeri ini mulai diakui oleh lembaga dunia, UNESCO menjadi
warisan budaya Indonesia terhitung sejak 2 Oktober 2009. Hal itu tidak lepas
dari salah satu peran tangan dingin mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata di
era SBY, Ir. Jero Wacik, S.E. Jero Waciklah yang membawa dan mengenalkan batik
Indonesia kepada mata dunia.
Batik koleksi Ibu Aang Kunaefi motif Indramayu Foto: Dok. Pribadi |
Setiap perhelatan, baik
nasional maupun internasional beliau selalu mengenakan warisan tak benda itu
kepada para tetamu dari negara-negara sahabat. Darinya pula, mata dunia mulai
melirik “lukisan-lukisan” tangan itu. Begitu pula untuk cinderamata
antar-kementerian. Beliau selalu memberikan tanda mata berupa batik.
Sejalan dengan hal itu,
Indosat Ooredoo, sebagai salah satu provider telekomunikasi ternama di negeri
ini memberikan perannya dalam mendukung warisan budaya tak benda itu kepada
kolektor, pecinta, dan desainer fesyen berfokus batik, untuk mengenalkan batik
kepada seluruh bangsa. Ya, sebagai warisan turun temurun dari nenek moyang
bangsa ini, batik tidak saja sebagai busana, tetapi masuk ke dalam ranah yang
lebih jauh lagi seabgai simbol identitas bangsa.
Tepat pada 12 Oktober
2016, Indosat Ooredoo menggelar perhelatan megah bertajuk The Beauty of
Indonesian Batik. Acara yang dihelat ini sebagai tindak lanjut dari peringatan
Hari Batik yang jatuh pada 2 Oktober 2016 lalu. Dalam gelaran tersebut
dihadirkan koleksi batik-batik dari pejabat tinggi negara, yaitu koleksi batik
Ibu Aang Kunaefi dan koleksi Batik Ibu Ginandjar Kartasasmita. Hal yang
tak dapat dipisahkan juga dari
perhelatan itu adalah hadirnya koleksi batik dari guratan tangan desainer batik
ternama, Sjully Darsono.
Dalam
kesempatan itu pula, Merak Ngibing (The Dancing Peacock) hadir mewarnai
pagelaran batik. Merak Ngibing, menjadi salah satu motif batik khas dari
priangan. Batik Priangan banyak terinspirasi dari flora dan fauna. Motif merak
ngibing punya karakteristik dinamis, cantik, indah dan sedikit genit
dengan warna-warna cerah merona seperti merah jambu, biru, kuning, dan
sebagainya melalui perpaduan warna harmonis.
Merak Ngibing (The Dancing Peacock) salah satu motif batik warisan bumi Priangan Foto: Dok. Pribadi |
Merak ngibing menjadi salah satu motif paling indah di
tataran batik priangan. Motif batik itu menggambarkan sepasang burung merak
saling berhadap-hadapan dengan ekor yang terkembang seperti sedang menari.
Nilai kecantikan dan eksotisme burung merak yang menjadi inspirasi motif
tersebut. Keindahanya dicoba dituangkan di atas selembar kain batik (baca = mori).
Ada nilai filosofis yang terkandung dalam motif batik
merak ngibing (batik priangan) tersebut. Hal itu menggambarkan atau
melambangkan keindahan bumi priangan hijau beragam flora serta fauna. Sementara
itu, ngibing menjadi simbol adat dan
budaya masyarakat priangan yang damai, rukun, serta gembira. Jadi, motif merak ngibing menggambarkan adat
budaya priangan baik alamnya maupun masyarakatnya.
Motif batik Merak Ngibing yang diperagakan oleh Komunitas Batikology Foto: Dok. Pribadi |
Motif batik merak ngibing bukan tidak ada artinya. Hal itu
sebagai bentuk representasi dan simbol keindahan bumi Priangan. Itulah
sebenarnya yang ingin disampaikan pembatik yang membuatnya. Tujuannya supaya
manusia menjaga keindahan, kecantikan, apapun namanya yang dimiliki Priangan
juga menjaga keseimbangan antara sang pencipta yang maha tinggi, alam, dan
manusia yang diciptakan.
President Director & CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli mengatakan, “Untuk
menunjukkan identitas bangsa Indonesia melalui eksistensi batik di kancah global
tidak boleh berhenti sampai di ketetapan UNESCO saja. Kita harus membantu
pemerintah untuk terus memperkenalkan batik kebanggaan Indonesia hingga ke
seluruh pelosok dunia”.
President Direktur & CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli dalam sambutannya di The Beauty of Indonesia Batik. Foto: Dok. Pribadi |
Dalam perhelatan The
Beauty of Indonesian Batik, Indosat Ooredoo
juga menampilkan karya batik rancangan Sjully Darsono. Rancangannya pun
juga akan ditampilkan di acara jamuan diplomatic Kedutaan Besar RI di Praha,
Republik Ceko pada akhir Oktober mendatang. Hal yang sangat menarik, fashion
show karya Sjully Darsono itu tak hanya dibawakan oleh peragawati-peragawati cantik
profesional dari Komunitas Batikology, jajaran manajeman Indosat Ooredoo pun mengambil
peran.
Alexander Rusli berharap,
dunia harus tahu batik yang tak hanya sebagai busana yang dipakai artis-artis
Hollywood saja nantinya, tetapi menjadi simbol identitas kebanggaan bangsa
Indonesia.
Inilah salah satu cara
Indosat Ooredoo menunjukkan dukungan penuhnya untuk pelestarian batik negeri
ini. Dukungan tersebut dimulai Indosat Ooredoo sejak dibuatnya portal www.batikology.org , yaitu portal yang
memberikan info-info penting sepuar batik. The Beauty of Indonesia Batik seri
ke-3 yang dilangsungkan di Gedung Indosat Ooredoo kali ini mengangkat keindahan batik dari bumi
tatar Sunda-Priangan.
Hadirnya batik-batik
negeri ini di kancah dunia akan menambah deret panjang heritage Indonesia
lainnya yang membelalakkan mata dunia.
0 comments:
Post a Comment