Saya, Anda, Kamu, dan Kita akan terus belajar [Foto: Dok https://cdn.drawception.com] |
Saya yakin, di
antara kita pernah disuruh belajar oleh orang tua kita hingga dipaksa-paksa. Orang
tua saking kesalnya sampai-sampai pegangi rotan atau kayu panjang agar kita mau
belajar. Hal itu dilakukan ortu tak lain agar anak-anaknya punya bekal untuk
masa depan. Tak salah sih. Orang tua mana yang tak ingin anaknya jadi pandai
karena belajar.
Mungkin nih ya
(IMHO), orang tua punya cara tersendiri agar anaknya mau mengikuti
kata-katanya. Terkadang yang jadi anak mungkin salah terima hingga
bentak-bentak ortunya. Hal-hal seperti
inilah yang perlu dikomunikasikan dua arah, orang tua dengan caranya dan anak
pun dengan caranya pula.
Masing-masing
punya argue. Sudah semestinya orang
tua memberikan semacam stimulasi untuk meningkatkan diri sang anak untuk terus
belajar. Jadi, tidak memaksa anak untuk belajar. Cara anak belajar itu
berbeda-beda dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lain.
Saya pun dulu
begitu. Belajar untuk saya bukan tugas. Belajar itu banyak hal. Bisa saja saya
haru menghapal fakta atau hanya memahami dasar-dasarnya saja. Bisa juga saya
hanya memerlukan basis konseptual yang relatif luas atau hanya keterampilan. Untuk
menambah variasi lebih dalam belajar, setiap orang punya gaya dan preferensi
belajar yang berbeda-beda.
Tidak ada alat
yang tepat untuk hal ini. Nah, makanya saya pribadi perlu menguasai konsep
pembelajaran khusus untuk saya. Atau saya sebut dengan kategori pembelajaran,
pencapaian konsep, dan pembinaan konsep. Sebagai mana yang dibuat oleh Bruner,
Goodnow, & Austin (1967) sebagai “Pencarian dan daftar atribut yang dipakai
untuk membedakan contoh dari beragam kategori.
Nah, lebih
sederhananya lagi konsep itu sebagai kategori mental yang membantu kita membuat klasifikasi objek, kejadian,
atau gagasan, membangun pemahaman bahwa setiap objek, acara, atau gagasan punya
seperangkat fitur relevan yang sama.
Dengan begitu,
pembelajaran konsep sebagai strategi yang mengharuskan pembelajar membandingkan
dan membedakan kelompok atau kategori yang mengandung fitur sesuai konsep
dengan kelompok atau kategori yang tidak mengandung fitur yang sesuai dengan
konsep pula.
Konsep ini juga
mengacu pada tugas belajar, ketika pembelajar manusia dilatih untuk
mengklasifikasi objek dengan ditunjukkannya seperangkat benda (contoh) beserta
label kelas mereka. Sebagai pembelajar menyederhanakan apa yang sudah diamati
dengan mengkondensasinya dalam bentuk
contoh.
Versi sederhana
dari apa yang telah dipelajari kemudian diaplikasikan untuk dijadikan contoh masa
depan. Pembelajaran konsep mungkin sederhana, bisa jadi juga rumit karena
pembelajaran itu berlangsung di banyak bidang. Jika satu konsep sulit, kecil
kemungkinan pembelajar akan dapat menyederhanakannya. Oleh karena itu akan
cenderung untuk belajar.
Dalam bahasa
sehari-hari, tugasnya dikenal sebagai belajar (pembelajaran dari contoh). Sebagian
besar teori pembelajaran konsep didasarkan pada contoh dan dan menghindari summarization atau abstraksi terbuka
dalam bentuk apa pun.
Sejak dari dalam
kandungan kita sudah belajar. Bagaimana seorang calon bayi belajar menghisap,
jungkir balik dalam rahim, belajar menendang, dan sebagainya. Ya, otak calon
bayi atau bayi itu merupakan tabula rasa yang mengumpulkan ragam informasi. Seiring
kelahirannya ke dunia, perkembangan otaknya semakin luas dan cerdas, lama
kelamaan dapat melakukan aktivitas yang sebelumnya tak dapat dilakukan. Dari mulanya
melihat lantas meniru dan mencoba.
Belajar itu kita
lakukan sejak dari dalam buaian hingga ke liang lahat. Pepatah pun mengatakan, “Tuntutlah
ilmu hingga ke negeri China.” Kenapa China?
Nah, sesungguhnya,
maksud pepatah itu adalah tidak untuk belajar Al Quran ke China, tetapi kita
belajar bagaimana mempraktikkan cara-cara bersyukur untuk karunia juga rezeki
yang diberikan Allah SWT kepada manusia menurut agama Islam sesuai petunjuk
yang ada di dalam Al Quran.
Belajar bisa di
mana dan kapan saja. Metode belajar dulu dengan sekarang sudah sangat jauh
berbeda. Dulu, belajar masih dipaksa-paksa juga secara konvensional. Kini,
belajar lebih canggih, berbagai tempat dari lorong/gang sempit hingga café elit
bisa dijadikan tempat belajar. Belajar pun tak kenal usia. Mau berapapun usia
Anda, belajar tetap dilakukan.
Belajar sekarang
itu lebih mudah dan jauh lebih simpel. Jadi, tak ada unsur paksaan pun belajar
bisa dilakukan. Beberapa di bawah ini, mungkin bisa menjadi pelecut untuk kita
memegang konsep belajar dan belajar seperti apa yang kita inginkan agar tetap
senang.
1) Visualisasi
Idenya di sini
adalah kita ingin memasukkan informasi abstrak ke dalam gambar. Jika kita
sedang berjuang untuk memahami sebuah konsep, visualisasi menjadi teknik yang
bagus untuk memulai belajar.
2) Hapalan Rote
Metode ini saat
SMA pernah saya lakukan, tapi terkadang dibutuhkan kerja keras. Menghapal itu melibatkan percampuran informasi ke otak kita
dengan cara mengulang terus-menerus.
3) Interlinking
Mengambil dua
gagasan dan tanyakan pada diri kita bagaimana gagasan itu saling berhubungan.
Mereka bisa menjadi ide dalam bidang tertentu (jalan pintas) atau di antara dua
bidang yang berbeda (jalur bebas). Dengan melakukan ini, kita membuat peta
jalan untuk bepergian di antara beragam informasi di otak kita.
4) Metafora
Mengambil ide
yang lebih kompleks dan membandingkannya dengan yang lebih sederhana. Ketia
seorang belajar pemrograman komputer, dia merasa terbantu melihat fungsi
seperti rautan pensil. Parameternya adalah pensil kusam, di dalam prosesnya,
pensil kusam dipertajam dan mengembalikan menjadi pensil tajam. Metafora punya
keterbatasan.
5) Diagram
Saat SMA, saya
suka menggunakan diagram untuk menyortir potongan informasi yang luas.
6) Catat apa yang
didengar dan dikatakan
Kebanyakan orang
mencatat secara linier, menulis satu pernyataan setelahnya. Mencatat apa yang
didengar mungkin terlihat kurang terorganisir, namun melibatkan kita untuk
menarik koneksi antara gagasan dan tulisan ke segala arah dalam satu halaman.
Ingatlah pokok bahasannya adalah untuk mendorong belajar, tidak hanya mencatat
apa yang dikatakan.
7) Akronim
Sedikit lebih
efisien daripada menghapal dengan menggunakan mnemonik. Akronim menyederhanakan
informasi. Ketika saya dulu belajar kimia dari golongan II, saya menghapal
dengan cara akronim atau jembatan keledai. Juga membuat kalimat dari unsur,
seperti Heboh (He) Negara (Ne) Argentina (Ar) Karena (Kr) Serangan (Se) Radon
(Rd).
8) Metode Tautan
Ini adalah teknik
mengingat yang sudah lebih maju dalam proses belajar saya. Tapi butuh waktu
lebih lama untuk menyiapkannya juga perlu latihan jika kita ingin melakukannya
dengan cepat. Ide dasarnya adalah bahwa kita menghubungkan dua gagasan
bersama-sama dengan membentuk gambar aneh yang melibatkan keduanya.
Kalau sekarang
saya menghapal daftar belanjaan seperti kol, kentang, wortel, apel, susu, dan
kacang-kacangan, tujuan saya menciptakan dua gambar yang menghubungkan apel
dengan susu dan susu ke kacang. Yang pertama bisa jadi gambar apel raksasa yang
memerah susu sapi. Yang kedua bisa jadi wadah susu yang dituang kacang
panggang.
9) Metode Peg
Variasi dari metode
link yang satu ini membantu kita menghapal angka. Alih-alih menghubungkan dua
gambar bersama-sama, kita menggunakan sistem fonetik untuk mengingat semua
digitnya. Dari situ kita membuat kata-kata dan kalimat pendek untuk menyandikan
nomor.
10) Zoom dan Cek
Skim melalui
materi apapun yang harus kita pelajari. Tujuan kita bukan untuk mempelajari
informasi tapi untuk memperhatikan apa yang belum kita ketahui. Jika lebih dari
satu atau dua gagasan muncul dalam sebuah bab, kita mungkin harus berhenti dan
kembali.
Sepuluh hal ini
yang pernah saya coba terapkan dalam proses belajar saya selama ini. Masih ada beberapa
lainnya lagi, nanti akan saya bagi lagi untuk kalian semua.
Sakit belajar hanya sementara, tetapi sakit karena ketidaktahuan itu akan berlangsung selamanya [Foto: Dok https://previews.123rf.com] |
Bicara apa yang
ingin ditingkatkan dan dipelajari di 2018 ini, tentunya banyak. Akan tetapi,
saya tetap fokus pada satu pilihan untuk terus tingkatkan dan
perdalam, yaitu kulinari. Alhamdulillah, awal 2018 ini ada salah satu tempat
makan (Resto) yang telah bersedia menerima saya magang berapa lama pun yang
saya inginkan. Semoga ini menjadi cambuk untuk saya terus belajar dan tak
pernah berhenti belajar. Dan harapan-harapan doa saya
perlahan-lahan dijawab oleh Allah SWT, dilancarkan dan dimudahkan.
Alhamdulillah. Semoga!
"Ilmu dunia-akhirat, wajib dituntut dipelajari."
11 comments:
Aih metode pelajaran banyak banget. Mpo jarang belajar, sistem sks dan diskusi kalau mau ujian. Mpo banyak menggunakan analisa (walau analisa masih suka salah) hehehe
Salah satu miss pinter itung itungan, bakat jadi pedagang kaya mail temannya upin ipin
Mesti di pelajari nih, biar saya bisa lebih baik dalam mendidik anak saya kelak. Makasih informasinya mas Jun
Mpo @Ratne: Hahahah... masing-masing orang punya caranye ye pok. Belum tentu nih metode aye bisa dipake sama orang lain. Tapi minimal buat aye sendiri yang ngerasain dulu. Apalagi ini metode ada yang sukses dipake. Jembatan keledai waktu belajar kimia. Aje gile kalo kagak make konsep dan metode belajar yak. Bisa kagak tau dah itu unsur kimia golongan berape2nye. Hahahaha
Miss Dapur: Naaah... mesti miss itung2an. Kalo dagang rugi terus, bahaya kaan yak. Hahaha. Ngitung-ngitung jago kadang juga bakat yak. Kalo ga bakat, ga bakalan yak miss. Semoga kita semua tetap untung miiiisss..
Mba @Anisa: Aamiin... jangan dipaksain lho mba. Hahaha. Metode belajar saya beda-beda utk setiap mata pelajaran. Apalagi bidang studi yang banyak hapalan macam sejarah, ekonomi, pendidikan moral pancasila (PMP) jaman-jaman saya (Jaman Old). Ketahuan yak umurnya. Hahahaah. Semoga bisa diaplikasikan ke anak-anak Mba Anisa yaa..
waduh ga pernah pake teori itu. Belajar ya belajar aja. Bedewey tengkiu imhonya...
Belajar tidak mengenal batasan
Benerrr bgt ini bang
--bukanbocahbiasa(dot)com--
pertama sebelum belajar perlu tahu mengapa belajar hal itu, supaya muncul motivasi. Kalau ga bisa ketiduran atau dying.
Mba @Ety: Hehehe... teori boleh pake teori, praktiknya beda ya mba.
Bunda Ratu Mba @Muthiah: Yes, setuju, mau sampe kakek nenek pun, tetap menggali ilmu.
Mba @Nurul: Hehehe... ya neng... kalo ga bener ga usah diikuti yak, hahahaha.
Mba @Helena: Yes, saya setuju, mengapa perlu belajar itu. Jangan dipaksa-paksa.
wah, jun, teori imhonya keren...
akh keren ini. Pun aku tipikal yang belajar dari apapun. Sama yang muda juga ayo. Belajar itu sampai nanti sampai mati.
Post a Comment